ANAK SEBAGAI AMANAH, BUKAN INVESTASI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Pendahuluan

Setiap orang pasti menginginkan memiliki keturunan, anak yang akan melanjutkan garis keturunannya, anak yang akan membesarkan nama keluarganya. Kehadiran seorang anak akan mampu menjadikan kehidupan keluarga menjadi lebih hidup dan dipenuhi aura kebahagiaan. Kehadiran anak yang telah lama dinanti-nantikan pasti akan mampu mengubah suasana kehidupan dalam keluarga menjadi penuh keceriaan dan canda tawa kebahagiaan.

Anak memang menjadi salah satu perhiasan dunia. Keberadaan anak dalam sebuah keluarga akan mampu mengubah suasana keluarga yang tadinya sepi membosankan menjadi ramai penuh kebahagiaan. Melalui tingkah lakunya yang lucu menggemaskan, siapapun yang melihatnya pasti merasakan hati yang bahagia. Inilah misteri kebahagian melalui kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga.

Bagaimana sikap dan cara orang tua memperlakukan anak-anaknya sangat dipengaruhi oleh bagaimana pandangan mereka terhadap anak. Keberadaan anak bagi orang tua apakah sebagai subjek ataukah objek akan sangat mempengaruhi bagaimana perlakuan mereka kepada anak-anaknya. Masa depan anak akan sangat dipengaruhi oleh pandangan kedua orang tuanya.

Pandangan Orang tua Terhadap Kedudukan Anak dalam Keluarga

Keberadaan anak bagi orang tua memiliki arti khusus. Secara umum, terdapat dua pandangan orang tua tentang bagaimana memposisikan anak. Pandangan pertama menganggap bahwa anak adalah amanah dari Allah Swt. Pandangan pertama ini menempatkan anak sebagai subjek, yaitu anak sebagai pelaku kehidupan yang dijalaninya. Sedangkan pandangan kedua beranggapan bahwa anak adalah investasi jangka panjang bagi orang tuanya. Pandangan kedua ini menempatkan anak sebagai objek, yaitu anak sebagai alat bagi orang tua untuk memperoleh  keuntungan, baik keuntungan finansial ataupun keuntungan pahala kebaikan. Dampak dari kedua pandangan tersebut berpengaruh kepada bagaimana pola asuh yang dijalankan orang tua dalam memelihara anak-anaknya.

Pandangan Pertama: Anak sebagai Amanah dari Allah Swt.

Bagi orang tua yang menganggap anak adalah amanah dari Allah Swt., maka mereka akan  menjaga dan memelihara anak-anaknya dengan penuh perhatian dan limpahan cinta kasih sayang. Mereka menyadari bahwa setiap anak yang terlahir ke dunia ini sudah dibekali dengan potensi diri yang merupakan karunia dari Tuhan yang menciptakan. Menyadari hal itu, mereka akan berusaha memberikan lingkungan pendidikan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pendidikan di sekolah agar anak-anak mereka mampu tumbuh dan mengembangkan diri dengan segala potensi yang dimilikinya secara maksimal. Mereka berharap anak-anak mereka kelak akan mampu menjadi orang-orang yang tangguh dan mampu menjalani kehidupan dengan baik.

Pandangan Kedua: Anak sebagai Investasi Masa depan Orang Tua

Sementara itu, bagi orang tua yang menganggap anak adalah tabungan atau investasi di masa depan, mereka akan mendidik anak-anaknya sesuai keinginan mereka. Terkadang mereka kurang peduli dengan bakat minat dan keinginan anak. Mereka sering membatasi anak-anak mereka hanya diperbolehkan untuk belajar ilmu tertentu saja yang mereka anggap akan bermanfaat untuk kehidupan masa depan anak versi orang tuanya. Sedangkan untuk ilmu-ilmu lain yang menurut pandangan orang tuanya dirasa kurang bermanfaat, maka mereka melarang anak-anaknya untuk mempelajarinya.

Pandangan Penulis tentang Kedudukan Anak dalam Keluarga

Bagaimana pandangan penulis tentang anak, apakah cenderung sependapat dengan pandangan pertama bahwa anak adalah amanah Tuhan ataukah pandangan kedua bahwa anak adalah investasi masa depan? Dengan mempertimbangkan banyak hal, yaitu terkait tujuan penciptaan manusia, keistimewaan manusia, dampak kelahiran anak bagi kedua orang tuanya, dan potensi kemampuan yang dimiliki setiap anak, maka penulis berpendapat bahwa anak merupakan amanah Allah Swt yang harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Anak sebagai amanah Tuhan harus dijaga dengan baik melalui disediakannya lingkungan kehidupan untuk mereka tumbuh dan berkembang secara natural sesuai fitrah kehidupan yang telah ditakdirkan Allah Swt. pada mereka.

Dalam konteks pendapat penulis ini, orang tua berkedudukan sebagai hamba Tuhan yang terpilih dan mendapatkan kesempatan istimewa untuk mengemban amanah yang mulia tersebut. Maka orang tua seyogyanya tidak memaksakan kehendaknya pada anak-anaknya karena anak-anak telah memiliki garis suratan takdir sendiri untuk kehidupannya. Yang diperlukan oleh setiap anak adalah lingkungan yang kondusif dan mendukung diri mereka untuk bertumbuh dan berkembang secara alami untuk mengenali semua potensi dirinya yang telah dititipkan oleh Allah Swt.

Implementasi Pandangan Anak adalah Amanah dari Allah Swt.

Pandangan penulis tersebut di atas tidak terlepas dari bagaimana pola asuh dan proses pendidikan keluarga yang dijalankan orang tua penulis. Orang tua penulis bersikap sangat demokratis dalam menentukan jalan hidup yang dipilih anak-anaknya. Mereka tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada anak-anaknya, terutama dalam hal jurusan pendidikan yang akan diambil anak-anaknya. Kami (anak-anak mereka) diberikan kebebasan penuh untuk memilih jurusan yang akan kami ambil ketika mau melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Setiap anak diberikan kebebasan akan melanjutkan pendidikan tinggi ke mana dan akan mengambil jurusan apa. Tetapi ada satu hal yang tidak boleh ditentang oleh anak-anaknya, yaitu semua anak-anaknya harus sekolah di sekolah berbasis keagamaan untuk sekolah tingkat dasar sampai sekolah tingkat menengah atas. Bagi orang tua penulis, pengetahuan agama sangat penting dan tidak boleh ditinggalkan. Oleh karena itu, semuanya anak-anaknya disekolahkan di sekolah berbasis keagamaan seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasaha Aliyah.

Sebagai gambaran bagaimana demokrasinya pola asuh orang tua penulis, kakak tertua penulis memilih melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi agama Islam dengan mengambil jurusan ilmu dakwah. Penulis sendiri lebih tertarik mengambil jurusan pendidikan kimia sebagai pilihan saat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Sedangkan adik bungsu penulis lebih memilih jurusan teknik kimia sebagai pilihan studi sarjananya.

Walaupun pendidikan kami bertiga berbeda-beda jurusan, tetapi ternyata ketika berkarier, kami bertiga sama-sama memilih berprofesi yang sama yaittu menjadi pendidik. Penulis dan kakak penulis berprofesi sebagai dosen sedangkan adik penulis berprofesi sebagai guru di sekolah menengah. Walaupun awalnya kami berbeda-beda jurusan dalam menempuh pendidikan tinggi, tetapi ternyata profesi ayah kami yang dulu pernah menjadi guru SD telah menginspirasi kami semua untuk menekuni profesi sebagai pendidik. Tidak ada paksaan bagi kami untuk memilih menekuni profesi sebagai pendidik. Ini merupakan pilihan kami sendiri. Orang tua kami pun juga tidak pernah meminta kami untuk menjadi pendidik. Tetapi panggilan jiwalah yang menuntun kami pada akhirnya memilih menekuni profesi menjadi pendidik.

Demikianlah pola asuh dan proses pendidikan keluarga yang dijalankan orang tua penulis. Mereka tidak memilihkan kami jurusan pendidikan yang tepat untuk setiap anak-anaknya. Anak-anaknya sendiri yang memilih jurusan yang diminatinya. Mereka hanya berusaha menciptakan suasana lingkungan keluarga yang kondusif untuk tumbuh kembang anak-anaknya. Walaupun di tengah keterbatasan finansial dan kekurangan dana untuk membiayai pendidikan anak-anaknya, mereka berusaha mengenalkan anak-anak mereka dengan dunia pendidikan melalui penyediaan buku-buku bacaan di rumah. Sejak kecil penulis memang senang membaca. Semua buku-buku yang ada di rak buku di rumah penulis baca. Penulis bahkan memimpikan suatu saat akan memiliki perpustakaan pribadi yang berisi banyak koleksi buku. Lebih berani lagi, penulis bermimpi suatu saat nanti bisa menjadi seorang penulis buku.

Alhamdulillah mimpi-mimpi penulis di masa kecil dulu akhirnya sekarang bisa terealisasi. Sekarang penulis memiliki perpustakaan pribadi yang berisi banyak koleksi judul buku berbagai tema. Penulis juga sekarang telah mampu menulis buku sebanyak 90an judul buku, baik buku karya solo maupun buku-buku book chapter atau buku kolaborasi. Penulis tidak pernah menyangka jika mimpi-mimpi masa kecil dulu sekarang menjadi kenyataan. Semua apa yang penulis capai saat ini merupakan buah dari inspirasi orang tua penulis yang mengajarkan tentang pentingnya setiap orang mengenali dan memberdayakan potensi dirinya semaksimal mungkin.

Penulis berjanji pada diri sendiri akan terus menekuni dunia menulis. Dunia menulis telah banyak memberikan manfaat bagi penulis, dan kepada keluarga penulis pada umumnya. Melalui aktivitas menulis buku, mimpi penulis untuk memiliki rumah sendiri akhirnya terwujud melalui menang lomba penulisan buku dan hadiahnya penulis pergunakan untuk membeli rumah yang sekarang penulis tinggali bersama keluarga. Berkat aktivitas menulis buku, penulis dapat membelikan motor baru untuk istri. Karena aktivitas menulis buku akhirnya penulis memiliki biaya untuk merenovasi rumah dan memperbesar bangunan rumah. Melalui aktivitas menulis buku secara konsisten, sekarang di database kampus penulis termasuk salah satu dosen dengan capaian jumlah terbitan karya buku terbanyak. Melalui aktif menulis buku, sekarang penulis memperoleh banyak penghargaan (award) dari kampus maupun lembaga eksternal kampus.

Semua capaian prestasi yang berhasil penulis raih sekarang ini merupakan hasil dari petikan buah paradigma berpikir orang tua penulis bahwa anak adalah amanah Tuhan yang wajib dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya dan ditumbuhkembangkan segala potensi diri dan kompetensi diri yang dimiliki anak. Setiap orang tua harusnya bersyukur karena menjadi hamba Tuhan yang dipilih untuk menjaga dan memelihara amanah anak yang dititipkan-Nya. Maka sudah seharusnya jika orang tua menyediakan lingkungan pergaulan yang bernilai edukatif dan kondusif, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan di luar keluarga (misalnya memilihkan sekolah yang tepat) sehingga memungkinkan anak mampu mengeksplorasi, mengenali, dan mengembangkan potensi dirinya semaksimal mungkin dengan bimbingan dan arahan dari orang tua dan orang-orang di sekelilingnya (pendidik).

Penutup: Anak sebagai Subjek Kehidupan

Setiap anak ketika dipilih Allah Swt untuk terlahir ke dunia ini telah dibekali dengan potensi diri yang tersimpan dalam diri anak dan bersifat laten. Potensi diri anak tersebut akan bangun dan berkembang manakala anak tersebut menemukan atau berada di lingkungan yang tepat dan mendukung terbangunnya potensi diri anak tersebut. Ketika berada di dalam lingkungan yang cocok dengan karakter potensi dirinya, anak secara alami akan memunculkan segala potensi dirinya yang bersifat laten dan masih tersimpan di dalam dirinya. Anak akan secara alami mengembangkan kompetensi dirinya semaksimal mungkin. Pertumbuhan dan perkembangan potensi, bakat minat, passion, dan kompetensi anak berlangsung secara natural tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hanya lingkungan yang tepatlah yang memungkinkan terbangunnya dan bangkitnya potensi diri anak secara alami.

Dapat diibaratkan seperti sebuah biji kacang ketika berada di daerah yang basah atau lembab secara alami akan tumbuh tunasnya dan tumbuh semakin besar menjadi sebuah pohon kacang yang dapat berbuah lebat. Demikianlah analogi potensi diri pada anak-anak. Ketika berada di lingkungan yang cocok dan sesuai dengan karakter potensi dirinya, maka secara serta merta tanpa menunggu datangnya aba-aba, anak akan segera memunculkan potensi dirinya yang selama ini tersimpan dalam dirinya dan berkembang melesat jauh menjadi kompetensi dan kemampuan yang luar biasa.

Demikianlah misteri kehidupan yang telah didesain oleh Allah Swt. Hanya hamba-hamba-Nya yang memahami hakikat kehidupanlah sajalah yang akan mampu menangkap maksud dari kehendak Allah Swt tersebut. Sekali lagi perlu kita pahami bahwa anak adalah amanah dan titipan dari Allah Swt yang di dalam diri anak telah dibekali potensi diri yang menunggu lingkungan yang tepat untuk bangun dan bangkit menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Maka tugas orang tua sebagai hamba yang menerima kehormatan untuk melahirkan dan memelihara anak titipan Allah Swt tersebut untuk menyediakan lingkungan yang mendukung anak menjalankan tugas perkembangannya secara alami sehingga kelak mereka mampu tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai blueprint yang ditetapkan Allah Swt. []

Gumpang Baru, 07 Juni 2023

____________________________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here