HIDUP SEHAT DENGAN MEMBACA DAN MENULIS

0
1046

HIDUP SEHAT DENGAN MEMBACA DAN MENULIS*
Muhammad Chirzin
Hidup adalah anugerah Ilahi yang harus dinikmati dan disyukuri. Tuhan menghidupkan manusia bukan sebagai mainan dan bukan untuk bermain-main. Dia menciptakan mati dan hidup untuk menguji manusia siapa yang paling baik amalnya. (QS Al-Mulk/67: 1-2).
Hidup dan mati adalah rahasia Tuhan dan di tangan Tuhan, tetapi manusia bertanggung jawab untuk menjaga dan mempertahankannya. Salah satu penyebab kematian adalah sakit. Maka setiap orang niscaya berusaha agar tidak menderita penyakit. Sebagian besar penyakit timbul karena pola hidup yang tidak sehat, dan semua penyakit memang ada obatnya, kecuali tua. Maka jangan main-main dengan penyakit. Orang bijak berkata, “Menjaga kesehatan itu lebih baik daripada mengobati.”
Orang bijak selalu menjaga kesehatan, dan peduli untuk berbagi pengalaman dan resep hidup sehat kepada sesama, baik secara lisan maupun tertulis, agar orang-orang terhindar dari penyakit. Untuk itu setiap insan patut menyimak pesan Nabi Muhammad saw, “Gunakan lima hal sebelum tiba yang lima: Muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, luang sebelum sibuk, kaya sebelum miskin, dan hidup sebelum mati.”
Setiap orang yang tua pernah muda. Sebagian orang yang telah tua menyesali masa muda yang dilewati begitu saja. Padahal, betapa banyak peluang masa muda untuk berkarya; studi, berkreasi, dan berprestasi. Sayangnya, masa muda tak bisa diputar ulang. Dan penyesalan selalu datang kemudian.
Setiap orang pernah mengalami sakit, baik di masa kanak-kanak, muda, maupun dewasa; baik sakit ringan, sedang, maupun berat. Sungguhpun demikian, tak seorang pun pernah mengharapkannya. Kalau bisa tidak mengalami sakit untuk selama-lamanya. Orang pun rela mengeluarkan uang berapa saja demi kesembuhan dari penyakitnya.
Menjadi tugas setiap orang untuk menjaga kesehatan dengan sebaik-baiknya, baik kesehatan jasmani (fisik) maupun rohani (psikis). Orang bijak berkata, “Kesehatan adalah mahkota di atas kepala orang-orang yang sehat, dan tidak melihatnya kecuali orang-orang yang sedang sakit.”
Dewasa ini telah tersedia sejumlah buku tentang resep hidup sehat dan pengalaman jatuh dan bangun menggapai kesehatan. Di antara buku-buku yang dimaksud ialah tentang terapi kisah. Ternyata banyak ahli yang merekomendasikan penyembuhan dengan menggunakan kisah-kisah, baik dinarasikan secara lisan maupun tulisan.
Kisah-kisah untuk terapi diklasifikasi sesuai dengan penyakit yang diderita dan sebab-sebabnya, baik penyakit fisik maupun nonfisik. Terapi kisah diaplikasikan sesuai dengan porsinya. Sebagian besar fungsi kisah dalam terapi adalah untuk menenangkan dan membesarkan hati. Orang-orang yang sehat pun dapat memanfaatkan kisah-kisah tersebut untuk penghiburan diri.
Membaca adalah kenikmatan intelektual yang tak ada bandingnya. Membaca mengeluarkan manusia dari tempurung kehidupannya. Membaca adalah memberi asupan nutrisi otak yang sangat berguna. Bahan bacaan yang baik menjadi menu utama untuk menumbuhkan dan meningkatkan kapasitas intelektual seseorang. Dengan kalimat lain, kemajuan dan kemandekan seseorang ditentukan oleh bacaannya.
Orang bijak mengibaratkan otak manusia seperti adonan beton. Bila tidak diaduk terus-menerus akan mengeras. Dan otak manusia ibarat raksasa tidur; membaca adalah aktivitas menjaga agar raksasa itu tetap terjaga dan dapat membuahkan karya-karya yang luar biasa. Membaca adalah mengasah otak agar semakin tajam.
Alangkah bijaksananya Tuhan menurunkan ayat-ayat perdana Al-Quran berupa perintah untuk membaca (QS Al-Alaq/96:1-5).
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah yang menggantung.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar manusia menggunakan pena,
Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Di antara bahan bacaan yang tersaji dalam Al-Quran ialah kisah-kisah umat terdahulu bersama para utusan Allah swt dan peristiwa-peristiwa yang dihadapi Nabi Muhammad saw sepanjang masa dakwahnya menyampaikan risalah. Sebagian ulama bahkan memperkirakan kandungan Al-Quran itu sepertiganya adalah kisah.
Dari sudut pandang tertentu, sebagian dari kisah-kisah dalam Al-Quran berfungsi terapis, yakni penghiburan atas kecemasan yang dialami oleh Nabi Muhammad saw dalam berdakwah. Di antara ayat-ayat Al-Quran menggambarkan kondisi psikologis Nabi saw adalah sebagai berikut.
Teruskanlah apa yang sudah diperintahkan kepadamu, dan biarkanlah orang-orang yang musyrik. Cukuplah Kami Pelindungmu terhadap mereka yang mengejek, yang mempersekutukan Allah dengan sembahan lain; dan akan segera mereka ketahui akibatnya. Sungguh sudah Kami ketahui betapa sedih hatimu (dadamu menjadi sempit) karena apa yang mereka katakan. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, dan bersama-samalah dengan mereka yang sujud, dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu saat yang sudah pasti. (QS Al-Hasyr/15:94-99)
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab kepada hamba-Nya, dan tidak membuatnya berliku-liku.
Bimbingan yang lurus, untuk mengingatkan orang tak bertuhan mengenai siksaan yang sangat pedih dari pihak-Nya, dan memberi berita gembira kepada kaum beriman yang mengerjakan amal saleh, supaya mendapat balasan yang baik,
Mereka tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya.
Dan ia mengingatkan orang-orang yang berkata, “Allah mempunyai anak.”
Tentang ini mereka sekali-kali tidak punya pengetahuan, begitu pula nenek moyang mereka. Berbahaya sekali kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Apa yang mereka katakan hanya kebohongan semata.
Kira-kiranya engkau akan membinasakan dirimu karena sedih, setelah mereka pergi, jika mereka tidak percaya pada risalah ini.
Kami jadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan, untuk Kami uji mereka, siapa di antara mereka yang lebih baik amal perbuatannya.
Sungguh, segala yang di atas bumi Kami jadikan debu dan tanah kering tanpa tumbuhan. (QS Al-Kahfi/18:1-8)
Dalam dunia yang serba rasional, dakwah tentang keimanan yang masuk akal seperti yang diajarkan Islam ini akan diterima secara universal. Tetapi dunia tidak seluruhnya rasional. Suatu beban yang berat bagi seorang juru dakwah Islam yang ikhlas itu jika dakwahnya harus mendapat banyak perlawanan. Rasulullah saw ingin menunjukkan jalan keselamatan.
Selama masa Mekah, Rasulullah saw dihadapi dengan caci maki dan kekejaman oleh pemuka-pemuka Mekah. Bukan saja kepada dirinya, tetapi juga terhadap agama yang dibawanya. Hati yang kurang berani akan sangat ngeri menghadapi tugas yang tampaknya sudah tidak memberi harapan untuk membersihkan dunia dari kepalsuan, takhayul, kerakusan, kemaksiatan, dan penindasan.
Dalam ayat tersebut Rasulullah saw dihibur, dan disebutkan bahwa ia tidak akan membinasakan diri. Ia melakukan pekerjaan yang sangat mulia. Seperti terlihat akibatnya kemudian, benih kebenaran itu akhirnya bersemi dan berkecambah, meskipun tidak tampak seketika. Di samping itu “pemuka-pemuka” dan “pemimpin-pemimpin” itu hanya berlagak dalam kebanggaan yang palsu. Kemegahan mereka pun segera berakhir untuk selama-lamanya.

*Ditulis saat isolasi mandiri karena positive Covid-19.
**Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag., Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Anggota Tim Penulis Tafsir Tematik dan Revisi Al-Quran dan Terjemahnya Kementerian Agama RI.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here