Cacing dan Ular

0
2047

Cacing dan Ular

Sri Lestari Linawati

Cacing dan Ular (Ad-Dudah wats Tsu’ban) adalah judul teks drama karya Ali Ahmad Bakatsir yang termasuk teks drama yang dianalisis oleh Prof. Dr. Sangidu, M.Hum. Dikupas secara mendalam dalam buku beliau “Strukturalisme dalam Sastra Arab: Teori dan Aplikasinya.” (Yogyakarta, UGM Press, 2018).

Drama Arab berjudul “Ad-Dudah wats Tsu’ban” ini menggambarkan ekspedisi militer Perancis ke Mesir. Drama ini berpijak pada realita sosial historis, yaitu kedatangan Napoleon Bonaparte yang membawa semangat imperialisme (kolonialisme) untuk menaklukkan Mesir agar menjadi daerah jajahannya.

Apa yang menarik dari kajian ini?

Satu, buku “Strukturalisme dalam Sastra Arab: Teori dan Aplikasinyanya.” (Yogyakarta, UGM Press, 2018) adalah dorrprize yang kan dibagikan saat kajian Arabic Corner #4, Sabtu, 27 Februari 2021. Lima peserta terbaik yang mengikuti melalui zoom maupun siaran RadioMu (YouTube, Instagram, Twitter, Facebook) berkesempatan mendapatkannya.

Dua, Prof. Dr. Sangidu, M.Hum akan mengurai lebih detil pada kajian Arabic Corner #4 dengan topik “Relevansi Studi Bahasa Arab untuk Studi Sastra Arab”. Senang bisa terhubung kembali dengan dosen kami yang enerjik. Materi yang kami ingat hingga kini adalah “Tabkirut thuyur”, Burung-burung Bangun Pagi.

Prof. Sangidu pernah menjabat Sekretaris Jurusan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya UGM, Ketua Jurusan, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Pengelola Program Master dan Doktor Minat Kajian Timur Tengah Sekolah Pascasarjana UGM, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo dan Ketua Departemen Antarbudaya FIB UGM.

Tiga, Ali Ahmad Bakatsir penulis drama Ad-Dudah wats Tsu’ban ini adalah penulis drama terkemuka, keturunan Hadramaut yang lahir di Surabaya pada tahun 1910. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Mesir dan meninggal di sana pada tahun 1969 (Sangidu, 121).

Mendengar nama Ali Ahmad Bakatsir ini mengingatkan saya pada puisinya yang pernah saya teliti “Merah Putih Indonesia”. Menarik bukan? Faktanya dia lahir di Surabaya, maka tidak heran bila dia juga mencintai Indonesia.

Pernah pula saya melakukan wawancara dengan saudaranya di kampung Arab Jember, Jawa Timur. Beliau pun pernah tinggal di kampung ini. Semoga kesehatan dan kesejahteraan terlimpah pada kita semua. Mengagungkan namaNya menjadi pengikat kesatuan dalam mempelajari bahasa Arab.

Hujan Mengguyur Djokjakarta, 24 Februari 2021

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here