IMPLEMENTASI KONSEP HIJRAH DI ERA MEDIA SOSIAL : Sebuah Ajakan Gerakan Hijrah Menuju Ber-Media Sosial yang Baik

0
3098

IMPLEMENTASI KONSEP HIJRAH DI ERA MEDIA SOSIAL :

Sebuah Ajakan Gerakan Hijrah Menuju Ber-Media Sosial yang Baik

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro*)

 

Dewasa ini kata hijrah begitu populernya dipergunakan dalam berbagai media komunikasi, terutama di media sosial. Kata hijrah banyak dipergunakan tidak hanya di kalangan masyarakat umum, bahkan di dunia selebritis pun kata hijrah juga sering digunakan. Umumnya yang paling banyak menggunakan kata hijrah adalah golongan para wanita untuk menyebut mereka yang telah berhijab. Ketika ada seorang wanita sebelumnya tidak memakai pakaian hijab kemudian mau mengenakan pakaian hijab, maka dikatakan dia telah berhijrah. Terlepas dari apakah kata “hijrah” dalam konteks tersebut tepat digunakan, tetapi yang pasti fenomena tersebut sedang menjadi trend di kalangan generasi milenial.

Hijrah dalam arti pindah secara fisik pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat-sahabatnya ketika meninggalkan kota Mekkah menuju ke kota Yatsrib (Madinah). Tetapi hijrah dalam konteks pindah bukan secara fisik dapat juga kita maknai dalam kehidupan sekarang. Hijrah bisa kita maknai dalam arti pindah dari kondisi kurang baik menuju kondisi yang lebih baik, pindah dari lingkungan yang kurang baik menuju ke lingkungan yang lebih baik, maupun pindah dari pola pikir lama (yang masih banyak kekeliruan) menuju pola pikir yang baru dan lebih baik. Jadi kata “hijrah” dapat kita maknai sebagai sebuah proses perpindahan menuju kondisi yang lebih baik dan meninggalkan kondisi yang kurang baik.

Dalam konteks yang lebih luas, hijrah tidak lantas kita artikan sebagai meninggalkan semua yang lama dan berganti yang baru, tidak demikian. Tetapi hijrah kita maknai sebagai meninggalkan semua hal yang dulunya kurang baik dan berubah menuju yang lebih baik. Jadi hal-hal yang sudah baik tetap dipertahakankan, sedangkan hal-hal yang buruk ditinggalkan. Analoginya adalah hijrah bukan berarti mengganti semua baju lama dengan baju baru, tetapi lebih ke mengganti baju-baju lama yang sudah tidak layak pakai dengan baju (baru) yang lebih layak.

Dalam kehidupan ini selalu akan terjadi perubahan di segala bidang kehidupan. Dalam bidang ilmu pengetahuan, telah bermunculan bidang-bidang kajian keilmuan yang baru dan spesifik dengan begitu cepatnya. Dalam gaya hidup, kita semua telah melihat sendiri bagaimana gaya hidup orang zaman sekarang telah berubah dan sangat berbeda dengan gaya hidup orang zaman dulu. Ada sebuah fenomena yang mungkin tidak pernah terbayangkan oleh orang-orang zaman dulu, yaitu fenomena kehidupan melalui media sosial. Seandainya orang-orang zaman dulu menyaksikan kehidupan zaman sekarang, mungkin mereka akan shock dan terkaget-kaget dengan gaya hidup orang-orang zaman sekarang.

Kalau dulu orang mungkin menganggap bahwa di kehidupan dunia ini hanya ada satu dunia, maka sekarang ini sedang berlangsung secara paralel dua dunia kehidupan yang saling berdampingan tetapi bersaing untuk saling mengalahkan. Hampir kebanyakan orang-orang zaman sekarang cenderung mengunggulkan salah satu dunia kehidupan dan mengalahkan dunia kehidupan yang satunya. Mungkin menjadi sesuatu yang langka jika ada orang yang mampu menjalani dua dunia kehidupan tersebut secara seimbang kecuali dia memang benar-benar memiliki bekal ilmu yang cukup dalam mengelola kehidupannya. Dua dunia kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan dunia nyata dan kehidupan dunia maya (dunia medsos = dunia media sosial).

Kehidupan dunia media sosial memang sangat menarik perhatian orang-orang zaman now, terutama generasi milenial sekarang. Dunia media sosial telah menawarkan berbagai kemudahan dalam pemenuhan gaya hidup yang modern. Dunia media sosial juga telah memberikan alternatif cara bagaimana orang-orang zaman now berinteraksi satu sama lain yang bentuknya sangat berbeda dengan orang zaman old. Adanya berbagai aplikasi media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, WhattsApp, Telegram, dll telah memudahkan orang-orang zaman now berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Berbagai aplikasi media sosial tersebut telah memudahkan setiap orang terhubung dengan teman-teman lama, keluarga yang berjauhan, pemimpin dengan rakyatnya, dan artis dengan para penggemarnya. Intinya era sekarang adalah eranya medsos. Orang yang tidak menggunakan medsos akan mengalami ketertinggalan dalam segala bidang kehidupan. Hal ini karena memang sekarang ini semua lini kehidupan tidak bisa melepaskan diri dari cengkereman media sosial. Bahkan bidang perekonomian dan transportasi pun juga telah merambah ke penggunaan media sosial sebagai sarana penggerak roda kehidupan.

Berkaitan dengan implementasi konsep “hijrah” dalam era kekinian sekarang ini, hal yang penting dipahami bahwa kemajuan era media sosial hendaknya membuat kehidupan kita menjadi semakin berkualitas karena berbagai kemudahan yang ditawarkan. Pola-pola interaksi kehidupan yang baru muncul di era sekarang ini hendaknya dimaknai secara positif dan diselaraskan dengan pola interaksi kehidupan zaman sebelum era medsos. Hakikat tujuan interaksi dan komunikasi hendaknya tetap menjadi pusat perhatian. Janganlah media sosial sampai mengubah pandangan hidup kita menjadi kehilangan tujuan dan tak tentu arah.

Etika-moral dan norma-norma sosial dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain hendaknya juga tetap kita perhatikan. Memang kalau kita amati sekarang telah mulai terjadi pergeseran pola interaksi antar orang dan terjadi perubahan tujuan berinteraksi. Kalau dulu orang saling berkomunikasi karena ada suatu tujuan maupun kepentingan tertentu (tujuan kebaikan), tetapi sekarang ini ada fenomena baru muncul di dunia medsos yaitu orang berinteraksi/berkomunikasi sesama warganet dengan tujuan tidak baik yaitu menyebar berita-berita hoax (berita bohong) untuk tujuan memfitnah atau mencemarkan nama baik pihak lain. Mungkin ada sebagian orang yang sampai “ngelus dodo” alias sangat sedih melihat fenomena di media sosial sekarang ini. Muncul sedikit rasa pesimis bahwa media sosial akan mampu membentuk orang-orang yang berperadaban maju dan baik, sepertinya media sosial justru lebih banyak efek madhorotnya daripada efek manfaatnya.

Berangkat dari fenomena kondisi kekinian tentang dampak negatif bermedia sosial, alangkah lebih baiknya kalau kita mulai ber-hijrah dari semula menggunakan media sosial sekedar untuk pemenuhan tuntutan life style (sekedar mengikuti trend gaya hidup kekinian) atau bahkan ikut mendukung penyalahgunaan media sosial dengan ikut menge-share berita-berita yang belum terjamin kebenarannya dan mengandung unsur ujaran kebencian dan fitnah menuju menggunakan media sosial sebagai sarana menebar kebaikan dan menciptakan peradaban yang baik. Mari kita pergunakan teknologi media sosial untuk meningkatkan kualitas kehidupan kita dengan menggunakannya untuk hal-hal yang bermuatan positif, seperti menjalin silaturahmi, sarana berdakwah, media untuk mendukung dan menyokong perekonomian keluarga, sarana berbagi kebaikan untuk umat, ikut menggunakan media sosial untuk mendukung gerakan anti hoax, sarana belajar menulis sekaligus menggiatkan gerakan literasi, ikut mengisi dunia media sosial dengan konten-konten yang bermuatan kebaikan, ikut andil dalam mengurangi dampak negatif media sosial dengan cara tidak asal menge-share berita yang belum jelas kebenarannya dan ada unsur provokatif, dan lain sebagainya.

Melihat perkembangan fenomena dampak negatif dari penggunaan media sosial saat ini yang cukup memperihatinkan, penulis rasa sudah waktunya kita gelorakan gerakan hijrah menuju bermedia sosial yang baik dan meninggalkan kebiasaan bermedia sosial yang buruk. Tagar #HijrahMenujuBermediasosialYangBaik perlu diviralkan di dunia maya. Semangat ber-hijrah menuju bermedia sosial yang baik tidak bisa ditunda-tunda lagi karena jika tidak segera dimulai dari sekarang maka dikawatirkan kebiasaan bermedia sosial yang buruk terlanjur menjadi kebiasaan yang justru nanti sulit dibenahi. Kebiasaan bermedia sosial buruk yang selama ini mewarnai kehidupan dunia maya sudah waktunya diimbangi dengan kebiasaan bermedia sosial yang baik. Hal ini agar ada kontrol dan pembanding pola-pola bermedia sosial yang dalam hal ini sangat dibutuhkan oleh warganet yang notabene generasi milenial. Generasi milenial harus mengetahui bahwa ada pola interaksi bermedia sosial lain yang bertujuan menjaga kerukunan dan keharmonisan hidup bermasyarakat.

Demikian catatan penulis hari ini tentang implementasi konsep hijrah di era kekinian. Semoga bermanfaat. Salam literasi.

 

Gumpang Baru, 07 Oktober 2018

*) Penulis adalah Staff Pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here