JENGKOL

0
2176

Sri Sugiastuti

Menurut Bu Kanjeng jengkol adalah makanan yang punya kenangan tersendiri. Maklum ia tumbuh di lingkungan orang Betawi yang gemar makan jengkol. Jadi dari mulai semur jengkol, rendang jengkol atau jengkol goreng bumbu pedas semua menyelera bagi yang suka.

Bagaimana dengan Bu Kanjeng? Apakah dia penggemar jengkol? Jawabannya, tidak. Suatu hari ada teman adiknya dari Banjarmasin tanpa disangka dan diduga memberinya oleh-oleh berupa jengkol yang harus diambil di hotel. berbintang.

Sebagai manusia normal pastilah kurang antusias untuk mengambilnya. Tetapi karena ia penganut paham silaturahmi itu penting. Sesibuk apapun diusahakan untuk bisa menemui tamu tersebut. Setelah bertemu sejenak dibawalah jengkol plus Tailala ( semacam santan kental yang sudah diekstrak berwarna putih). Masih ada juga sebungkus Bekasam pesanan adiknya yang tinggal di Jakarta.

Sampai di rumah atas pesan adiknya disimpan Bekasam ( ikan sepat yang diawetkan) dan jengkol itu di freezer. Entah siapa nanti jodohnya. Prinsipnya Bu Kanjeng bila mendapat rezeki dalam bentuk apapun tidak pernah menolak.

Tiga hari berikutnya sang tamu ke rumah bu Kanjeng, karena kegiatannya di hotel sebagai peserta seminar sudah selesai. Ia perlu tempat transit sebelum melanjutkan kegiatan di Bandung. Kebetulan rumah Bu Kanjeng tidak jauh dari stasiun Balapan.

Setelah mereka turun dari grab, sang tamu membisiki Bu Kanjeng.
“Mba, saya bawa makanan dari hotel, karena masih sisa banyak.”
Bu Kanjeng mendengarnya dengan heran.
“Kok bisa ya? Apa karena ia panitia?” Disimpannya rasa penasaran itu.

“Wah banyak banget Dik? Kok sudah siap dengan kantong plastik? ”

Begitu ditaruh di meja. Masyaallah. Ada 5 macam menu dengan jumlah yang banyak. Dari mulai tongseng, ayam goreng, cah brokoli, mendoan, dan lidah cabe ijo. Makanan jadi melimpah. Bu Kanjeng hanya mengambil secukupnya. Ia pun meminta anaknya ke rumah tetangga. Rumah yang biasa jadi markas berbagi baik untuk kegiatan sosial atau konsumsi pos kamling .

Dia minta tolong supaya woro-woro siapa yang mau diminta bawa piring. Dalam sekejap makanan itu sudah berpindah. Rumah Bu Kanjeng hanya untuk transit. Ia pun tersenyum bahagia. Tiba-tiba Bu Kanjeng teringat dengan jengkol yang ada di kulkas.

Bu Kanjeng berusaha menghubungkan antara jengkol dengan makanan yang dari hotel. Bu Kanjeng malu pada dirinya sendiri. Ada kotoran di hatinya. Ia sempat punya rasa kecewa saat ke hotel mengambil jengkol.

“Jauh jauh dari Banjarmasin bawanya jengkol, seperti ngga ada oleh-oleh lain.”

Ternyata hari berikut rezeki lain datang tanpa diduga. Dimana Bu Kanjeng bisa berbagi dengan tetangga. Itu lah bagian dari misteri rezeki. Kadang apa yang diharapkan bisa berbeda dengan yang didapatkan.

Sangat penting mengubah mindset agar tidak berprasangka buruk kepada seseorang. Satu pembelajaran yang sederhana yang menampar diri Bu Kanjeng agar selalu berprasangka baik dengan apa yang ada di depan matanya.

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here