MEMBANGUN TRADISI MENULIS KREATIF DAN PRODUKTIF : Menimbang antara “Yang Penting Nulis” atau “Tulisan Harus Berkualitas”

0
2158

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Sahabat Pena Kita (disingkat SPK) adalah sebuah komunitas menulis berbasis grup WhatsApp yang berdiri sejak tanggal 24 Maret 2018. SPK bukanlah komunitas menulis yang biasa-biasa saja, melainkan komunitas menulis “bergengsi” yang serius bergerak dalam membangun tradisi literasi menulis. Anggota SPK meliputi lintas daerah (kabupaten, provinsi, pulau, negara) dengan beragam latar belakang profesi, mulai dari professor, dosen, guru, widyaiswara, KPU, hingga ibu rumah tangga. Keseriusan SPK sebagai komunitas menulis yang serius membangun tradisi literasi di Indonesia dibuktikan dengan  sejak 23 Juli 2019 SPK sudah berbadan hukum, dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-001097.AH.01.04.Tahun 2019, tentang pengesahan pendirian badan hukum Yayasan Sahabat Pena Kita.

Selain program rutin setiap bulan yaitu tulisan setoran wajib dan tulisan setoran sunah, ada satu program rutin SPK yang lain yaitu Kopdar (Kopi Darat) setiap 6 bulan sekali. Acara Kopdar selalu dibarengi dengan kegiatan seminar literasi dengan menghadirkan para penulis yang telah sukses sebagai narasumber untuk memvotivasi para penulis pemula. Acara Kopdar biasanya dilaksanakan secara luring dari kampus ke kampus. Tetapi sejak masa pandemi Covid-19 ini acara Kopdar dilaksanakan secara daring. Maka kata Kopdar kemudian bisa diartikan  dengan “Kopi Daring” karena anggota bertemu secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting.

Di masa pandemic Covid-19 ini SPK telah mengadakan acara Kopdar secara daring sebanyak dua kali, yaitu Kopdar 5 di bulan Juli 2020 dan Kopdar 6 di bulan Februari 2021. Pada acara Kopdar 6 SPK ini, acara seminar literasinya diselenggarakan bekerja sama dengan STAI Ma’had Aly Al-Hikam Malang. Untuk acara seminar literasi tahun ini menggambil tema “Proses Menulis Kreatif dan Produktif” dengan menghadirkan dua pembicara yang merupakan para penulis hebat, yaitu Ulil Abshar Abdalla,MA (Cendekiawan Muslim yang Produktif Menulis) dan Nurul Chomaria,S.Psi. (Penulis Produktif, Menulis 72 buku selama 2007-2021). Sebelum memasuki sesi narasumber menyampaikan paparan materinya, Ketua STAI Ma’had Aly Al-Hikam Malang yaitu Prof. Dr. H. Kasuwi Saiban, M.Ag. dan ketua SPK yaitu Dr. M. Arfan Mu’ammar, M.Pdi., terlebih dahulu memberikan sambutan pada acara webinar literasi tersebut.

Memasuki sesi webinar yaitu paparan materi dari narasumber, maka sesi pertama webinar diisi oleh Gus Ulil (panggilan untuk Ulil Abshar Abdalla, MA). Pada paparan materinya, Gus Ulil mengungkapkan kegembiraan dan sekaligus kegusaran hatinya terkait tradisi menulis saat ini. Secara umum, beliau mengakui bahwa sekarang ini minat menulis generasi sekarang sudah lumayan tinggi. Generasi sekarang dimudahkan dalam menulis dengan adanya media menulis yang banyak dan beraneka ragam. Sekarang media untuk menulis sangat terbuka lebar, seperti Blog, Facebook, WhatsApp, dll. Di samping itu juga ada kemudahan untuk menerbitkannya. Sekarang media-media untuk menulis mengalami ledakan yang luar biasa. Siapapun sekarang bisa menulis. Sekarang para penulis dimudahkan untuk menulis dan dibaca orang lain serta dikomentari. Tradisi mengkomentari dan memberikan kritik pada tulisan seseorang adalah budaya yang baik.

Di paparan berikutnya, gus Ulil juga mengemukakan kegundahan hatinya. Beliau mengemukakan sisi negatif dari kemudahan menulis di generasi sekarang. Menurut beliau, karena mudahnya generasi sekarang ini menulis di berbagai media, maka proses filterisasi tulisan cenderung tidak terjadi yang mengakibatkan kurang terjaminnya kualitas tulisan. Sekarang tulisan kualitas apapun dapat diposting di media sosial dan dibaca orang. Akhirnya masyarakat disuguhi tulisan-tulisan yang beraneka ragam dengan kualitas yang belum tentu terjamin. Bahkan tulisan-tulisan yang masih jauh dari kelayakan pun, baik dari sisi gramatikal maupun kualitas ide gagasannya, banyak beredar di media sosial. Hal ini menuntut masyarakat pengguna media sosial untuk bersikap kritis dan selektif terhadap setiap bacaan di media sosial. Di sinilah tingkat literasi masyarakat perlu ditingkatkan agar tidak mudah termakan berita-berita hoaks.

Era kemudahan dalam menulis sekarang ini telah memunculkan fenomena orang-orang yang narsis, yaitu suka memamerkan diri dan karya tulisnya tetapi tidak mau dikritik. Banyak penulis di era sekarang ini yang siap menerima pujian tetapi tidak siap menerima kritikan. Padahal menurut gus Ulil, surganya penulis adalah ketika tulisannya dibaca dan dikomentari. Itulah kebahagiaan sejati seorang penulis. Ketika tulisannya menjadi bahan perbincangan di masyarakat, maka saat itulah kebahagiaan dan kepuasan tertinggi seorang penulis karena hal itu menunjukkan tulisannya mampu menggerakkan orang banyak untuk membaca dan mengkritisinya. Artinya tulisannya mampu mempengaruhi orang untuk memikirkan dan memperbincangkannya. Kemudahan media menulis khususnya media sosial telah melahirkan banyak penulis yang tidak memiliki daya juang yang tinggi. Kemudahan yang disediakan teknologi media social telah memberikan efek buruk lemahnya mental penulis yang tidak tahan dikritik.

Oleh karena itu, kata gus Ulil, untuk dapat menjadi seorang penulis yang  berkualitas, seorang penulis harus memiliki tokoh model atau penulis idola. Penulis idola akan mempengaruhi bagaimana seseorang itu menentukan gaya tulisannya. Penulis idola akan menjadi standar seorang penulis dalam menghasilkan karya-karyanya. Menurut gus Ulil, menulis adalah proses menjadi manusia. Melalui menulis seseorang sebenarnya sedang mencari dirinya sendiri. Menulis merupakan proses pencarian jati diri yang sesungguhnya. Tulisan merepresentasikan diri yang sesungguhnya. Kapan seseorang telah menemukan dirinya sendiri dalam tulisannya adalah dia sendiri yang mengetahuinya. Akhir dari penemuan jati diri seorang penulis adalah terrepresentasikan dalam gaya tulisannya. Gaya tulisan mencerminkan jati diri penulisnya. Maka gaya tulisan menjadi ciri karakteristik seorang penulis. Setiap tulisan yang ditulis menurut diri penulisnya akan memancarkan aura kekhasan dari penulisnya. Tulisan yang telah merepresentasikan jati diri penulisnya akan sulit ditiru oleh penulis lain karena jati diri setiap orang berbeda-beda. Dari sinilah dapat dipahami mengapa setiap penulis tidak perlu menyamai gaya tulisan orang lain karena hal itu seperti membohongi dirinya sendiri. Menulislah sebagaimana gaya tulisan sendiri.

Untuk menjadi seorang penulis yang berkualitas memang tidak mudah. Menulis itu mudah tetapi untuk mampu menghasilkan tulisan-tulisan yang berenergi dan menggerakkan pembacanya tidaklah mudah dan harus diperjuangkan secara terus-menerus. Ibaratnya perlu perjuangan sampai berdarah-darah untuk mewujudkan sebuah tulisan yang unik, berenergi, menggema dan menarik orang untuk memperbincangkannya. Untuk penulis pemula, semangat yang penting nulis memang tepat karena untuk membangun dan membangkitkan semangatnya untuk menulis. Tetapi proses kreatif menulis tidak hanya sampai disitu, melainkan harus dilanjutkan dengan mengejar kualitas. Setiap penulis yang telah melewati tahap membangun semangat menulis dan memiliki tradisi menulis yang baik harus meningkatkan kualitas dirinya dalam menghasilkan tulisan-tulisan yang mengguncang. Proses kreatif menulis hingga sampai level menghasilkan tulisan yang berenergi dan menggunjang tidak lah mudah, melainkan memerlukan usaha dan perjuangan yang terus-menerus dan tidak mudah menyerah.

Di akhir paparan materinya, gus Ulil mengapresiasi SPK dalam menyelenggarakan acara seminar literasi secara rutin dengan menghadirkan pembicara dari penulis-penulis yang telah memiliki relam jejak kepenulisan yang teruji. Untuk mendorong agar SPK semakin dikenal masyarakat luar baik nama maupun karya-karya tulis anggotanya, beliau menyarankan agar SPK rutin memberikan award atau penghargaan kepada penulis yang telah menempuh perjuangan menjadi penulis berkualitas. Penghargaan tersebut bisa di kalangan internal maupun eksternal. Selain itu, gus Ulil juga memberikan saran agar di internal anggota SPK mulai dibangun tradisi saling mengkritisi tulisan agar tardisi literasi semakin kental. Dengan terbangunnya tradisi memberikan kritik kepada penulis lain, maka seseorang akan mengetahui letak kekuatan dan kelemahannya dalam tulisan yang dihasilkan sehingga akan terbangun semangat untuk terus memperbaiki kualitas tulisannya. Tetapi harus disadari bahwa memberikan kritik itu sangat berbeda dengan menghina. Jadi disinilah pentingnya semua anggota SPK untuk belajar bagaimana memberikan kritikan yang positif dan tidak menjatuhkan. Perlu kearifan dan hati yang bersih ketika mau memberikan kritikan kepada tulisan anggota lain agar tidak berdampak negative. Semangat menjaga persaudaraan harus tetap diutamakan karena SPK adalah rumah singgah bersama.

Webinar sesi kedua diisi oleh ibu Nurul Chomaria, S.Psi. Paparan materi yang disampaikan oleh ibu Nurul Chomaria sedikit berbeda dengan paparan materi dari gus Ulil. Kalau gus Ulil fokus pada bagaimana memotivasi peserta webinar agar menjadi penulis yang berkualitas dengan mengedepankan intelektualitas-kecendekiawanan, maka bu Nurul Chomaria lebih fokus pada bagaimana peserta webinar mau menulis. Oleh karena itu, judul materi webinar dari bu Nurul Chomaria diberi judul “Pokoe Nulis!”.

Di awal paparan materinya, bu Nurul Chomaria menyodorkan pertanyaan “Posisimu dimana? Sebuah pertanyaan menggelitik bagi peserta webinar yang sedang membangun mimpi-mimpinya menjadi penulis. Bu Nurul Chomaria mengajak peserta webinar untuk merenungkan dan mengukur diri dimana posisi dirinya saat ini. Dalam paparan awal tersebut, beliau menjelaskan empat kuadran posisi seseorang dalam menulis, yaitu mampu dan mau menulis, tidak mampu tetapi mau menulis, mampu tapi tidak mau menulis, dan tidak mampu juga tidak mau menulis. Posisi ideal adalah mampu dan mau menulis. Tetapi bagi yang tidak mampu tetapi mau menulis masih ada peluang untuk menjadi penulis karena ia akan terus belajar menulis. Walaupun awalnya tidak mampu menulis tetapi kalau terus berlatih dan belajar menulis maka pasti suatu saat menjadi mampu menulis. Dimana ada kemauan, maka di situ ada kemajuan.

Dalam webinar literasi tersebut, secara umum bu Nurul Chomaria menyampaikan enam materi pokok, yaitu 1). mengetahui dimana posisi kita, 2). tips menjadikan diri peka akan ide-ide tulisan, 3). bagaimana menggali ide, 4). apa yang bisa ditulis, 5). bagaimana menjadikan aktivitas menulis sebagai profesi yang harus serius dalam menjalaninya, dan 6). bagaimana menjaga semangat menulis.   Beliau memberikan quote yang menarik sekali yaitu “Jangan merasa baik-baik saja jika hanya jalan di tempat”.

Kesulitan pertama yang sering dihadapi para penulis pemula adalah kebingungan mau menulis apa. Untuk permasalahan ini, bu Nurul Chomaria membagikan tips sederhananya, yaitu tulislah yang : 1). lekat, dekat, akrab., 2). dikuasai, 3). disukai, 4). bermanfaat, dan 5). menjual.  Sedangkan untuk membangkitkan daya kreatifitas dalam menulis buku, beliau juga membagikan tipsnya yaitu judul buku tidak harus baru, tetapi bisa dari buku lama yang dimodifikasi sesuai kondisi, dengan catatan tidak merugikan pihak lain (penerbit). Jadi buku yang dimodifikasi haruslah buku yang tidak terikat kontrak penerbitan atau telah habis masa kontraknya. Selain itu, bisa juga membuat judul yang sedikit mirip judul buku lain tetapi tetap menonjolkan perbedaan dan keunggulan dari buku lain. Tips lain yang sangat penting dari beliau adalah jangan pernah menunda-nunda ide. Jika ada ide langsung segera eksekusi, jangan menunda-nunda karena nanti ide bisa hilang atau malah kedahuluan orang lain yang memiliki ide yang sama. Jadi, jika punya ide langsung tulis.

Demikianlah ulasan saya terhadap materi webinar literasi yang diselenggarakan oleh SPK pada tanggal 6 Februari 2021. Kedua narasumber menyajikan paparan materi yang berbeda fokus tetapi tetap dengan keunggulannya masing-masing. Gus Ulil menekankan proses menulis yang berkualitas dengan menuntut penulis harus berjuang menjadi penulis berkualitas yang memiliki gema dan dampak kepada masyarakat pembaca, sedangkan bu Nurul Chomaria menekankan bagaimana kita bisa kreatif menangkap ide-ide tulisan yang menjual sehingga menulis dapat menjadi sebuah profesi yang menjanjikan. Kedua idealisme kedua narasumber tersebut menurut saya pribadi sama-sama baik. Memang di antara keduanya ada plus dan minusnya. Tetapi jika kita bisa berlaku bijaksana dengan mengkombinasikan kedua idealisme tersebut, maka kita kelak akan bisa menjadi seorang penulis yang berkualitas, melegenda, dan karya-karya tulis kita memiliki nilai jual yang tinggi sehingga bisa kita jadikan sebagai profesi yang menjanjikan. Menjadi idealis bukan berarti harus mengesampingkan manfaat dan keuntungan. Begitu pula mengejar keuntungan juga tidak harus meninggalkan idealisme kualitas. Jadi pilihan yang terbaik adalah menulis menghasilkan karya-karya yang monumental dan bernilai jual tinggi. Bagaimana dengan pilihan anda? []

 

Gumpang Baru, 8 Februari 2021

 

————————————————————————————————–

BIODATA PENULIS

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 36 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), Auditor internal Certified Internal Quality Audit SMM ISO 9001:2008, dan Trainer MindMap Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

 

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here