BEST PRACTICE SI ANAK SINGKONG

0
2143

Setoran Sunah September

BEST PRACTICE SI ANAK SINGKONG

Muhammad Chirzin

Chairul Tanjung adalah pengusaha sukses yang naik daun dan meroket berkat ketabahan, ketekunan, dan kerja keras, serta keberanian untuk mengambil risiko. Kesuksesannya tidak datang tiba-tiba. Jiwa kewirausahaannya telah diasah sejak muda belia.

Kisah sukses Chairul Tanjung dibukukan oleh Tjahja Gunawan Diredja dalam buku berjudul Chairul Tanjung Si Anak Singkong (Jakarta: Kompas, 2012). Cetakan pertama buku ini Juni 2012, dan lima bulan kemudian, yakni pada bulan Oktober pada tahun yang sama sudah mengalami cetak ulang kedelapan. Jika sekali cetak 5000 eksemplar, maka delapan kali cetak sekurang-kurangnya telah beredar 40.000 eksemplar.

Judul buku tersebut rasanya pas dengan sosok Chairul Tanjung. Kunci suksesnya, sebagaimana tertera dalam prolog: Bekerja Keras, Ikhlas, dan Jujur, dan dalam epilog: Saya Sekarang adalah Akumulasi Masa Lalu.

Tjahja Gunawan Diredja punya alasan tertentu mengapa menulis Chairul Tanjung. Tjahja Gunawan Diredja adalah wartawan harian Kompas. Lahir di Subang, 8 Maret 1966. Pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Subang dan pendidikan menengah atas ditempuh di SMA Negeri 1 Bandung. Pernah menjadi anggota HMI Jawa Barat. Aktif di berbagai diskusi dan gerakan mahasiswa di Bandung.

Testimoni atas terbitnya buku ini disampaikan oleh beberapa pakar dan tokoh terkemuka. Amien Rais menulis, “Saya, seperti masyarakat Indonesia pada umumnya, merasa bangga ada seorang tokoh muda Indonesia yang telah berhasil menjadi tokoh bisnis, tokoh properti, tokoh perbankan, dan tokoh media massa. Seorang tokoh serba bisa yang sangat menentukan keadaan Indonesia masa kini dan mendatang.”

Dahlan Iskan menulis, “CT [Choirul Tanjung] di mata saya adalah seorang Indonesia yang diimpikan siapa saja: muda, bekerja keras, sukses besar, bersih, dan gentleman. Karena itu saya sangat respek dan sangat hormat kepadanya. Bukan menghormati kekayaannya, melainkan kepribadiannya.”

Promosi Penerbit pada sampul belakang, bahwa buku ini wajib dibaca siapa pun, khususnya generasi muda yang ingin mempelajari arti sebuah perjuangan hidup, dan kerja keras untuk mengubah kehidupan, serta mewujudkan cita-cita. Tidak ada sukses yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan, dan tidak ada prestasi tanpa perjuangan, dan kerja keras.

“Bung CT merupakan salah satu tokoh muda yang sukses membangun komunitas bisnisnya, bukan berangkat dari sesuatu yang sudah besar. Perjuangannya dalam membangun apa yang telah dicapainya sampai saat ini tidak lepas dari kepemimpinan dan visi yang dimilikinya dalam ikut serta membangun negara ini. Buku ini menceritakan secara rinci perjuangannya itu.” (Djoko Suyanto, Menteri Koordinaor Politik, Hukum, dan Keamanan Kabinet Indonesia Bersatu II)

“Sosok CT mengingatkan konsep filosofis “dari tiada menjadi ada.” Di tangan CT, konsep itu menjadi riil. Berkat ketekunan dan dan kerja kerasnya,CT berhasil menciptakan sekian usaha baru yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan banyak orang. Di antaranya menciptakan lapangan kerja bagi lebih dari 75.000 karyawan dan mengharumkan nama Indonesia di mata internasional.” (Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas)

“Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal pun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri.Baginya, ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi, ini merupakan upaya perusahaan nasional Indonesia bisa berdiri sendiri, dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hal ini patut diapresiasi agar Indonesia dapat bersaing di kancah dunia. Resapi secara mendalam buku ini, dan Anda akan memahami prinsipnya dalam menjalankan usahanya.” (Soekarwo, mantan Gubernur Jawa Timur)

“Negeri kita telah banyak melahirkan putra terbaik, yang karyanya merupakan manifestasi dari kecintaan kepada negerinya. Sedikit berbeda dari yang lainnya, kecintaan CT pada Indonesia selalu diwujudkan dalam kerja keras, dan kerja nyata, yang dapat juga dinikmati oleh masyarakat luas. Pemikiran-pemikirannya dapat menjadi mercusuar bagi generasi muda  yang memiliki hasrat dan mimpi yang sama.” (Tantowi Yahya, Artis, Anggota DPR RI)

Di antara pandangan hidup Chairul Tandjung ialah sebagai berikut.

“Selama 50 tahun perjalanan hidup saya, pengalaman berharga yang saya rasakan adalah saat kita memiliki cita-cita untuk selalu menjadi lebih baik. Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini.”

“Kita butuh banyak wirausaha yang nasionalis, nasionalis kerakyatan, karena ini tugas kemanusiaan. Karena kekayaan tidak dibawa mati. Inilah watak kebangsaan paling sejati. Kita berbuat, tidak sekadar retorika.” (hlm 177)

“Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras, keuletan, kegigihan, dan kedisiplinan.” (hlm 347)

Isi buku itu tecermin dari bagian judul-judulnya, antara lain, sebagai berikut.

  • Prolog, Jakob Oetama: Bekerja Keras, Ikhlas, dan Jujur.
  • Kain Halus Ibu sebagai Biaya Kuliah
  • Lima Belas Ribu Pertama dalam Hidup Saya
  • Juragan Fotokopi di Kampus
  • Berjualan Alat Kedokteran di Kampus
  • Mahasiswa Teladan, Aktivis Sekaligus Pebisnis
  • Kegagalan Pertama Saat Usaha di Luar Kampus
  • Peran Pendidikan Bermula dari Keluarga
  • Sekolah di SMP Van Lith dan Pertemanan
  • Hampir Ditangkap Laksus karena Ngamen
  • Tanpa Almamater, Kita tak Seperti Ini
  • Bagi Saya, Ibu adalah Segalanya
  • Saya Dapat A+, Kamu Dapat Apes
  • Bank Mega Dibeli Seharga Rp 1
  • Menggagas Visi Indonesia 2030
  • Dewan Penasihat Majelis Ulama Indonesia
  • Mengelola Trans 7, Bekerja Sama dengan Kompas Gramedia
  • Mengawinkan Bisnis dan Idealisme
  • Epilog: Saya Sekarang adalah Akumulasi Masa Lalu

CT tidak membantah julukan the Rising Star, tetapi membantah disebut “pengusaha  dadakan”, sebab dia merasa semua diperoleh berkat kerja keras bertahun-tahun sejak mahasiswa. Dimulai dari usaha fotokopi, industri alas kaki, keuangan, lantas menggurita ke berbagai usaha, bahkan mengakuisisi perusahaan asing (Carrefour). Berkat kerja keras dan kerja tuntas dia berhasil mengubah dari nobody yang tidak diperhitungkan orang menjadi somebody yang diperhitungkan banyak orang.

Ketika ditanya wartawan, CT katakan, di tahun 1998, “Sukses tidak bisa diraih dalam waktu sekejap.” Butuh ketekunan, kerja keras, dan integritas yang tinggi. Dalam dunia usaha, kepercayaan merupakan modal utama. Begitulah pengalaman pertama kali ketika mendapat Kredit Modal Kerja Ekspor sebesar Rp 150 juta dari Bank Exim tahun 1987. Pihak Bank Exsim menilai CT mampu memutar uang itu dengan mengekspor sepatu anak-anak.

Chairul Tanjung cermin kesuksesan sosok bermodal kerja keras, ikhlas, jujur, dan integritas, serta kepercayaan bagi siapa saja.[]

 

 

 

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here