Memompa Semangat Membaca Al-Qur’an
Sri Lestari Linawati
Baca Al-Qur’an (BAQ) adalah syarat kelulusan perguruan tinggi. Bimbingan BAQ pun dilaksanakan oleh kampus untuk mendukung ketercapaian target tersebut. Bagi mahasiswa baru diadakan placement test BAQ.
Pada bimbingan BAQ sebelumnya, saya belajar bahwa mahasiswa akan memiliki segudang kesulitan dalam mengikuti bimbingan BAQ bila semesternya sudah di atas. Mereka dihadapkan pada banyak perkuliahan, praktek klinik di rumah sakit, maupun evaluasi.
Proses bimbingan pun memiliki beraneka masalah pelik yang tidak mudah dipecahkan. Beberapa di antaranya adalah beraneka prodi dan beraneka tingkat semester menyebabkan sulitnya mereka bertemu dalam satu forum bersama.
Namun demikian, untuk Al-Qur’an tidak ada kata menyerah. Kita yakin akan selalu ada jalan kemudahan mempelajarinya, juga mengajarkannya. Beberapa mahasiswa yang akhirnya lulus ujian BAQ menyampaikan testimoninya. Tities, D3 Radiologi, sudah wisuda pada 1 Desember 2020. Tities bahagia bisa merampungkan bimbingan BAQ dalam waktu 14 hari. Dia baru tahu di semester 4 bahwa BAQ menjadi syarat kelulusan.
Nurul Hafifah, Keperawatan, juga bersyukur akhirnya bisa lulus ujian BAQ dan bisa wisuda. Tahapan belajar BAQ di detik-detik kritis itu juga cukup membuat saya selaku pembimbing BAQ ikut deg-degan. Memotivasi mahasiswa yang sudah hampir putus asa merupakan kerja moral yang tidak boleh putus. Al-Qur’an adalah Kitab Allah. Mempelajarinya terbentang jalan-jalan kemudahan, maka penting menyampaikan pada mahasiswa tentang harapan ini.
Lailatun Hamidah, semester 5 Teknologi Laboratorium Medis (TLM) juga menyatakan kebahagiaannya setelah lulus ujian BAQ. Dia seorang pembelajar, pemerhati. Dia rajin menyimak bimbingan BAQ yang kami selenggarakan. Tentu saja saya ikut bersyukur. Benar adanya “man jadda wajada”, siapa giat, dia dapat.
Pandemi Covid-19 belum berakhir. Protokol kesehatan masih perlu dilakukan dengan disiplin. Tenaga medis menjadi garda paling depan dalam penanganan pasien. Menjalankan misi dakwah kesehatan memang tidak mudah. Karenanya, membekali dengan semangat Al-Qur’an menjadi sebuah kewajiban yang tidak terelakkan. Memampukan mahasiswa kesehatan untuk membaca Al-Qur’an dengan fasih dan lancar adalah tanggung jawab moral segenap sivitas akademika mewujudkannya. Wa’dallahi Haq. []
Pagi cerah di Djokjakarta, 9 Desember 2020