Bahagia Bersama di Hari Raya

0
405

Oleh: Muhammad Chirzin

Idul Fitri adalah penutup puasa Ramadhan dua miliar muslim seluruh dunia. Kesempatan mudik ke kampung halaman dari rantau yang berjarak ratusan, bahkan ribuan kilometer dari rumah. Segala aral dan rintangan dilalui demi silaturahmi dengan sanak saudara dan handai tolan. Sebagian menggunakan angkutan umum bis antar-kota antar-provinsi, kereta api, maupun pesawat terbang. Sebagian yang lain dengan menyusuri jalan dengan sepeda motor berboncengan dengan anak-dan istri.

Kemajuan sarana transportasi, kehidupan ekonomi, dan perkembangan infrastruktur yang tidak seimbang dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia tidak mengurangi tantangan para perantau. Sarana komunikasi handphone dan sejenisnya menurunkan antusiasme perantau untuk mudik, lebih-lebih jika orang tua di kampung halaman telah tiada.

Menyertai perayaan Hari Raya Idul Fitri kaum muslimin menyelenggarakan tradisi halalbihalal, silaturahmi, maaf-memaafkan, besar-kecil, tua-muda, laki-perempuan, kaya-miskin, pejabat-rakyat jelata. Sebagian memanfaatkan momentum mudik untuk ziarah kubur kepada leluhur yang telah mendahului mereka. Di antara mereka memanfaatkan momentum bulan Syawal sebagai ajang reuni, baik sesama teman SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi.

Belakangan di hari-hari pertama bulan Syawal penulis dipercaya untuk menyampaikan renungan hikmah syawalan, bagaimana memelihara nilai-nilai dan buah ibadah puasa, dan apa yang mesti dilakukan pasca Ramadhan. Berikut sebagian dari bahan renungan yang dimaksud.

Puasa adalah olah jiwa menuju pencerahan rohani, inspirasi untuk giat beribadah dan bekerja; amanah, ikhlas, jujur, adil, tepo-seliro. Kriteria orang yang bertaqwa menurut QS Al-Baqarah/2:177 : (1) beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi; (2) memberikan harta benda kepada para kerabat, anak yatim, fakir-miskin, orang dalam perjalanan dan yang meminta-minta; (3) mendirikan shalat; (4) menunaikan zakat; (5) memenuhi janji; (6) sabar.

Orang yang bertakwa senang berbuat kebaikan, rela berbagi dalam kondisi rezeki lapang maupun sempit, menahan marah, memaafkan, dan banyak berdzikir. Takwa membuka pintu keberuntungan dan ampunan, memudahkan yang sukar, mendatangkan rezeki, dan menenteramkan, serta membahagiakan.

Untuk mencapai kebahagiaan, kita mesti hidup sederhana dan pandai mengatur pengeluaran uang; tiada kebahagiaan tanpa ketabahan. Orang yang tidak merasa cukup dengan yang sedikit, selamanya tak akan menemui kebahagiaan (income 1 juta habis; 7 juta habis, 12 juta habis pula).

Mengasihi adalah kebahagiaan dalam kebahagiaan orang lain; orang yang hanya memikirkan diri sendiri tak akan bahagia. Memberi dengan demikian sama dengan menerima. Keluarga bahagia ibarat sebuah gedung yang setiap hari harus dibangun kembali. Baiti jannati – rumahku surgaku (sakinah, mawaddah, rahmah). Anjurkanlah kepada anak-anak supaya berkelakuan baik; itulah yang dapat menimbulkan kebahagiaan; bukan jabatan atau kekayaan.

Kebahagiaan hidup yang sebenarnya adalah hidup dengan rendah hati dan merasa puas terhadap diri sendiri. Luwih becik mikul dawet karo rengeng-rengeng, tinimbang numpak mobil karo mbrebes mili. Berbahagialah orang yang menemukan pekerjaan sesuai dengan bakatnya; ia tak perlu lagi mengejar kebahagiaan lain. Jika tak kunjung mendapat pekerjaan yang sesuai dengan minat, maka bakatilah pekerjaan yang dijalani. Tetap tenang menghadapi kesulitan, karena sering kali kesulitan itu akhirnya menimbulkan kebahagiaan yang besar (jer basuki mawa bea).

Kita tak dapat menyentuh cinta, tetapi kita merasakan keindahan yang diberikannya. Tanpa cinta, kita takkan Bahagia. Cinta adalah satu hati dalam dua tubuh. Persahabatan dapat melipatgandakan kegembiraan dan sanggup membagi-bagi kesusahan. Teman sejati terbukti ketika kita sedang diuji. Rezeki itu bukan hanya uang. Teman yang baik pun rezeki dari Tuhan.

Berbahagialah atas apa yang kaudapat hari ini dan berusahalah serta mohonlah kepada Tuhan untuk kebaikan hari esok (syukuri apa yang ada). Jalan menuju kebahagiaan: bebaskan hati dari dendam dan takut; sedikit berharap, banyak memberi; mengisi harapan dengan kasih sayang; pancarkan cahaya, lupakan diri sendiri dan ingat orang lain; perlakukanlah sesama manusia seperti engkau ingin diperlakukan.

Al-Quran adalah sumber kebahagiaan; sediakan waktu setiap hari satu jam saja untuk membaca Al-Quran dan memahami kandungannya. Iman bertambah dengan taat dan berkurang karena maksiat. Landasan iman adalah jiwa yang suci, landasan keikhlasan ialah hati yang jernih. Setiap amal yang tidak dimaksudkan karena Allah swt akan sia-sia.

Semua manusia akan binasa, kecuali yang berilmu; semua yang berilmu akan binasa, kecuali yang beramal; semua yg beramal akan binasa kecuali yang ikhlas. Tak ada baiknya ucapan tanpa pengamalan, pengetahuan tanpa ketakwaan, sedekah tanpa ketulusan, kekayaan tanpa kedermawanan.

Hati hidup dengan hidayah, mati dengan kesesatan; sehat dengan kesucian, sakit dengan ketergantungan; jaga dengan dzikir, tidur dengan kelengahan. Siapa bertakwa dilindungi Allah, siapa bertawakal dicukupkan kebutuhannya, siapa bersyukur ditambah rezekinya, siapa bersedekah dilipatgandakan balasannya.

Para cerdik pandai dan bijak bestari berpesan tentang kebahagiaan demikian.

“Nikmatilah kebahagiaan dari hal-hal yang sederhana.” (Einstein).

“Kebahagiaan dirasakan oleh orang-orang yang bisa merasa puas terhadap diri sendiri.” (Aristoles).

“Kebahagiaan hidup yang sebenarnya ialah hidup dengan rendah hati.” (William M Thacheray).

“Kebahagiaan tak mungkin terwujud tanpa dukungan ketabahan.” (Fomier Alain).

“Kebahagiaan adalah keharmonisan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan.” (Mahatma Gandhi).

“Kebahagiaan harus diperjuangkan, bukan dengan mengeluh, meminta belas kasihan atau pasrah kepada nasib.” (Cicero).

“Raja ataupun petani akan merasa bahagia bila mendapat kedamaian dalam rumah tangganya.” (Goethe).

Tombo ati di bulan Syawal

 

Bismillah tawakkalna billah

Bismillah tawakkalna billah

Bismillah tawakkaltu ‘alallah

Bismillah bismillah bismillah.

 

Tamba ati iku lima perkarane.

Kaping pisan, maca Quran lan maknane.

Kaping pindo, shalat wengi lakonana.

Kaping telu, wong kang shaleh kumpulana.

Kaping papat, kudu weteng ingkang luwe.

Kaping lima, dzikir wengi ingkang suwe.

Salah sawijine sapa bisa anglakoni.

Mugi-mugi Gusti Allah ngijabahi.

 

Allahummarhamna bil-quran

Waj’alhu lana imaman wa nuran wa hudan wa rahmah

Allahumma dzakkirna minhu ma nasina wa ‘allimna minhu ma jahilna

Warzuqna tilawatahu ana`allaili wa athrafan-nahar

Waj’alhu lana hujjatan ya rabbal ‘alamin

 

Ya Allah, sayangilah kami dengan Al-Quran

Jadikanlah Al-Quran pemimpin, cahaya, petunjuk, dan rahmat bagi kami

Ya Allah, ingatkanlah apa yang kami lupa, dan ajarkan apa yang kami belum tahu.

Karuniakan kepada kami kesanggupan untuk membacanya di tengah malam dan di ujung siang.

Dan jadikanlah pembela kami, wahai Tuhan Pemelihara alam semesta.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1444 H, mohon maaf lahir dan batin, kembali pada fitrah, memperoleh kejayaan, segala ibadah diterima, dan segala salah dimaafkan. Semoga Allah swt mempertemukan kita dengan Ramadhan lagi di tahun depan.

*Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag., Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga, penulis e-book, 365 Kearifan: dari Sokrates Hingga Soekarno (2023), menulis buku bersama Fahrudin, M.Ag., dan Fatimah Fatmawati, M.Ag., Reformulasi Metode Tafsir Tematik (Yogyakarta: Q-Media, 2023), dan 60-an buku lainnya.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here