Manusia hidup di antara kemarin dan esok. Antara kecemasan masa lalu, bagaimana mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan, dan masa depan dengan segala perbekalan yang mesti disiapkan untuk menghadap Tuhan. Kemarin adalah kepastian sejarah yang tak bisa diubah, dan esok adalah kemungkinan yang dapat direncanakan.
“Hai masyarakat jin dan manusia, bukankah sudah datang kepadamu rasul-rasul dari kalangan kamu sendiri, menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu akan pertemuanmu hari ini?” Mereka menjadi saksi atas kami sendiri.” Tetapi mereka tertipu oleh kehidupan dunia, dan mereka menjadi saksi terhadap diri mereka sendiri, bahwa mereka kafir. (QS 6:130)
Tatkala harta dan anak-anak keturunan tak bermanfaat lagi, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati bersih. Surga didekatkan kepada orang yang bertakwa, dan neraka diperlihatkan dengan jelas kepada mereka yang sesat. Dan akan dikatakan kepada mereka, “Di mana berhala-berhala yang dahulu kamu sembah selain dari Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?” (QS 26:88-93)
Mula-mula Allah swt berpesan kepada para malaikat, “Inni jailun fil ardhi khalifah…”
Perhatikanlah, Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Aku hendak membuat khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan makhluk yang akan membuat kerusakan di sana dan membuat pertumpahan darah, padahal kami senantiasa bertasbih memuji-Mu dan menguduskan-Mu?” Tuhan berfirman, “Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS 2:30)
Khalifah yang sempurna ialah yang memiliki kemampuan inisiatif sendiri, tetapi kebebasan bertindaknya memantulkan kehendak Penciptanya. Demikianlah desain Tuhan, blueprint manusia di kolong langit ini.
Atas dasar kesombongan Iblis menolak hormat kepada prototipe khalifah di bumi, Adam as.
Ingatlah, Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam,” mereka pun sujud; tidak demikian Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk di antara mereka yang tiada beriman. (QS 2:34)
Kesombongan Iblis secara verbal diungkapkan Al-Quran lebih lanjut pada rangkaian ayat berikut.
Tuhan berfirman, “Apakah yang merintangimu bersujud ketika Kuperintahkan kepadamu?” Ia menjawab, “Kami lebih baik daripada dia. Engkau menciptakan aku dari api, sedang dia Kauciptakan dari tanah.”
Tuhan berfirman, “Turunlah kamu dari sini. Bukan seharusnya kamu menyombongkan diri di sini. Keluarlah! Kamu makhluk yang hina.”
Iblis berkata, “Berilah aku waktu, sampai hari mereka dibangkitkan kembali.”
Tuhan berfirman, “Kamu termasuk mereka yang diberi penangguhan waktu.”
Iblis berkata, “Karena Engkau menghukum aku tersesat, aku akan selalu merintangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Aku akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka, dan tidak Engkau dapati kebanyakan mereka yang bersyukur atas segala rahmat-Mu.” (QS 7:12-17).
Tuhan memberikan keleluasaan kepada Iblis untuk menggoda dan memperdaya manusia hingga akhir masa. Godaan Iblis tidak lain adalah ujian keimanan kepada Tuhan. Sepanjang sejarah tidak sedikit anak keturunan Adam yang mengikuti jejak-jekak Iblis dalam kesombongan dan keingkaran kepada Tuhan.
Sebelum ruh ditiupkan ke jasad, manusia telah dibaiat Tuhan, sebagaimana dinarasikan Al-Quran,
Ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbinya dan Allah menjadikan saksi atas diri mereka sendiri dengan pertanyaan, “Bukankah Aku Tuhanmu?” Mereka menjawab, Ya, kami bersaksi.” Demikianlah, supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat, “Ketika itu kami lalai.” (QS 7:172)
Allah swt menegaskan tugas kehadiran manusia ke dunia, dan jaminan rezeki dari-Nya, bukan sebaliknya.
Aku menciptakan jin dan manusia hanya supaya beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka, juga Aku tidak menghendaki mereka memberi makan Aku. Sungguh, Allah Dialah Pemberi rezeki,- kekuasaan dan kekuatan-Nya kukuh tiada goyah untuk selamanya. (QS 51:56-58)
Setiap langkah niscaya bertolak dari permulaan. Pepatah menyatakan, “Seribu kilometer perjalanan dimulai dengan ayunan langkah kaki pertama.” Andaikata ayunan langkah kaki pertama salah, akankah pada saatnya sampai ke tujuan? Setiap langkah memerlukan motivasi dan konsistensi, niat kuat dan istiqamah.
Dalam menempuh hidup ini manusia niscaya selalu memegang ikrarnya kepada Tuhan,
Katakanlah, “Shalatku, ibadahku, hidup dan matiku demi Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; demikianlah diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama berserah diri.” (QS 6:162-163)
Untuk memudahkan manusia menjalani misinya dalam kehidupan ini, Allah swt mengirim utusan dari masa ke masa sebagai penuntun kebenaran dan teladan di kalangan umatnya.
Sungguh Kami telah mengutusmu dengan kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan; dan pada setiap umat pasti ada padanya seorang pemberi peringatan. (QS 35:24)
Sudah ada bagimu teladan yang baik untuk diikuti pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dia, ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Kami berlepas tangan dari apa yang kamu sembah selain Allah; kami mengingkari kamu; dan antara kami dengan kamu timbul permusuhan dan kebencian untuk selamanya,- kecuali kamu beriman kepada Allah semata. Selain kata-kata Ibrahim kepada ayahnya, “Aku akan memohonkan ampunan untukmu, dan sedikit pun aku tak berkuasa mengatasnamakan engkau dari Allah.” Mereka berdoa, “Tuhan, kepada-Mu kami bertawakal, kepada-Mu kami bertobat, dan kepada-Mu akan kembali. Tuhan, janganlah jadikan kami dalam cobaan orang-orang tak beriman. Ampunilah kami. Tuhan, Engkau Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” Sungguh pada mereka ada teladan yang baik bagimu; bagi siapa yang mengharapkan dari Allah dan Hari Kemudian, tetapi siapa yang berpaling, sungguh Allah Maha kaya, Maha Terpuji. (QS 60:4-6)
Uswatun hasanah pamungkas adalah Rasul Pamungkas Nabi Muhammad saw, teladan seluruh anak cucu Nabi Adam as, serta rahmat untuk semesta.
Sungguh dalam diri Rasulullah kamu mendapatkan teladan yang baik; bagi siapa yang mengharapkan Allah dan hari kemudia, serta banyak menyebut Allah. (QS 33:21)
Kami utus engkau, semata-mata sebagai rahmat bagi alam semesta. Katakanlah, “Apa yang diwahyukan kepadaku ialah bahwa Tuhan kamu Tuhan Yang Tunggal. Bersiapkah kamu tunduk pada kehendak-Nya?” (QS 21:107-108)
Hidup ibarat mengarungi lautan dan menjelajahi hutan. Setiap manusia niscaya berbekal dengan saksama. Nabi Muhammad saw berpesan,
“Aku tinggalkan kepadamu dua hal, engkau tidak akan tersesat selamanya jika berpegang teguh kepadanya: Kitab Allah dan sunahku.”
“Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia.”
“Sebaik-baik manusia ialah yang panjang umur dan baik amalnya, dan seburuk-buruk manusia ialah yang panjang umur dan buruk amalnya.”
Sungguh, bersama kesulitan kemudahan. Sungguh, bersama kesulitan kemudahan. (QS 94:5-6)
Yaqub berpesan, “Wahai anak-anakku, pergilah; carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya, dan jangan berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS 12:87)
Ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Jika kamu bersyukur, Aku akan memberi tambahan karunia kepadamu; tetapi jika kamu tidak bersyukur, sungguh azab-Ku sangat dahsyat.” (QS 14:7)
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Dalam pandangan Allah sangat keji bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan. (QS 61:2-3)
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah kamu pada hari bila seorang ayah kelak tidak lagi berguna bagi anaknya dan seorang anak sedikit pun tidak lagi berguna bagi ayahnya. Sungguh, janji Allah benar. Maka janganlah kamu tertipu oleh kehidupan dunia, dan janganlah kekuatan jahat menipu kamu tentang Allah. Sungguh, ilmu tentang saat hari kiamat hanya pada Allah. Dialah Yang menurunkan hujan, dan tahu apa yang ada dalam rahim. Tiada seorang pun yang tahu apa yang akan ia peroleh esok, dan tak seorang pun yang tahu di bumi mana ia akan mati. Sungguh, Allah Mahatahu, Maha Mengenal. (QS 31:33-34)
Orang beriman niscaya tidak terpedaya gemerlap dunia.
Orang-orang kafir amal mereka laksana fatamorgana di padang pasir yang oleh orang yang sedang dahaga disangka air; sehingga bila ia sampai ke tempatnya tak ada apa-apa, tetapi yang ditemuinya Allah Bersama dia, lalu Allah membuat perhitungan dengannya. Allah cepat sekali dalam perhitungan. (QS 24:39)
Salah satu pesan di grup WA, “Tidak ada yang instan. Jangan terburu-buru menginginkan hasil dari yang dikerjakan. Namun nikmatilah proses pekerjaannya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Karena hasil pasti mengikuti proses.”
Pesan perdana Tuhan kepada manusia ialah “Iqra` bismi rabbikalladzi khalaq — bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan.” (QS 96:1).
Membaca adalah aktivitas mengamati dan menyerap informasi, wacana, pengetahuan, dan pengalaman, serta mengolahnya sedemikian rupa. Sesudah membaca seyogianya manusia menulis, karena setiap penulis adalah guru. “Uktub bismi rabbikalladzi khalaq — Tulislah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan!”
Almarhum KH Idris Jauhari, Pondok Pesantren TMI Al-Amin Madura pernah berpesan, “Anak-anakku, apa pun nanti profesi kalian, jangan lupa kewajiban untuk tetap mengajar.”
Tentang carut marut negeri ini, Almarhum KH Hasyim Muzadi mencatat, “Indonesia ini rusak dan ruwet bukan karena orang bodoh, tetapi karena banyaknya orang pintar yang tidak benar.”
Mari berpikir benar, berkata benar, berbuat benar, berkebiasaan benar, dan berkarakter benar, insyaallah maslahat dan selamat di dunia dan akhirat.
*Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag., Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dosen Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, penulis trilogy Kamus Pintar Al-Quran, Kearifan Al-Quran, Sepuluh Tema Utama Al-Quran (Jakarta: Gramedia, cetak ulang 2019), dan 60-an buku lainnya.