Oleh: Hitta Alfi Muhimmah
Amanah luar biasa kali ini datang dari komunitas menulis yang sangat bergengsi. Sahabat Pena Kita (SPK) bagi saya pribadi, komunitas ini bukan sekedar komunitas menulis biasa. Bahkan bisa disebut komunitas rasa keluarga. Hampir dua tahun saya bergabung di komunitas ini. Banyak ilmu yang saya dapatkan.
Tentu yang pertama adalah ilmu tentang menulis, karena memang marwah komunitas ini adalah komunitas kepenulisan. Kemudian, dari SPK saya belajar banyak terkait pembentukan komitmen. Ya, jika telah bergabung di SPK itu artinya kita telah berkomitmen untuk menjadi seorang penulis. Konsekuensi jika kita telah memilih untuk menjadi seorang penulis maka harus lebih produktif menulis.
Artinya kita mau tidak mau harus membiasakan menulis bisa setiap bulan, setiap pekan, atau bahkan setiap hari. Nah, di SPK ini kami dilatih untuk konsisten menulis setiap bulan berupa naskah antologi yang akan dibukukan oleh penerbit SPK. Ini yang saya maksud dengan ilmu komitmen yang saya singgung diatas.
Setiap anggota wajib memiliki komitmen untuk menyelesaikan tulisan dan meyetorkan kepada sekretaris SPK yaitu Ibu Sri Lestari Linawati. Jika tiga bulan berturut-turut tidak menyetorkan naskahnya, maka siap-siap akan di downgrade dari SPK Pusat menuju SPK daerah atau bisa-bisa malah di keluarkan dari komunitas ini.
Dengan adanya peraturan yang mengikat inilah, sebuah komitmen diri akan diuji. Lambat laun akan terjadi seleksi alam dengan sendirinya. Dan yang bertahan adalah pemenangnya. Artinya siapa yang kuat bertahan, ialah yang lulus ujian komitmen untuk menjadi seorang penulis. Dan layak diberikan predikat penulis profesional.hehe…
Anggota SPK memiliki latar belakang yang beragam. Ada yang dari kalangan mahasiswa pascasarjana seperti saya, ada juga yang dari kalangan guru, pengawas, widiaiswara, dosen, bahkan para pejabat daerah serta para guru besar (professor). Ada juga yang memang ia menekuni penulis sebagai profesinya. Seperti Mas Haidar seorang penulis biografi terkanal yang puluhan karyanya telah terpampang pada rak-rak toko buku seperti gramedia.
Bersyukur sekali bisa berada di antara orang-orang hebat seperti beliau-beliau semua. Harapan saya sederhana, semoga saya dapat menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari beliau-beliau. Serta saya bisa menjaga motivasi menulis diri ini agar tidak mudah luntur. Selain itu, saya ingin menjadi penulis professional, maka saya harus sering-sering berinteraksi dengan para penulis hebat.
Seperti hasil riset dari Dr. David McClelland psikolog social dari Harvard. Mengatakan bahwa orang-orang yang diasosiakan sebagai grup refrensi atau teman terdekat kita, menentukan 95% sukses dan gagalnya kita dalam kehidupan. Karena orang terdekat kita, cepat atau lambat, besar atau kecil, langsung atau tidak akan ikut menentukan standart dan sudut pandang kita dalam hal apapun.
Nah, maka dari itu saat ini saya sedang dalam fase berusaha bergabung dalam komunitas menulis yang kredibel. InsyaaAllah saya ingin belajar dari para guru-guru saya di SPK. Belajar tak hanya sebatas belajar menulis, melainkan belajar dari kehidupan beliau-beliau. Belajar meneladani sifat beliau. Yang sering saya amati, meskipun ilmu beliau sudah berada di lapisan atas bumi. Namun beliau tetap saja membumi. Tidak semua orang berilmu mampu seperti ini. Dan saya mendapatkan ilmunya dari SPK. Subhanallah…
Kali ini saya juga mendapatkan mandat dari Ibu Dr. Amie Primarni dan Ibu Sri Lestari Linawati untuk membersamainya menyunting naskah. Naskah antologi kali ini berbeda dengan sebelumnya. Naskah ini berasal dari para peserta pelatihan kelas menulis yang diselenggarakan dengan cara Daring (dalam jaringan) oleh SPK.
Acara ini tentu di inisiasi oleh para guru-guru SPK yaitu Bapak Dr. Ngainun Naim, Bapak Much. Khoiri, dan tentu saja ketua SPK yang tak henti-hentinya memotivasi kami yaitu Bapak Dr. M. Arfan Mu’ammar, M.Pd.I.
Setelah naskah peserta yang telah disatukan oleh Bu Amie dan Bu Lina dikirim ke email saya, selanjutnya saya mencoba membaca sekilas beberapa naskah peserta sebelum saya menyuntingnya. Sekilas naskah mereka sangat luar biasa. Bahkan sangat jarang sekali peserta pelatihan yang mau berkomitmen mengumpulkan produk hasil pelatihan berupa naskah. Namun peserta KMD (Kelas Menulis Daring) kali ini mampu menyelesaikan tantangan ini.
Tidak salah jika buku yang akan terbit ini diberikan judul Dari Menulis Menuju Mahakarya. Karena benar ini adalah sebuah Mahakarya, lebih dari sebuah karya. Sehingga saya selaku editor baru disini sangat mudah memoles naskah menjadi lebih cantik dan anggun. Tidak perlu terlalu memeras otak dalam menyunting naskah ini. Karena mereka seperti sudah paham betul bagaimana cara menulis yang baik. Hanya sedikit saja kalimat yang salah ketik ataupun kelebihan spasi.
Sekali lagi, saya selaku editor baru di karya SPK kali ini, namun saya sangat merasa bersyukur bisa berada di tengah-tengah orang hebat. Serta bersyukur bisa berada di antara sebuah mahakarya yang ditulis oleh orang-orang yang memiliki komitmen tinggi. Terimakasih…