Oleh : Didi Junaedi
Manusia sebagai pemeran utama dalam kehidupan ini dituntut untuk mampu memainkan perannya dengan baik sesuai petunjuk ‘Sang Sutradara’, yakni Allah Swt, yang telah tertuang dalam naskah kitab suci-Nya, yakni Al-Quran.
Namun, perjalanan hidup yang panjang dan berliku serta dipenuhi dengan segala rintangan, hambatan, ujian dan cobaan seringkali membuat manusia membelokkan arah dan tujuan hidupnya. Dari yang semula meniti jalan lurus dengan berpegang teguh pada petunjuk-Nya, karena tidak kuat menghadapi ujian dan cobaan hidup, seringkali mencari ‘jalur alternatif’ yang dianggap dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapinya.
Padahal, Allah Swt melalui sejumlah ayat-Nya dengan tegas menyatakan bahwa tidaklah seseorang diberi ujian atau beban kehidupan melampaui batas kemampuannya. Allah juga menjanjikan kepada siapa saja yang senantiasa menempuh jalan takwa, yakni senantiasa memenuhi segala perintah dan seruan-Nya serta menjauhi dan menghindari segala larangan-Nya, akan diberi jalan keluar dari setiap persoalan yang dihadapinya.
Ironisnya, keterangan yang begitu jelas disebutkan dalam sejumlah ayat al-Qur’an seolah tidak bermakna apa-apa, ketika seseorang berada dalam kondisi terhimpit persoalan. Dia lebih memilih ‘jalan lain’ yang dianggapnya dapat segera menyelesaikan persoalan hidup yang sedang dihadapinya. Dia lupa bahwa ada sebuah kekuatan dalam dirinya yang dapat mengubah suatu kondisi buruk menjadi kondisi yang baik, memberi solusi atas segala persoalan, dan membuka jalan keluar atas setiap masalah. Kekuatan tersebut adalah ‘doa’.
Ya, doa adalah senjata orang-orang mukmin. Doa merupakan cara paling efektif dan tepat bagi seorang hamba untuk mengajukan permohonan, permintaan serta pengharapan kepada Allah.
Seseorang yang tengah berada dalam kesulitan hidup, hendaknya terus-menerus tanpa henti berdoa kepada Allah, memohon kepada-Nya agar segera diberi jalan keluar atas persoalan yang sedang dihadapinya.
Pun seseorang yang tengah menikmati kesuksesan hidup, hendaknya selalu mengingat Allah, mensyukuri segala nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya, agar Allah menambah nikmat kepadanya.
Kenyataan yang terjadi seringkali bertolak belakang dengan yang seharusnya. Tidak jarang seseorang yang ketika hidup dalam kondisi serba kekurangan, begitu rajin dan tekun beribadah, tetapi setelah dianugerahi hidup dalam kemapanan tidak tampak lagi semangat ibadahnya yang dulu. Kenikmatan dan kesenangan duniawi telah melenakannya. Doa yang telah dikabulkan Allah menjadi awal perubahan dalam hidupnya. Kehidupannya yang dulu dipenuhi nilai-nilai ibadah, kini tidak pernah terlihat lagi. Kehidupannya lebih diisi dengan pemenuhan nafsu duniawi semata.
Memang, hidup adalah pilihan. Setiap orang bebas menentukan pilihan dan jalan hidupnya masing-masing. Tetapi satu hal yang harus diingat, setiap pilihan tentu memiliki konsekuensi. Dan seseorang yang memilih suatu pilihan hidup, harus siap dengan konsekuensi yang akan ditanggungnya.
Agama mengajarakan sebuah konsep yang disebut dengan istiqamah, yaitu sikap konsisten dan teguh pada pendirian. Seseorang yang sadar akan kelemahan dirinya, dan yakin hanya ada satu kekuatan yang dapat mengubah segalanya, yakni kekuasaan Allah, akan berusaha selalu berada di jalan-Nya.
Bagi orang yang memiliki sikap istiqamah ini, ketika doa yang dulu terus-menerus dia panjatkan, kemudian dikabulkan oleh Allah, dia akan senantiasa berusaha untuk tetap berada dalam bimbingan Allah. Sehingga suatu saat ketika persoalan-persoalan baru menghadang di depannya, dia tidak akan cemas ataupun khawatir, karena dia yakin Allah akan selalu menolongnya, memberi jalan keluar terbaik untuknya.
Pada hakekatnya, setiap manusia tentu ingin mengakhiri perjalanan hidupnya di dunia ini dengan akhir yang baik, penuh ketenangan dan kedamaian. Dalam bahasa agama kondisi demikian disebut dengan istilah husnul khotimah.
Nah, untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka tidak ada jalan lain selain terus-menerus berdoa, memohon petunjuk kepada Allah agar kelak ketika tiba saatnya dia dipanggil oleh Allah, betul-betul dalam kondisi terbaik. Sehingga dia dapat mengakhiri perjalanan panjang kehidupannya dengan akhir yang baik atau husnul khotimah.
Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu istiqamah berada di jalan-Nya, sehingga mampu mewujudkan cita-cita mengakhiri hidup dengan husnul khatimah. Amin….
* Ruang Inspirasi, Rabu, 4 Maret 2020.