Hati-Hati Diabaikan oleh Allah

1
1990

Oleh: M. Arfan Mu’ammar

Tanaman ini dahulu saya beli Rp.150.000,- pada tahun 2011. Namanya Pucuk Merah. Saya beli waktu itu masih sangat pendek, setinggi lutut saya. Tapi kini, seperti yang tampak di gambar, sudah sangat tinggi menjulang ke angkasa. Kira-kira tingginya 3.5 meter. Sedang yang samping kanan kirinya tinggi 2.5 meter.

Sebenarnya bisa lebih tinggi dari itu, tetapi tukang taman tidak bisa memotongnya jika terlalu tinggi, padahal sudah naik tangga setinggi 2 meter. Jadi ketika merapikan tanaman selalu saya bilang agar dipotong sebatas gunting meraih ke atas.

Pernah iseng saya tanya kepada tukang taman yang datang ke rumah hampir setiap bulan. “Pucuk merah setinggi ini kira-kira kalau dijual berapa ya pak?” sambil saya menunjuk pucuk merah yang paling tinggi.

Pak tukang menjawab dengan menaksir: “ya sekitar 3-4 juta pak” jawabnya singkat sambil kembali terus merapikan tanaman itu.

“Wah lumayan ya” jawab saya.

Kenaikan yang cukup signifikan, 150 ribu dalam waktu 10 tahun bisa menjadi 3-4 juta. Walaupun sedemikian mahal, saya tidak berniat menjualnya. Karena bisa jadi kalau dipindah, belum tentu dapat hidup di tanah atau tempat yang baru. Selain itu saya harus beli pucuk merah kecil lagi untuk saya rawat sekitar 10 tahun untuk bisa besar dan tinggi. Tidak semuah itu.

Saya termasuk orang yang suka melihat dan membeli tanaman, rasanya adem kalau depan rumah ada banyak tanaman rimbun. Tapi kurang suka merawatnya hehe. Saya lebih suka memanggil tukang taman untuk merawatnya, dibanding merawat sendiri. Lebih cepat selesai dan lebih rapi. Kalau saya kerjakan sendiri, belum tentu sehari selesai dan bisa jadi saya memanggil tukang pijat setelah merapikan tanaman, hehe.

Tanaman bisa bagus dan tinggi seperti itu, jika selalu dipotong dan dipangkas. Sebagian yang tidak faham tanaman mungkin berkomentar: “tanaman baru tumbuh kok dipotong, baru bersemai dipotong lagi, kasihan tanaman itu”.

Justru pemotongan itu akan membentuk keindahan tanaman, jika dibiarkan saja maka akan tumbuh menjadi tanaman yang tidak tampak indah.

Dalam hidup ini, seringkali kita mengalami ujian dan musibah, yang dalam konteks tanaman adalah pemangkasan. Kita yang tidak faham pasti akan mengeluh dan menggerutu, seraya mengatakan “rabbi ahanan” tuhanku sedang menghinakanku. Padahal musibah dan ujian yang ditimpakan kepada kita itu justru adalah proses pembentukan kita menjadi manusia yang indah, sempurna dan menaikkan derajat kita ke level yang lebih tinggi. Ujian dan musibah itu cara Allah menyelamatkan kita, cara Allah mendidik kita.

Justru resahlah ketika Allah “membiarkan” kita. Pembiaran Allah terhadap kita merupakan sebuah musibah yang sesungguhnya. Artinya Allah sudah tidak lagi peduli pada kita. Kita mau maksiat setiap hari, mau tidak salat sepanjang waktu, Allah tidak menegurnya, Allah membiarkannya.

Sama ketika orangtua sudah memberi tahu anaknya untuk tidak hujan-hujan, tetapi kok tidak didengarkan, akhirnya orangtua pun membiarkan anaknya, kalau dalam bahasa jawa “sak karep-karepmu le” (terserah kamu saja nak). Kalau orangtua sudah tidak bisa memberi tahu, nanti sakit akibat hujan-hujanan yang akan mengingatkan, atau terpleset akibat hujan-hujanan yang akan menegurnya.

Maka bersyukurlah jika Allah selalu mengingatkan kita dengan “cara”Nya. Teguran Allah akan mendidik kita, akan meninggikan kita. Dan Bersedihlah ketika Allah mengabaikan dan membiarkan kita, padahal kita bergelimang dengan dosa.

Selamat berkebun, selamat memangkas, jadikan halaman Anda indah dengan tanaman-tanaman hijau penyegar mata.

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here