Oleh: Syahrul
Siapa yang paling mencintai Rasulullah ﷺ? Saya, Anda, atau siapa saja bisa mengklaim, tetapi biarkan beliau yang menjawabnya, “Yang paling mencintaiku adalah yang paling baik akhlaknya.”
Dalam sebuah riwayat yang diceritakan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling mencintaiku adalah yang paling baik akhlaknya, orang yang santun perangainya, yang ramah dan disegani. (HR. Ath-Thabrani). Dalam riwayat lain, “Yang paling dekat majelisnya denganku pada hari kiamat.”
Siapa yang tidak kenal kemulian akhlak Rasulullah ﷺ. Ia diceritakan bukan hanya oleh kawan bahkan lawan. Dari yang paling dekat sampai yang terjauh. Dipuji oleh Tuhan pencipta Alam yang tidak ada lagi pujian yang lebih mulia darinya. “Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.”
Mari sejenak mendengarkan sekelumit kemulian sang Rasul dari orang-orang terdekatnya. Ummul Mukminin Aisyah ra. Pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah, Ia menjawab, “Khuluquhu al-Quran. Akhlak beliau adalah al-Quran.” Al-Quran yang berjalan.
Kemulian Rasulullah ﷺ ada pada semua lini kehidupan. Tidak ada celah yang tidak bisa dicontoh. Sebagai apa pun kita di dunia ini. Kita mulai dari kelembutan hati sang nabi. Masih dari Aisyah, bahwa Rasulullah tidak pernah memukul sesuatu dengan tangannya, tidak pula memukul perempuan dan pelayan. Kecuali Beliau berjihad di jalan Allah. (HR. Muslim)
Anas yang melayani beliau selama 10 tahun menuturkan, bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah berkata, “Hus!” Padaku. Beliau tidak pernah berkata sesuatu yang aku kerjakan, “Mengapa aku melakukan itu?” Tidak pula berkata pada sesuatu yang tidak aku lakukan, “Mestinya kau melakukan ini?” (Muttafaq alayhi)
Dari Anas, “Aku sedang berjalan bersama Rasulullah ﷺ, beliau mengenakan selimut Najrani yang kasar pinggirnya. Tiba-tiba seorang badui mencegat beliau, lalu menjambret selimut itu dengan sangat keras. Aku perhatikan kulit leher Nabiﷺ memerah bekas goresan pinggiran selimut akibat renggutan yang kuat. Orang badui itu kemudian berkata, ‘Wahai Muhammad, berikanlah padaku sebagian harta Allah yang ada padamu.’ Beliau menoleh ke arahku, lalu tersenyum, kemudian menyuruh seseorang untuk memberikan selimut itu padanya.” (Muttafaq alayhi)
Masih diceritakan oleh Anas bin Malik, “Ketika kami berada di masjid bersama Rasulullah ﷺ, tiba-tiba datang seorang badui. Ia langsung buang air kecil di dalam masjid. Para sahabat yang melihat kejadian itu marah dan mencoba menghardik sang badui. ‘Hai, hai!’ Seru mereka dengan keras. Dengan tenang Rasulullah ﷺ mengingatkan para sahabatnya, ‘Jangan memotongnya, biarkan saja sampai selesai.’ Mereka pun membiarkannya sampai selesai hajatnya. Setelah itu beliau memanggilnya dan menasihati tanpa amarah.
‘Sesungguhnya masjid ini tidak pantas terkena secuil pun air kencing dan kotoran. Sesungguhnya masjid digunakan untuk berdzikir kepada Allah, Shalat, membaca al-Quran.'” Rasulullah kemudian menyuruh seorang sahabat untuk menyiram bekas kencing sang badui. (HR. muslim)
Sebagai Rasul yang diutus untuk menyempurnakan akhlak, maka beliau selalu memotivasi umatnya untuk berakhlak mulia. Diantara petuah-petuah itu, “Hamba Allah yang paling dicintai Allah adalah yang paling baik akhlaknya.”
Pada kesempatan lain beliau bersabda, “Orang mukmin yang paling utama yaitu yang paling baik akhlaknya.”
Kita memang jauh, dan sangat jauh dengan Rasulullah tapi, mari belajar dan mulai meneladaninya sejengkal demi, sejengkal, sehasta demi sehasta, selangkah demi selangkah.
Allahumma Shalli ala Muhammad.
#maulidrasulullah
#12rabiulawal