HAKEKAT KEMATIAN

0
2111

9Oleh : Didi Junaedi

‎“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati…” (Q.S. Ali ‘Imran: 185). ‎‎“Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun ‎kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh…” (Q.S. An-Nisa: 78). ‎‎“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti ‎menemui kamu…” (Q.S. Al-Jumu’ah: 8)‎

Ketiga ayat di atas, dan juga beberapa ayat lainnya di dalam al-Qur’an ‎yang berbicara tentang hakekat kematian, menjelaskan bahwa kematian itu ‎pasti akan datang menjumpai kita, kapan pun, dalam kondisi apa pun, dan di ‎mana pun kita berada. Tidak ada satu pun makhluk yang bernyawa di dunia ‎ini yang tidak merasakan kematian. Setiap yang bernyawa pasti akan mati.‎

Betapa pun kita berusaha menghindar dan menjauh dari kematian, ‎kematian itu pasti akan datang menghampiri kita. Tepat sekali apa yang ‎disampaikan Imam Al-Ghazali, bahwa sesungguhnya yang paling dekat ‎dengan kita adalah kematian. Memang, kita tidak pernah tahu kapan, di ‎mana, dan dalam kondisi apa kelak ketika kematian datang menjemput kita. ‎Tetapi, kematian tahu persis kapan ia datang kepada kita.‎

Meski begitu dekatnya jarak antara kita dengan kematian, tetapi setiap ‎kita pasti berharap untuk diberi umur panjang, dan dijauhkan (sementara) ‎dari kematian. Bahkan, kalau diizinkan, kita— seperti yang diungkapkan oleh ‎Chairil Anwar dalam puisinya— ingin hidup seribu tahun lagi.‎

Para ulama ahli hikmah menyampaikan pesan dengan bijak, bahwa ‎sesungguhnya bukan kematiannya yang harus kita takutkan, tetapi apakah ‎bekal untuk menghadapi kematian, serta perjalanan setelah kematian itu ‎sudah kita persiapkan?‎

Kematian itu pasti. Kehidupan setelah kematian juga suatu yang qath’i, ‎sebagaimana dijelaskan dalam sejumlah firman-Nya yang termaktub dalam ‎Kitab Suci, serta dipertegas oleh hadis Nabi Saw. Dengan demikian, maka tak ‎ada guna alias sia-sia belaka kita hindari, takuti apalagi ingkari sesuatu yang ‎pasti. Yang terpenting adalah bagaimana agar ketika kematian itu datang, kita ‎sambut dengan senyuman, karena kita telah siap menghadap Sang Rahman ‎dengan bekal iman serta amal yang telah kita lakukan sepanjang hayat kita.‎

Tugas terpenting yang harus kita lakukan adalah bagaimana agar ‎kelak, ketika ruh kita lepas dari jasad, kita disambut dengan sapaan mesra ‎oleh Allah Swt. dengan ucapan: “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada ‎Tuhanmu dengan hati yang ridla dan diridlai-Nya. Maka masuklah ke dalam ‎golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku.” ‎

* Ruang Inspirasi, Jumat, 27 Desember 2019.

‎* Tulisan ini saya persembahkan untuk Bu Hj. Anisatun Muthi’ah, M.Ag. (Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon) ‎dan keluarga, yang baru mendapat musibah berupa meninggalnya ibunda ‎tercinta.

Semoga Almarhumah Ibu Hj. Muslihah binti Rahmat diampuni segala dosanya dan ‎diterima amal salehnya. Dan semoga keluarga yang ditinggal diberi ketabahan ‎menghadapi ujian ini. Amiin…‎

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here