MEMAKAI MASKER TETAP BISA SENYUM SALAM SAPA

0
866

Menyapu halaman rumah memberi saya bonus mengamati orang yang lalu lalang di depan rumah. Karena pagi hari, tentulah kesibukannya untuk menyiapkan sarapan pagi dan berangkat kerja. Ada yang akan belanja sayur di warung tetangga, ada juga yang akan beli sayur matang. Yang berangkat kerja sudah berpakaian rapi, baik yang kerja di rumah sakit, maupun berjualan di pasar. Itu sektor esensial.

Apa menariknya?
Ternyata ada satu hal menarik dari himbauan untuk mengenakan masker. Baik yang berjalan kaki, naik sepeda, sepeda motor, maupun naik mobil, semuanya memakai masker. Tentu lega melihat fenomena ini. Artinya masyarakat sadar sehat dan menyehatkan orang lain. Tidak abai, tidak meremehkan disiplin prokes masker.

Lalu apa lagi yang menarik?
Menariknya adalah perilaku selama memakai masker. Masker itu alat pelindung yang menutup hidung dan mulut, namun tidak menutup senyum salam sapa.

Buktinya?
Baik jalan kaki, naik sepeda, naik sepeda motor, maupun naik mobil kesemuanya masih bisa melakukan tindakan senyum salam sapa meskipun memakai masker.

Bagaimana?
Yang jalan kaki, bisa melakukan senyum salam sapa dengan mengucapkan salam “assalamu’alaikum”. Bisa juga dengan menyapa “Nuwunsewu..”. Bisa juga dengan sekadar memanggil “Bu…” sambil menganggukkan kepala.

Yang naik sepeda juga bisa melakukan sebagaimana pejalan kaki. Bisa juga dengan bel sepedanya.. “kring.. kriiing…”

Yang naik sepeda motor, selain melakukan sebagaimana pejalan kaki, juga bisa dengan menekan klakson. Atau juga melambatkan laju motornya kemudian menganggukkan kepalanya.

Yang naik mobil, walau kaca mobil semua posisi tertutup, bisa melakukan senyum salam sapa dengan klakson mobil dan agak melambatkan sejenak laju mobilnya.

Dari beberapa fenomena tersebut saya belajar bahwa masker itu bukan hambatan untuk melakukan senyum salam sapa. Tetap dapat melakukan interaksi dengan orang lain. Jaga jarak itu adalah jaga jarak fisik, namun masih tetap dapat menjalin tautan hati. Interaksi batin tetap masih bisa dibangun, meski di masa PPKM Darurat ini.

Imunitas di masa pandemi ini musti kita jaga agar tetap sehat. Bahagia itu dimulai dari adanya rasa syukur. Masih banyak hal yang patut kita syukuri, maka yuk tetap kembangkan senyum. Tentulah tidak mudah, namun masih bisa kita lakukan.

Ada kepedihan dan duka mendengar kabar meninggal tiap waktu yang kita dengar. Ada kekhawatiran dan menyesakkan dada saat mendengar kabar bertambahnya orang terpapar covid. Mari tetap jaga kesadaran kita bahwa Allah masih memberi karunia nafas. Lihatlah mentari yang mulai terbit, bercahaya terang benderang, hingga terbenam. Malam pun menggantikan siang. Tarik nafas dalam dan sebutlah namaNya: Astaghfirullah.. Subhanallah.. Alhamdulillah.. Allahu Akbar.

Ternyata, ketika kita baca ayat kursi yaitu surat Al-Baqarah ayat 255 kita baca artinya “…Dia terus menerus mengurus makhlukNya…” Jangan pernah lewatkan sedikit pun kesempatan kita untuk menabung amal kebaikan yang dapat memberatkan timbangan surga. Agama itu dekat, ada dalam kehidupan nyata kita sehari-hari. Ini karena kita hambaNya dan khalifah di muka bumi. Interaksi dengan manusia adalah dalam rangka membangun kedekatan kita dengan Sang Pencipta.

Mengapa Tuhan tidak pernah lelah mengurus makhlukNya?
Ternyata dijelaskan dalam narasi berikutnya “…Dia tidak mengantuk dan tidak tidur…” Aiiih, berarti saat kita tidur pun Tuhan Maha Tahu apa yang terjadi dengan kita dong.. Apalagi saat kita terjaga dan melakukan aktivitas. Karenanya bagaimana mungkin kita akan menyembunyikan sesuatu bila Sang Maha Kuasa mengetahui semuanya?

“Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha hidup, Yang terus menerus mengurus makhlukNya, tidak mengantuk dan tidak tidur. MilikNya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisiNya tanpa izinNya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apapun tentang ilmuNya melainkan apa yang Dia kehendaki. KursiNya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.”

Setelah membaca artinya, akan tahulah kita manfaat membaca berulang-ulang Ayat Kursi. Bahasa Arab memang bukan bahasa ibu kita, namun kita dapat mempelajarinya sedikit demi sedikit. Satu hari satu ayat Al-Qur’an, membaca Arabnya, membaca terjemah Indonesianya.

Yogyakarta, 13 Juli 2021

Ngaji #5
#Di Rumah Saja
#Disiplin Prokes 5M
#Tetap produktif di masa pandemi
#Sehat dan Bahagia senantiasa

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here