Air dan Kehidupan

0
1612

Oleh: Sri Lestari Linawati

Berenang-renang di air. Menari ke sana kemari. Kanan, kiri, atas, bawah. Sirip berwarna-warni. Ada pula yang hanya satu warna. Ekornya pun beraneka. Ada yang pendek polos. Ada pula yang mekar bak slendang penari. Ikan-ikan hias itu pagi, siang, malam, dan pagi lagi selalu menari dalam kolam kecilku. Keindahan dan kecantikannya memaksaku untuk suka hati selalu mengganti airnya dengan air baru. Entah kapan ikan-ikan itu tidur, hla wong hidupnya di dalam air. Bagaimana tidurnya. Allahu akbar. Dia terus menari. Itulah tasbihnya pada Sang Pencipta.

Kalau kita terus-menerus di dalam air, pasti akan keblebeg, tidak bisa nafas karena kekurangan oksigen. Tak mungkin pula kita mampu tidur di dalam air. Itulah bedanya kita dengan ikan.

Apa lagi yang patut kita perhatikan? Air.. Ya, air. Apa sebenarnya arti air bagi kita manusia? Dari mana datangnya air? Bagaimana akhlak kita yang baik terhadap air?

Beberapa kali terakhir memang hujan telah turun, namun air di sumur belum optimal sebagaimana sebelumnya. Ada sih air, namun sedikiiit. Kalau saat air banyak sih kita jarang memikirkannya secara mendalam. Sebaliknya ketika air susah kita dapatkan, barulah kita mencari di mana Tuhan Allah. Kita panggil Allah di pagi, siang, sore dan malam, “Ya Allah…. kirimkan hujaaan…”

Dari secuplik bagian episode ini, kita bisa belajar bahwa penting kita taqarrub. Mendekat pada Allah. Semoga kita diberi kemampuan untuk senantiasa mengingatNya kapanpun.

Air ternyata sangat kita perlukan bagi kehidupan kita. Minum agar kita tidak sampai dehidrasi. Mandi. Mencuci baju. Mencuci piring dan gelas, juga alat-alat makan dan alat-alat masak. Mencuci motor dan mobil. Mencuci sandal dan sepatu. Menyiram halaman dan tanam-tanaman. Mengepel rumah. Semua butuh air.

Ternyata bijak itu perlu kita lakukan juga terhadap air. Air berperan penting bagi kehidupan. Menjaga ketersediaan air perlu difikirkan. Menanam pada akhirnya memiliki nilai strategis. Sudahkah kita menanam hari ini?

Yogyakarta, 2 Desember 2019

Sri Lestari Linawati akrab disapa Lina. Pegiat literasi, penggagas BirruNA “PAUD Berbasis Alam dan Komunitas”, kini Dosen UNISA Yogyakarta.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here