Bubur dan Salah Mengambil Keputusan

0
1766

Oleh: Abd. Azis Tata Pangarsa

Beberapa saat yang lalu ketika sakit, Dokter menyarankan agar saya tidak boleh terlambat makan dan kalau tidak enak makan, mengkonsumsi saja bubur. Kuaduk-aduk bubur campur ketan hitam dan kacang hijau ini sambil mencoba menemukan emas di dalamnya. Syukur-syukur kalau menemukan koin emas, kan lumayan bisa dijual buat bayar hutang. Hehehehe…

Bukan koin emas yang saya dapatkan, tetapi sebuah hikmah yang maha dahsyat bagi kehidupan kita sebagai manusia yang pernah salah atau lalai dalam mengambil keputusan.

Menurut saya awal mula adanya makanan bubur adalah dimasak karena kelalaian, salah atau terlambat dalam mengambil keputusan. Sebuah produk makanan inovatif yang dibuat secara tidak sengaja. Sejak awal merencanakan ingin memasak ketan hitam, atau kacang hijau atau nasi karena terlalu banyak air dan lupa mengangkatnya, lama kelamaan mencair dan menjadi bubur.

Ketan hitam, kacang hijau dan nasi yang sudah menjadi bubur atau hal yang sudah telanjur dan tidak bisa diubah lagi ini, jika tidak dapat disikapi dengan baik membuat kita bisa menjadi kecewa, putus asa, marah dan emosi. Karena antara rencana dan hasil yang dicapai tidak sama. Rencana mau masak nasi, eh malah menjadi bubur.

Namun, dengan sedikit inovasi justru bubur menjadi makanan yang istimewa dan mengalahkan produk awal yang ingin dibuat sebelumnya.

Dalam kenyataan kehidupan kita, betapa banyak orang yang terlanjur salah jalan, salah keputusan, salah jurusan, lalai dalam hal tertentu sesuai dengan keadaan kita masing-masing. Ibarat bubur yang sudah telanjur terjadi, tak mungkin lagi diharapkan menjadi ketan hitam, kacang hijau dan nasi. Tetapi hal itu bukan lagi untuk disesali karena dibalik kejadian itu pasti tersimpan hikmah baik. Kita hadapi dengan lapang dada, kemudian fikirkan hikmah dari setiap kejadian yang sudah telanjur dan temukan jalan yang lain. Bisa jadi jalan yang lain itu adalah hal yang lebih indah dan membahagiakan.

Tadi sore, saya bertemu murid MI saya, yang sudah dua tahun cita-citanya untuk kuliah gagal karena selain tidak direstui oleh orang tuanya, juga karena kekurangan biaya. Sempat membuatnya kecewa dan putus asa. Namun Subhanalloh berkat kesabaran dan dengan tekad semangat yang pantang menyerah, akhirnya di tahun ketiga dia justru mendapatkan beasiswa kuliah dan mau tidak mau orang tuanya pun menyetujuinya untuk melanjutkan studi, kuliah di Perguruan Tinggi. Memang dia pernah gagal tetapi dia tidak patah semangat dengan kegagalannya. Dan saya mendoakan agar kelak di kemudian hari dia bisa sukses dan membanggakan kedua orang tuanya.

Kesimpulannya, kalau kita pernah merasa salah mengambil keputusan, apa pun itu. Tak perlu disesali. Betapa banyak orang yang salah langkah dan salah jurusan ketika kuliah justru menjadi orang yang sukses di kemudian hari, bahkan lebih sukses dari orang yang benar dalam mengambil keputusan. Karena mereka mampu mengkreasikan keputusannya yang pernah salah dengan kemampuan inovasi yang tinggi.

Saya punya beberapa teman kuliah, yang kini bukan berprofesi menjadi sesuai jurusan kuliahnya, namun justru mereka sukses di bidang lain, ada yang jadi motivator, wartawan, perangkat desa, petani, peternak, wiraswasta, kyai, pedagang, pengusaha dan lain-lain. Mereka ini adalah ibarat makanan bubur yang sebenarnya hasil dari salah masak namun mampu menjadi bubur yang lezat untuk dimakan.

NB: contoh ada mahasiswa yang lulus di jurusan Psikologi, bukannya jadi Psikolog atau guru BK di sekolah, malah jadi Kyai di Pesantren Rakyat.

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here