Oleh Agus Hariono
Memang benar apa yang dikatakan oleh para orang bijak, hidup itu pilihan. Artinya dalam hidup, kita disungguhkan dengan puspa ragam pilihan. Tentu saja pilihan-pilihan tersebut merupakan bagian dalam rangka mengisi kehidupan. Bahwa untuk menuju satu tujuan, jalan yang tersedia tidak hanya satu, sehingga kita diminta untuk memilih jalan mana yang hendak dilalui.
Ibarat orang hendak bepergian ke sebuah kota saja, kita harus menentukan beragam pilihan. Mulai dari rute yang akan ditempuh sampai moda transportasi apa yang hendak digunakan. Semua bebas memilih sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang dimiliki. Kemauan dan kemampuan inilah yang akhirnya membedakan pilihan antara orang satu dengan lainnya.
Dahulu pernah ada seorang motivator pengembangan sekolah menyampaikan kepada para kepala sekolah yang hadir, “Anda pilih mana utang, tetapi sekolah Anda memiliki gedung yang megah atau tidak utang tetapi sekolah Anda tidak memiliki gedung yang megah.” Dua pilihan yang sama-sama memiliki keuntungan sekaligus beban risiko.
Pilihan tidak utang untuk pengadaan sebuah gedung mungkin saja dipilih dengan pertimbangan tidak terbebani dengan alokasi biaya untuk setor cicilan. Untuk memenuhi pengadaan tersebut jalan yang ditempuh adalah dengan menabung. Pertanyaanya apakah benar dengan menabung dapat mewujudkan adanya sebuah gedung? Perlu berapa lama menabung untuk mewujudkan sebuah gedung? Dan, berbagai macam pertanyaan lainnya.
Mengingat karakteristik turun menurun warga kita, aktivitas menabung bukan merupakan kebutuhan pokok. Misalnya, dalam daftar kebutuhan keluarga, seringkali menempatkan kebutuhan menabung di urutan paling belakang. Artinya kalau ada uang sisa belanja kebutuhan pokok baru akan menabung. Menabung bukan merupakan kebutuhan pokok atau primer, melainkan kebutuhan sekunder bahkan tersier.
Lantas, kalau kondisinya seperti ini kapan keberadaan gedung tersebut dapat terwujud? Tentu jawabannya beragam sesuai dengan komitmen dari pimpinan sekolah. Jika komitmen pimpinan sekolah kuat, mampu mengontrol dan mengendalikan kebutuhan belanja sekolah, mampu memasukkan anggaran menabung pada kebutuhan pokok, mungkin saja gedung impian dapat terwujud sesuai waktu yang ditargetkan.
Tetapi sekali lagi, godaan bagi siapa saja yang mempunyai sejumlah uang yang terlihat nganggur itu luar biasa. Tujuan utama bisa saja berubah setelah memiliki sejumlah tabungan tertentu, beralih untuk membeli suatu kebutuhan lain. Kalau pimpinan kreatif memutar sejumlah tabungan yang sudah terkumpul untuk usaha, bisa jadi justru akan menambah jumlah tabungan dan mempercepat dalam mewujudkan keberadaan gedung. Namun, jarang pimpinan sekolah yang dapat dan berhasil melakukan hal tersebut.
Mewujudkan sebuah gedung dari jalan menabung tidak dapat dilakukan secara instan atau dalam waktu dekat. Perlu waktu yang cukup. Tentu gedung yang akan diwujudkan tidak dapat pula dinikmati dalam waktu dekat. Memerlukan kesabaran ekstra dan keuletan dalam menahan diri demi perwujudan gedung impian. Yang pasti dari jalan menabung adalah perlu waktu. Sehingga kalau untuk memenuhi kebutuhan pragmatis jangka pendek pilihan jalan menambung kurang recomended.
Jika kebutuhan adanya sebuah gedung impian tersebut mendesak, pilihan utang adalah jalan terbaiknya. Biasanya pimpinan sekolah memiliki masa jabatan selama kurun waktu tertentu. Biasanya pula kebanyakan dari mereka, ingin meninggalkan legacy sebagai tanda masa kepemimpinannya. Legacy tersebut sangat jarang diletakkan di ujung masa kepemimpinan. Selain berpotensi tidak selesai, juga tidak dapat difungsikan secara optimal dalam masa kepemimpinannya. Sehingga gedung impian tersebut harus diwujudkan dalam waktu dekat.
Untuk mewujudkan gedung impian dalam waktu dekat, jalan yang paling rasional adalah dengan utang. Dengan utang biaya untuk mendirikan gedung impian tersedia lengkap sesuai kebutuhan. Tidak perlu menunggu waktu yang cukup lama. Tidak berpotensi pembangunan mangkrak akibat kekurangan dana, karena memang pinjaman sudah disesuaikan dengan rencana kebutuhan.
Pilihan utang tidak lantas bebas dari risiko. Sebelum memutuskan untuk utang, pimpinan harus bersepakat dengan pihak-pihak terkait, khususnya para pihak yang berpotensi terimbas dampaknya. Karena pasti pasca utang akan ada alokasi anggaran khusus untuk setor cicilan. Alokasi anggaran ini sifatnya memaksa lagi wajib. Punya tidak punya, mau tidak mau, alokasi anggaran untuk setor cicilan harus ada dan dilakukan.
Bedanya dengan menabung, setor cicilan sifatnya memaksa sehingga tidak ada celah untuk mengalihkan anggaran untuk kebutuhan yang tidak prioritas. Karena jika sampai tidak membayar cicilan, risiko akan menimpa lembaga. Itu jelas tidak diinginkan oleh pimpinan dan warga sekolah. Risikonya besar, tekanan juga tidak kalah besar, belum lagi resistensi dari pihak-pihak terdampak.
Memang semua pilihan memiliki risiko. Beda antara menabung dan utang adalah soal waktu dalam mewujudkan gedung impian. Menabung biasa dihantui dengan godaan besar yang berpotensi disorientasi, bahkan bisa jadi gedung impian tidak akan terwujud. Bagi pimpinan yang menginginkan legacy terwujud dalam waktu singkat, menabung tampaknya kurang recomended. Kecuali sekolah tersebut memiliki sistem yang sangat mapan, sehingga pengadaan gedung bukan menjadi kompetisi legacy. Bagi pimpinan sekolah yang biasa-biasa saja tentu kalkulasi terhadap pilihan menabung atau utang sangat perlu dilakukan.
Pilihan jalan menabung atau utang adalah sarana mewujudkan impian. Kedua pilihan baik tepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing, karena di antara keduanya melekat keuntungan sekaligus risiko. Jalan menabung atau utang bisa juga berlaku bagi individu, bagi individu yang tidak mampu mengendalikan diri dalam mengelola keuangan, tentu pilihan utang untuk mewujudkan impian adalah jalan terbaik.
Sebaliknya bagi individu yang dengan mudah dapat mengendalikan keuangan dan mampu dengan sabar dalam mewujudkan impian, silahkan memilih jalan menabung. Menabung atau utang merupakan jalan terbaik bagi siapapun yang membutuhkan sesuai kondisinya. Tidak berarti menabung lebih baik dari utang, pun sebaliknya tidak berarti lebih baik utang daripada menabung. Menabung atau utang adalah pilihan jalan untuk mewujudkan impian.
Plemahan, 15 Maret 2022