Oleh Dr. KH. Didi Junaedi
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak akan sempurna iman kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan, kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.”
(HR. Muslim)
Hadis riwayat Imam Muslim di atas sengaja penulis kutip untuk mengawali tulisan ini. Pesan yang disampaikan Rasulullah Saw melalui hadis tersebut sungguh luar biasa. Beliau menegaskan bahwa untuk bisa masuk surga, seseorang harus menghadirkan rasa cinta di dalam diri untuk dibagikan kepada orang lain. Dan rasa cinta itu akan muncul ketika seseorang selalu menebarkan kedamaian (salam) kepada sesama.
Menebarkan kedamaian akan menghadirkan kesejukan. Hadirnya kesejukan akan membawa ketenangan dan ketenteraman. Inilah salah satu misi dihadirkannya manusia ke muka bumi.
Ironisnya, tidak banyak manusia yang menyadari misi kehadirannya di muka bumi. Walhasil, alih-alih menebarkan kedamaian dan menghadirkan kesejukan, justru mereka saling menebar kebencian dan menyuburkan permusuhan.
Persaingan ekonomi, perebutan kekuasaan dan jabatan, kontestasi popularitas dan kemasyhuran sebagai figur publik sering menjadi ajang saling fitnah, mengumbar dendam, memupuk permusuhan antarsesama. Tidak tampak lagi suasana kekeluargaan, semangat persaudaraan, harmoni dalam perbedaan, saling menghormati dan menghargai antarsesama.
Imbas dari seluruh sikap ini adalah hadirnya disharmoni dan ketidaknyamanan hubungan antarsesama. Setiap orang ingin menunjukkan eksistensi dirinya sekaligus menafikan keberadaan orang lain.
Inilah kondisi yang kita alami dan rasakan saat ini. Misi utama kehadiran manusia ke muka bumi ini sudah jauh panggang dari api. Ditambah lagi dengan perkembangan serta kemajuan teknologi yang demikian pesatnya, yang menjadikan manusia-manusia sebagai makhluk individualis.
Relasi sosial sudah tak seerat dulu lagi. Kehidupan di dunia maya tampaknya lebih mengasyikkan daripada kehidupan di dunia nyata. Masing-masing orang sibuk dengan gawainya. Meski duduk bersebelahan atau bahkan berhadap-hadapan, tak ada lagi tegur sapa atau senyum penuh keramahan. Yang ada hanyalah kesibukan dengan dunianya masing-masing. Sibuk berselancar di jagat maya. Berchit-chat ria dengan mereka nun jauh di sana. Sementara yang jelas tampak di hadapan seolah dianggap tidak ada.
Inilah ironi manusia di era teknologi. Misi utama kehadirannya di muka bumi sebagai penebar kedamaian, penghadir kesejukan, serta menjaga harmoni antarsesama kian hari kian memudar.
Untuk mengembalikan kesadaran kita semua akan misi utama kita dihadirkan Tuhan ke muka bumi ini, ada baiknya kita mengkaji kembali pesan Nabi Muhammad Saw. di awal tulisan ini.
Adalah menebarkan kedamaian kunci utama agar kita bisa saling mencintai. Ketika sudah saling mencintai, maka jalan menuju kesempurnaan iman akan kita gapai. Jika kesempurnaan iman sudah kita raih, maka jalan menuju surga pun akan terasa lempang.
Menebar kedamaian bisa diawali dengan ucapan, tindakan serta sikap kita terhadap sesama. Berucap yang baik dan menyejukkan, berlaku santun, serta bersikap ramah adalah di antara cara menebarkan kedamaian.
Nabi Muhammad Saw. adalah sosok teladan yang bisa dijadikan role model dalam hal ini. Seluruh ucapan, tindakan serta sikap dan perilaku beliau selalu menebarkan kedamaian dan menghadirkan kesejukan kepada sesama. Sehingga tepatlah Al-Qur’an menyebut beliau sebagai sosok yang memiliki budi pekerti luhur, akhlak mulia.
Bacalah kembali sejarah hidup beliau dalam buku-buku bertajuk Sirah Nabawiyah. Di sana akan kita dapati secara lengkap bagaimana keseharian beliau dalam bermuamalah dengan sesama. Bagaimana akhlak beliau kepada anak-anak, orang-orang yang usianya lebih muda, juga sikap dan perilaku beliau kepada mereka yang lebih tua. Bagaimana cara beliau menghormati tetangga, memuliakan tamu, bergaul dengan masyarakat. Bagaimana cara beliau bergaul dan bercengkerama dengan para isteri dan anak-anaknya. Kesemua itu terekam jelas di sejumlah karya tentang Sriah Nabawiyah, berdasarkan riwayat-riwayat hadis yang bisa dipertanggungjawabkan.
Dengan berusaha meneladani ucapan, tindakan, sikap serta perilaku Nabi Muhammad Saw. tersebut, harapan untuk menghadirkan kedamaian dan kesejukan di muka bumi ini akan dapat terwujud. Semoga.
* Ruang Inspirasi, Qabla Sahur, Senin, 17 April 2023