4 Kiat Menulis Bagi Penulis Pemula

0
1990
kiat menulis

Jika kita mencari buku tentang kiat menulis, dipastikan buku-buku tersebut jumlahnya lebih dari satu. Bahkan sangat banyak. Beragam judul dan kiat menulis bertebaran dimana-mana.  Belum lagi jika kita browsing di internet, akan sangat banyak tulisan-tulisan tentang hal tersebut. Hingga bingung mana yang harus diperaktikkan dulu. Tidak masalah, yang penting anda sudah melewati satu tahap yaitu membaca.

Tulisan yang sedang anda baca ini hanya sekedar kiat-kiat saja, yang barangkali anda pun sudah pernah membacanya. Syukur-syukur anda sudah pernah mempraktikkannya, itu lebih baik. Tulisan ini menurut saya juga kurang bermanfaat bagi anda yang ingin menulis tapi masih ‘kebanyakan alasan’. Alasan yang kadang dibuat-buat untuk menunda menulis. Akhirnya kiat-kiat menulis hanya sekedar kiat-kiat, tidak ada artinya. Ya, pembuktiannya adalah ketika anda sudah mengambil pena dan menulis. Sudah menuliskan beberapa paragraf di layar laptop atau komputer itu adalah bukti nyatanya.

Sebelum melanjutkan membaca, tolong, disiapkan bolpoint (harus?) ya, iyalah harus! Mau dikatakan orang yang banyak alasan? Tulis apa saja yang menurut anda penting dalam tulisan ini (itu kalau ada?). Tulis sesuai dengan bahasamu sendiri. Kalau sudah ada satu paragraf atau satu halaman lebih, berarti anda sudah bisa menulis. Mudahkan?

Mungkin terlalu tinggi alias ‘keduwuren’ kalau saya memberikan wejangan-wejangan tentang menulis. Karena saya juga masih proses belajar menulis alias penulis pemula. Nah, Biar tidak terkesan ‘menggurui’, saya hanya ingin menyampaikan kembali nasehat-nasehat tentang menulis dari para penulis senior.

Ada empat kiat penting yang harus dimiliki oleh seorang penulis.

Pertama adalah komitmen atau niat yang kuat.

Sebagaimana ditulis oleh Andreas Harefa (penulis buku Mengarang itu Gampang) menyampaikan bahwa untuk menjadi penulis harus diawali dengan komitmen. Sebuah pernyataan diri terhadap apa yang akan dilakukan, dengan berjanji pada diri sendiri bahwa “Saya harus bisa menulis”. Dari sinilah kemudian muncul aksi-aksi berikutnya. Ada perencanaan dan usaha-usaha untuk memenuhi komitmen tersebut. Orang yang memiliki komitmen yang tinggi akan bekerja keras dan rela berkorban demi memenuhi janjinya.

Komitmen ini merupakan hal yang mendasar bagi seorang calon penulis. Kita ingin menjadi penulis yang seperti apa? Apakah penulis yang biasa atau luar biasa? Asal menulis atau penulis asal-asalan? Karena komitmen ini sangat mempengaruhi usaha dan kerja keras seseorang. Penulis yang baik, lahir dari komitmen yang baik, perencanaan yang matang dan proses yang maksimal. Jika kita tidak punya komitmen, urungkan dulu cita-citamu untuk menjadi penulis.

Kedua, membiasakan menulis.

Menulis itu sulit dan rumit itu kata sebagian orang yang belum pernah mencoba menulis. Mereka bingung harus memulai dari mana, bisa memulai tidak bisa meneruskan, belum lagi sibuk memikirkan gaya bahasa, diksi, dan seabrek permasalahan yang menggelayutinya. Sehingga belum menulis, sudah ‘down’ duluan.  Tapi,  tidak demikian halnya bagi mereka yang sudah terbiasa menulis, sangat mudah dan gampang, mengalir seiring dengan pengetahuan yang mereka miliki. Konon para penulis terkenal dalam satu hari mampu menulis berlembar-lembar.

Terbiasa, ya! Terbiasa adalah kunci sederhana yang dapat membuka sebuah pintu gerbang menulis. Teori ini merupakan teori habits yang disodorkan oleh Stephen R Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People dan ini banyak betulnya. Selain itu ada semacam kecocokan dengan sebuah adagium ‘bisa karena biasa’. Mulailah membiasakan menciptakan kebiasaan-kebiasaan, lama kelamaan, kebiasaan yang kita ciptakan itulah yang membentuk watak kita. “We first make our habits then our habits make us”.

Para penulis hebat lahir dari sebuah kebiasaan yang hebat. Penulis hebat juga bukan tidak pernah mengalami kesulitan menulis. Juga bukan tidak pernah tulisannya buruk. Tapi mereka tidak pernah berhenti belajar memperbaiki tulisan-tulisannya. Mereka berupaya keras membangun kebiasaan menulis dengan baik. Setiap waktunya adalah membaca dan menulis. Hingga akhirnya mereka mampu menghasilkan tulisan-tulisan yang baik dan menarik. Hal ini sesuai dengan kata-kata Aristoteles bahwa kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang, keunggulan bukanlah suatu perbuatan sekali jadi, melainkan sebuah kebiasaan.

Ketiga, membiasakan membaca.

Selain membiasakan menulis, ada hal yang lebih penting yaitu membiasakan membaca. Menulis bisa gampang kalau kita membiasakan diri untuk membaca artinya kalau membaca saja kita sulit, lupakanlah cita-cita dan keinginan anda untuk menjadi penulis yang produktif dan profesional. Dengan membaca buku sebanyak-banyaknya kita akan semakin kaya pengetahuan, ide, dan ‘sesuatu’ yang akan dituliskan. Seseorang akan gampang mengungkapkan apa saja yang diinginkan melalui tulisan.

Nah, jika seseorang sudah terbiasa menulis akan banyak mendapatkan keuntungan. Setidaknya banyak mahasiswa yang bisa hidup dengan menjadi penulis bahkan ada yang terkenal dengan menulis. Dan belum lagi, kalau tulisan mereka memiliki misi dan nilai dakwah’li’ilai kalimatillah’ mereka bisa mengharap surga atas kalimat yang meluncur dari pena mereka. Sehingga menulis bukan hanya menghasilkan sebuah tulisan, ada yang lebih berharga dari itu.

Keempat, melakukan Benchmarking.

Membandingkan dan meniru gaya menulis orang lain. Dalam hal ini Andreas Harefa memiliki istilah “Tiga N”, Niteni, Nirokke, dan Nambahi. Niteni artinya mengamati sebuah tulisan dari seorang penulis, mulai dari gaya bahasanya, gaya penyampaianya, kekhasannya, sampai pada hal-hal yang ‘Njlimet’ seperti tata bahasanya. Kemudian Nirokke artinya meniru gaya penulisan dari seorang penulis terkenal yang dianggap bagus sebagai contoh atau yang diidolakan. Selanjutnya Nambahi artinya agar tulisan kita tidak terkesan menjiplak total alias plagiat, tulisan kita harus dikembangkan dengan menambah hal-hal yang khas sehingga tulisan kita lama-kelamaan dengan sendirinya akan menemukan warnanya tersendiri sesuai dengan ciri khas kita.

Sebenarnya terlalu banyak kalau kita mencari kiat-kiat atau tata cara menulis, yang pasti tidak akan terwujud sebuah karya tulis, apabila tidak ada kemauan dan keinginan yang kuat dari diri sendiri. Jadi, jangan ditunda, menulislah dari sekarang. (MB)*

*Masruhin Bagus, Aktivitasnya saat ini mengabdi di SMA swasta di Tuban. Buku antologi terbarunya adalah Guru pembelajar Bukan Guru Biasa (SPK Publishing 2020). Penulis dapat dihubungi di beberapa akun sosmed-nya, twitternya @masruhinbagus, facebook: masruhin bagus, atau email: ruhin2009@gmail.com. Tulisan-tulisan yang lain juga bisa dibaca di www.jejakruang.com

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here