Landing dan Take Off dengan Baik

0
830

Oleh: M Arfan Mu’ammar

Kegelisahan saya menjelang kopdar 9 hampir mirip dirasakan Prof. Ngainun Naim saat disampaikan di kopdar 9, peristiwa itu masih terngiang di pikiran kami, pasca pemilihan ketua baru Sahabat Pena Nusantara (SPN) di Unesa, terjadi peristiwa yang membuat grup itu menjelma menjadi Sahabat Pena Kita.

Karena peristiwa itu, saya sangat berhati-hati agar estafet kepemimpinan ini berjalan dengan baik dan ketua SPK baru bisa melanjutkan kepemimpinan serta tidak tiba-tiba menaruh posisi ketua di tengah jalan lalu left grup.

Perasaan khawatir saya muncul ketika para kandidat calon ada yang mengundurkan diri dari pencalonan. Saat itu kandidat calon ketua yang diusulkan oleh pengurus adalah Dr. Didi Junaedi, Pak Agung Nugroho dan Mas Muhammad Abdul Aziz. 

Setelah diputuskan oleh pengurus, esok harinya pak Didi langsung japri saya untuk mengundurkan diri dengan beberapa alasan. Saya tidak bisa memutuskan, sehingga saya minta pak Didi untuk share alasan tersebut di grup pengurus. Sebagian besar pengurus menerima alasan pak Didi, lalu pengurus mengusulkan agar suara terbanyak setelah Mas Muhammad Abdul Aziz dicalonkan.

Setelah dichek oleh mas Syahrul selaku panitia pemilihan ketua SPK, didapati nama Dr. Hitta Alfi Muhimmah dan Dr. Tirto Adi dengan jumlah suara yang sama yaitu 20,8 % (suara).

Karena Pak Dr. Tirto kurang berkenan dicalonkan, karena beliau lebih memilih generasi muda saja yang memimpin SPK, sehingga calon ketiga yang diusulkan adalah Dr. Hitta Alfi Muhimmah, M.Pd.

Perasaan kembali lega, karena ketiga calon siap dipilih pada kopdar 9. Tiba-tiba esok harinya Mas Muhammad Abdul Aziz mengumumkan di grup, bahwa beliau keberatan untuk dicalonkan dengan beberapa alasan. Langsung saya japri mas Aziz agar legowo dicalonkan, toh nanti belum tentu jadi ketua, “anggap saja antum penggembira”, bujuk saya. “Kalau antum mengundurkan diri, bisa cancel gak jadi pemilihan ketua SPK, karena pada tidak mau dicalonkan sebagai ketua SPK. Saya berharap antum bisa hormati keputusan pengurus” balas saya via chat WhatsApp.

“Siap2 bosque” jawaban khas dari mas Muhammad Abdul Aziz. 

Ketua SPK memang belum begitu seksi untuk diperebutkan, di samping karena memang tidak ada gaji bulanan, juga anggotanya yang tidak dalam satu lokasi, itu menjadi tantangan tersendiri.

Kalau di kampus ketika saya jadi wakil direktur pascasarjana ataupun ketika jadi ketua program studi, sangat dengan mudah melakukan koordinasi karena hampir setiap hari bertemu, juga sangat mudah mengingatkan bawahan saya, baik dengan menegur yang lembut atau agak keras jika ada kesalahan. Karena memang pekerjaan utama mereka adalah di kampus dan mereka juga digaji untuk itu. Tetapi itu tidak bisa berlaku di SPK, karena pengurus di SPK juga tidak digaji dan pekerjaan di SPK adalah bukan pekerjaan utama, alias hanya pekerjaan sampingan.

Ketika ada kesalahan, saya hanya bisa mengingatkan dengan santun dan baik, karena jika ditegur apalagi dimarahi bisa-bisa tidak mau lagi mengerjakan pekerjaanya, “saya diganti saja pak, mungkin ada yang lebih baik dari saya”, lha terus siapa yang mau menghandle pekerjaan itu.

SPK adalah lahan pengabdian, lahan perjuangan, memang harus mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga untuk SPK. Kebaikan kita membesarkan SPK Insyaallah akan dibalas oleh Allah Swt dalam bentuk yang lain.

Begitulah sedikit lika-liku menjadi ketua SPK. Walaupun ketua SPK belum begitu seksi untuk diperebutkan, tetapi menjadi ketua SPK cukup bisa membranding diri. Saya sendiri sering diundang menjadi narasumber khususnya tentang literasi, justru setelah menjadi ketua SPK. Selain itu, menjadi ketua SPK merupakan pengalaman sangat berharga yang tidak bisa saya dapatkan di tempat lain.

Menjadi ketua SPK juga menuntut untuk lebih produktif, setor wajib bulanan harus aktif, tidak boleh pentol merah, kalau sedang malas seringkali ingat bahwa ketua kok gak nulis, ketua kok pentol merah, lalu menjadi semangat menulis lagi.

Oleh sebab itu, pada kopdar 9 saya berusaha sebaik mungkin agar saya bisa mendarat dari ketua SPK dengan baik dan mampu mengantarkan ketua SPK baru take off dengan baik. Memastikan agar perjalanan baru ini tidak jatuh di tengah perjalanan seperti grup “sebelah”. Berdiri bubar, berdiri lagi bubar lagi, kembali berdiri dan kembali bubar, lalu menjelma menjadi grup tadabbur Al-Quran. Hehe

Pada hari senin 01 Agustus 2022 saya mendapat informasi yang membuat tubuh saya lemas, mas Agus Hariono yang sejatinya menjadi moderator dan saya beri amanah untuk mengawal pemilihan ketua SPK tiba-tiba mendadak ada acara KPU di Jakarta.

“Pak ketua, waduuh. Kok ada tugas mendadak. Ngalamat ndak bisa ikut” pesan itu masuk disertai dengan gambar surat undangan yang berlogo garuda di atas tengah, bertuliskan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia.

“Waduh mas lha terus gimana? Mas Syahrul juga gak bisa ikut” jawab saya dengan nada agak kecewa.

“Insyaallah siap membantu dari jarak jauh pak Ketua” Mas Agus Hariono menghibur

Lalu saya mencari alternatif untuk menggantikan posisi moderator, alhamdulillah mas Febry Suprapto selaku tuan rumah bersedia menggantikan mas Agus Hariono sebagai moderator, sedangkan pelaksanaan pemilihan saya pasrahkan kepada Dr. Ahmad Fahruddin dan Mas Thoriq dari SPK Tulungagung.

Untuk menjaga sakralitas pemilihan, maka saya minta mas Agus Hariono untuk membuat surat suara, surat suara tersebut kemudian saya print untuk digunakan peserta yang hadir offline untuk pemilihan ketua. Saking resminya pemilihan offline saat itu, ada surat suara, ada proses memilih di bilik suara, sampai Prof. Ngainun bertanya “mana ini tintanya untuk dicelup?” sambil menunjukkan jari kelingkingnya. 

Pak Emcho menimpali “lha wong seng milih mek sak uprit gini kok atek tinta barang”.

Selama proses pemilihan saya melihat wajah calon ketua agak menegang, bukan tegang kalau tidak terpilih, justru tegang kalau seandainya terpilih, hehe.

Pada pemilu raya sahabat pena kita kali ini, hasil rekapitulasi suara baik online maupun offline sebagai berikut:

Agung Nugroho Catur Saputra (Offline 6 suara, Online 12 suara, total 18 suara)
Muhammad Abdul Aziz (Offline 1 suara, Online 0 suara, total 1 suara)
Hitta Alfi Muhimmah (Offline 3 suara, Online 11 suara, total 14 suara) 

Saya berharap ketika calon ketua sudah terpilih, maka ketua terpilih akan menerima dengan lapang dada, tidak ada lagi acara mengundurkan diri karena belum siap.

Dan alhamdulillah, ketua SPK terpilih Pak Agung Nugroho menerima dengan lapang dada dan langsung memimpin kopdar 9 di Darul Istiqomah, terkait dengan agenda-agenda SPK ke depan.

Semoga SPK ke depan tetap terus eksis dengan dipimpin oleh siapapun, saya berharap suatu saat, saya bisa menghadiri kopdar 71 SPK, yang saat itu usia saya sekitar 70 tahun, jika masih diberi kesempatan oleh Allah Swt.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here