Ahmad Fahrudin
Bagaikan air dan minyak, sabar dan hawa nafsu memang merupakan dua perkara yang sulit disatukan. Bukan berarti tidak mungkin, karena tak jarang orang mengatakan rumus dunia ini serba mungkin. “Nothing impossible in the world”, begitu kiranya pepatah orang Inggris mengatakan, kurang lebih artinya tak ada yang tidak mungkin di dunia. Berarti semua serba memungkinkan.
Sabar dan hawa nafsu memang hal yang kontradiktif, hal yang demikian karena Allah sangat memungkinkan menguji makhluknya yang sholeh, beriman, dan bertakwa melalui dua hal ini. Saya ingat bagaimana kisah Nabi Yusuf dan Nabi Adam. Barangkali Anda juga masih ingat, semoga demikian.
Singkat cerita, Nabi Yusuf yang dibuang di dalam sumur oleh saudaranya kemudian ditemukan oleh pembesar Mesir, maka hiduplah Nabi Yusuf di istana dengan kemewahan. Perlakuan yang sangat istimewapun dialami oleh Nabi Yusuf. Ketampanan Yusuf yang konon kata Nabi Muhammad adalah separo dari ketampanan penduduk bumi, yang beliau menyaksikan sendiri ketika berada di langit ketika saat Mi’roj, menimbulkan gelora jiwa asmara keinginan luar biasa bagi istri pembesar Mesir. Niat buruk pun muncul seiring dengan adanya Yusuf tinggal di istana.
Istri pembesar Mesir pun menggoda Yusuf untuk melakukan tindakan yang tidak senonoh (zina). Akan tetapi Yusuf menolak, berbagai ancaman dan fitnahan istri pembesar Mesir terus dilancarkan agar Yusuf menuruti keinginan wanita tadi. Akan tetapi sekali lagi Yusuf tidak takut, justru Yusuf berdo’a kepada Allah lebih baik masuk penjara dibandingkan dengan menikmati kenikmatan sesaat di dunia ini, namun siksaannya sangat berat di akhirat.
Sungguh mengagumkan sekali cara Allah mengisahkannya. Allah pun mengangkat derajatnya karena berani meninggalkan apa yang seharusnya memang ditinggalkan. Apabila direnungkan dalam-dalam itu semua. Ternyata, keistimewaan Yusuf didasari keberaniannya melawan hawa nafsu.
Apa jadinya jika Yusuf menuruti hawa nafsu? Keberhasilannya melawan hawa nafsu membuatnya jadi salah satu tanda simbol kesabaran. Dia bisa dibanggakan karena semangatnya melawan hawa nafsu pada saat kesempatan terbuka lebar. Padahal, kesabarannya sesaat, namun betapa agungnya kemuliaan dan kebanggan yang dia terima.
Kejadian sebaliknya justru dialami oleh Adam saat menuruti hawa nafsunya. Tergoda oleh rayuan Hawa yang pada saat itu Hawa terbuai oleh gombalan Iblis akhirnya Adam memetik buah sejuta umat bernama buah Quldi. Akibatnya Adam dan Hawa menerima takdir akibat melanggar larangan Allah.
Andaikata dia tidak segera menyadari kesalahan yang dilakukannya, tentunya akan mendapatkan aib yang abadi pula. Aib yang kemungkinan besar tidak akan mampu ditebus oleh Adam dan Hawa sisa akhir umur hidupnya. Namun, Allah adalah zat Yang Maha Pengampun bagi semua makhluq-Nya.
Hendaklah kita selalu berpikir dan cermat menangkap buah dari kesabaran dan memahami petaka yang diakibatkan hawa nafsu. Seorang yang cerdas bisa cermat membedakan dua hal, seperti antara yang manis dan yang pahit, mana madu dan mana racun, mana susu dan mana cuka.
Orang yang telah seimbang dalam pikirannya dan tidak condong pada hawa nafsu akan melihat bahwa sebenarnya keuntungan akan didapat dalam kesabaran. Kerugian akan didapatkan jika hawa nafsu diperturutkan. Perkara ini cukuplah menjadi nasehat bagi kita yang ingin menjauhkan diri agar tidak terjebak dalam jerat hawa nafsu.