Kalau Kalian Mau Mengajar Ayah Dan Ibu Sudah Senang

0
1839

Kalau Kalian Mau Mengajar Ayah Dan Ibu Sudah Senang

 

Oleh Masruri Abd Muhit Lc

 

Saya ingin bercerita tentang anak anak saya. Maaf, jangan katakan saya riya’, karena riya’ atau tidak itu ada dalam hati yang anda tidak tahu dalamnya hati, selain mau riya’ apa wong anak anak saya itu biasa biasa saja. Saya hanya ingin bercerita saja. Mungkin tulisan saya ini dianggap tulisan orang bodoh, karena ada yang mengatakan bahwa tulisan yang hanya sekedar menceritakan apa yang diketahui atau dialami saja itu tulisan orang bodoh, sementara tulisan orang yang sedikit pandai adalah tulisan yang memberikan konklusi dan kesimpulan, sedang tulisan orang yang cerdas adalah tulisan yang berisi ide ide baru yang briliant.

 

Terus terang, saya lebih senang menulis model orang bodoh saja, karena tulisan yang begitu itu lebih gampang menulisnya dan tidak menggurui, tetapi justru mengajak pembaca pintar dan pandai mengambil pelajaran dari yang ditulis, sekaligus menggelitik.

 

Anak saya ada lima orang dari satu istri, pertama dan ketiga laki laki, sementara yang tiga perempuan, masing-masing lahir di rumah berbeda-beda, namun semuanya lahir di kampus pesantren.

 

Anak pertama laki laki, lahir di rumah dinas pondok di kampus selatan pesantren Baitul Arqom Balung Jember, pendidikan SD di Balung Jember dan Pakuniran Maesan Bondowoso, kemudian melanjutkan pendidikan ke TMI pesantren Darul Istiqomah Bondowoso yang saya rintis dan ketika klas 6, pak kyai Syukri Zarkasyi meminta saya untuk membawanya mondok ke Gontor, di Gontor setelah melalui test masuk dan ujian lanjutan masuk klas 5, tidak boleh ikut ujian ke klas 6 supaya agak lama di Gontor. Setamat KMI mengabdi di Gontor 2.

 

Pada tahun kedua pengabdiannya di Gontor 2 saya mengizinkannya untuk saya temukan dengan seorang syeikh dari Makkah yang berjanji mau memasukkannya ke Universitas Islam Madinah, namun akhirnya gagal termasuk ke Mesir juga gagal yang sebenarnya sudah tinggal berangkat, dia tidak mau kembali ke Gontor dan akhirnya mengambil program S1 di FKIP bhs Inggris Unmuh Jember sambil mengajar di Daris dan sekarang menjadi selain ketua yayasan juga pimpinan harian pondok dan pengasuh pondok putri.

 

Menikah dengan seorang ustadzah tahun ketiga di Mantingan dan Alhamdulillah akhirnya menyelesaikan S1 dengan mutasi ke perguruan tinggi di Jember, sekarang selain mengajar juga menjabat sebagai direktris pengasuhan santri putri Darul Istiqomah.

Sekarang dikaruniai tiga orang anak.

 

Anak kedua perempuan lahir di rumah panggung (sekarang gedung Iffah) di kampus pesantren Al Ikhlas Taliwang Sumbawa Barat. Saya masih ingat cerita lucu saat kelahiran anak saya yang kedua ini yang semula ditangani oleh dukun bayi setempat yang agak aneh (silahkan baca tulisan saya dalam judul ketawa ketiwi ala pesantren), tamat sekolah SD Pakuniran, terus ke TMI Darul Istiqomah sampai klas 3 kemudian saya pindah ke Gontor Putri Mantingan, tetapi hanya beberapa bulan tidak kerasan, sudah yah aku pulang saja, terserah ayahnya aku mau diapakan saja pokoknya aku mau pulang, akhirnya kembali ke TMI Darul Istiqomah, setamat Darul Istiqomah ke Al Azhar Mesir dan pulang setelah tiga tahun dan kuliah program S1 di psikologi Unmuh Jember sambil mengajar di Daris sampai sekarang termasuk yang bertanggung jawab sebagai penasihat bagian keuangan pondok.

 

Bersuamikan alumni Nurul Jadid dan salah satu perguruan tinggi di Banyuwangi, sekarang sebagai  direktur bidang pembangunan pondok selain mengajar dan menjadi wakil direktur pengasuhan santri putra.

Sekarang masih dikaruniai dua anak.

 

Anak ketiga, laki laki, lahir kembali di rumah dinas/pondok di dalam kampus selatan pesantren Baitul Arqom Balung Jember, pendidikan SD di Balung dan Pakuniran, terus ke TMI Darul Istiqomah sampai kelas tiga, kemudian saya kirim ke Gontor agar mengulang dari klas satu intensif, tetapi tanpa sepengetahuan saya mengikuti ujian lanjutan sampai kemudian diterima di klas 3 intensif sampai tamat KMI dan mengabdi di Gontor sambil kuliah sampai S1.

 

Sekarang mengajar dan menjadi wakil  pimpinan harian  pesantren Darul Istiqomah sekaligus pengasuh pondok putra. Beristrikan seorang ustadzah alumni KMI dan  S1 Unida Gontor Putri Mantingan yang ternyata putri teman saya saat di sigor baru Gontor dan saat ini menjadi direktris ihyailqur’an pesantren putri Darul Istiqomah.

Sekarang dikaruniai 2 anak kembar.

 

Anak keempat perempuan, lahir di rumah pribadi saya di dalam kampus utara pesantren Baitul Arqom Balung Jember, rumah yang tanahnya saya beli dari yayasan dan saya bangun mandiri, saat ini sudah saya jual dan ditempati ustadz Izzat putra pak Masykur.

 

Menamatkan sekolah dasanya di SD negeri Pakuniran, terus lanjut SLTP dan SLTA nya di TMI Darul Istiqomah Bondowoso, kemudian mengikuti test ke Al Azhar Mesir, alhamdulilah lulus hanya kemudian tidak jadi karena lamanya visa keluar akibat kesalahpahaman antara Kemenag RI dan fihak kedutaan Mesir, sambil menunggu ikut test muqobalah ke Lipia Jakarta cabang Saudi.

 

Alhamdulillah di Lipia diterima langsung ke takmili tanpa melalui i’dadi yang biasanya dua tahun, lanjut ke fakultas syari’ah keterusan sehingga saat visa ke Mesir keluar tidak diambil, sampai Lc. Saat di Lipia Jakarta sempat mengikuti pertukaran pemuda Jenesys ke Jepang atas nama Darul Istiqomah Bondowoso.

 

Setelah selesai Lc nya pulang mengajar di Darul Istiqomah dan sekarang menjadi direktris TMI pondok putri Darul Istiqomah.

 

Bersuamikan alumni KMI dan S1 Unida Gontor yang selain mengajar di Darul Istiqomah juga menjadi direktur ihyailqur’an pesantren putra.

Sekarang dikaruniai dua putra.

 

Anak yang kelima, perempuan, lahir di rumah pribadi saya di kampus putri pesantren Darul Istiqomah, yang saya bangun dari hasil menjual rumah di Balung, sekolah dasarnya di SD plus Al Islah terus SLTP dan SLTA nya di TMI Darul Istiqomah, dan baru saja menyelesaikan pengabdiannya, maunya melanjutkan ke Lipia Jakarta atau ke Mesir, karena musim cofid 19 ini sampai sekarang masih menunggu.

 

Belum berkeluarga karena masih belum waktunya, masih terlalu kecil, karena jarak antara dia dan kakaknya cukup jauh sekitar 12 tahunan.

 

Seperti yang saya sampaikan anak anak saya itu anak anak yang biasa biasa saja, tetapi kata teman teman saya ada yang luar biasa, semua tamatan pesantren, yang sudah berkeluarga jodohnya selain juga alumni pesantren juga atas pilihan orang tua dan mereka manut, dan yang lebih istimewa lagi mereka mau kembali dan mau berbuat untuk pesantren yang saya rintis dan dirikan.

 

Banyak yang kemudian bertanya bagaimana saya mendidik anak anak saya sehingga mau dan bisa seperti itu. Membuat seperti itu tidaklah gampang.

 

Terus terang, sebenarnya semula saya tidak mempunyai cara atau konsep tersendiri dalam mendidik anak-anak, hanya orang tua saya sering memberikan pengertian dan contoh, yang mungkin sebenarnya beliau tidak mempunyai konsep yang maton juga, saat saya masih kecil ya sampai dewasa juga.

 

Anak bapak saya jumlahnya 14 orang, dua dari mereka meninggal dunia masih kecil, sementara yang hidup sampai dewasa bahkan mempunyai keturunan semuanya pernah mengenyam pendidikan pesantren, yang perempuan hampir semuanya di pesantren Darul Ulum Jombang sedang yang laki laki hampir semuanya di Gontor.

 

Ketika bapak saya ditanya mengapa anak anaknya semuanya dimasukkan pesantren, mau jadi apa nanti ?. Bapak saya menjawab, saya tidak peduli anak saya mau jadi apa asal mereka bertaqwa, dan pesantrenlah lembaga pendidikan yang relatif kondusif dan mampu menjadikan anak bertaqwa.

 

Yang saya fahami dari jawaban bapak bahwa yang harus dididikkan pada anak pertama adalah taqwa, jadi apapun harus ada taqwa  karena yang ada jaminan dari Allah itu kalau bertaqwa, bukan kalau jadi dokter atau insinyur atau pegawai atau yang lain.

 

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا  وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا. الطلاق: ٢-٣

 

Artinya: Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.QS. Ath Thalaq: 2-3

 

Konon kholifah Umar bin Abdul Aziz suatu ketika didatangi oleh seorang dermawan menawarkan bantuan untuk anak anak beliau yang kelihatan kurang sejahtera. Beliau menolak dengan berkata, mereka sudah saya pasrahkan ke pada Allah, kalau mereka bertaqwa kepada Allah tentu Allah akan membantu mereka, namun kalau mereka tidak bertaqwa, untuk apa anda membantu orang yang tidak bertaqwa.

 

Setiap memberangkatkan  putra putrinya ke pondok termasuk saya selalu memberikan nasehat, kamu harus bersyukur bisa mondok, coba lihat banyak orang sekitarmu yang tidak bisa mondok, kamu beruntung masih bisa mondok meski dengan uang pas-pasan, niatkan untuk menghilangkan kebodohan mengikuti perintah rosulullah saw, yang penting mempunyai ilmu agar bisa bermanfaat mengabdi untuk sesama, tidak usah ingin jadi ini dan itu.

 

Yang hebat menurut saya, bapak saya itu begitu disiplin dalam mengirim uang bulanan putra putrinya meskipun pas-pasan, bisa dipastikan sebelum tanggal 8 setiap bulannya uang kiriman pasti sudah sampai di adm, meski untuk itu beliau harus berjuang, tercermin dari kata kata beliau, untung sawahe nggak kejual.

 

Bisa dibayangkan bapak saya dengan anak 12 semuanya mondok di pondok yang cukup jauh dan mungkin mahal, Darul Ulum Jombang dan Gontor Ponorogo.

 

Satu lagi yang masih saya ingat dari orang tuaku dalam mendidik putra-putrinya, beliau terutama ibuku, ketika putra putrinya masih dalam usia SD, beliau tegas dan ketat serta disiplin bahkan sedikit keras terutama kalau urusan amanat atau ngaji dan agama, tetapi saat usia SLTP ke atas beliau lembut dan menghormati dan memuliakan, menganggap mereka sudah dewasa, sehingga kalau putra putrinya melakukan kesalahan cukup beliau memberikan peringatan dengan isyarat atau hanya dengan menangis, alhamdulilah begitu saja putra putrinya sudah mengerti.

 

Karena hasil dan pengaruh serta contoh pendidikan orang tua, saya pun dan tentu saja bekerja sama dengan istri saya yang alumni PGA dan Universitas Islam Adsyafiiyyah Jakarta dalam mendidik anak anak hampir mirip mirip dengan orang tua  dalam mendidik putra-putri kita.

 

Yang penting bagi kita, mereka menjadi orang yang bertaqwa tidak terlalu masalah menjadi apa saja, dan lembaga pendidikan yang relatif lebih bisa mengarahkan mereka untuk itu adalah pesantren, karena pesantren lembaga pendidikan yang menyatukan tri pusat pendidikan, rumah miliu dan sekolah.

 

Saya dan ibunya sering mewanti wanti dalam pergaulan jangan melenceng dari aturan agama termasuk jangan pacaran. Kalau mau menikah nanti dicarikan.

 

Saya dan ibunya sering juga mengatakan kepada mereka, ayahe dan ibue (begitu biasa mereka memanggil saya dan istri saya) tidak akan meninggalkan warisan, selain juga ayahe dan ibue tidak ingin kalian menjadi orang kaya atau pangkat dan lain sebagainya, tetapi kalau kalian mau berbuat dan mau mengajar ayahe dan ibue sudah cukup senang.

 

Alhamdulillah 4 anak dan 4 mantu saya saat ini ikut mengajar dan mengasuh pondok yang saya dirikan, dan alhamdulilah meski tidak dapat gaji saya melihat mereka ada saja rizki dari Allah swt.

 

Demikian semoga bermanfaat dan berkah.

 

Daris, 7 Juli 2020

 

 

 

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here