MENGHAYATI RAMADAN DENGAN “PUJAQURSHASANDA.IS.ME”

0
448

Oleh Much. Khoiri

PERNAHKAH Anda mendengar istilah ini: PuJaQurShaSanDa.Is.Me? Cermati sekali lagi. Pernah mendengar entah kapan dan entah di mana? Tahukah Anda bahasa apakah itu? Apakah ia mengandung isme (ideologi) radikal tertentu, misalnya? Saya jamin tidak!

Sumber gambar: Dok Unduhan

Namun, jangan cari makna ungkapan itu di kamus istilah atau ensiklopedia mana pun. Sebab, sampai rambut ubanan pun, Anda tak bakal menemukannya. Kamus atau ensiklopedia tidak memuatnya. Sebab, istilah itu hanya memang tertera di dalam kalbu, bahkan terpateri sampai ke lubuk.

Ya, istilah itu sebuah akronim: Puasa, JAmaah, QUR’an, SHAdaqah, SANtun, salam DAmai, IStikamah, MEnulis. Ya, akronim itu terpatri sampai ke lubuk kalbu, menjadi pengingat (reminder) yang setia setiap waktu, terlebih dalam menyambut dan menghayati ramadan tahun ini. Bahkan ia seakan menjadi tongkat bagi pengembara di kala goyah, dan menjadi suluh baginya di kala gulita.

Puasa ramadan merupakan ibadah yang ditunggu-tunggu kehadirannya oleh seluruh muslim di dunia. Bahkan sejak bulan Rajab, dua bulan sebelum Ramadan, muslim telah memanjatkan doa—bahkan dilantunkan sebagai pujian, yang dikumandangkan lewat pengeras suara di masjid-masid dan surau-surau menjelang shalat lima waktu. Muslim berdoa agar bisa menjumpai ramadan yang mulia—bulan penuh rahmat, maghfirah, dan dibebaskan dari api neraka.

Tentu saja, berbagai amalan telah disarankan di berbagai pengajian, khotbah, tausiyah, dan majelis-majelis ilmu lainnya. Tinggal bagaimana individu muslim mampu dan mau mengamalkan setiap amal ibadah sepanjang bulan suci ramadan. Jangan sampai ketinggalan untuk merebut kemuliaan bulan ramadan. Jika sampai ketinggalan, penyesalan akan tiada guna.

Saya sendiri tidak ingin muluk-muluk dalam menyambut ramadan tahun ini. Saya hanya akan mengamalkan akronim PuJaQurShaSanDa.Is.Me di atas dengan segenap hati (baca: sesuai kemampuan). Dengan segenap hati itu pertanda bahwa ada kesungguhan di dalam mengamalkannya, dan ada keihlasan dalam hati selama mengamalkannya.

Pertama, puasa. Puasa itu mudah kalau puasanya hanya menahan lapar dan haus belaka. Namun, bukan itu puasa yang saya maksudkan. Saya ingin menghayati puasa yang sesungguhnya—bukan hanya puasa syariah, melainkan puasa makrifat: mempuasakan seluruh jasadiah dan ruhaniah saya. Meski itu sulit, amalan itu wajib ditunaikan.

Kedua, shalat jamaah selalu tegakkan. Sahalat berjamaah itu penuh kemuliaan, tentu saja, bahkan 27 derajat lebih tinggi dibandingkan dengan shalat sendirian. Namun, saya sendiri belum mampu menunaikan sahalat jamaah setiap lima waktu. Ada saja alasan-alasan yang saya kemukakan untuk membenarkan “kemalasan” saya. Maka, selama ramadan tahun ini, mudah-mudahan shalat berjamaah bisa dijalankan dengan benar.

Ketiga, baca dan kaji Qur’an setiap hari. Alangkan enaknya jika berkesempatan untuk mampu membaca (dan mengkaji) Qur’an setiap hari. Banyak sekali kemuliaan dari membaca Quran setiap waktu. Salah satu berkah membaca Quran adalah membuat hati menjadi tenang, dan ingin selalu tertambat dalam setiap langkah setiap hari.

Kemudian, keluarkan shadaqah, terutama bagi mereka yang miskin dan lapar. Saya ingin mendatangi mereka—bukan sebaliknya—dan menyerahkan shadaqah yang diperbolahkan. Ibadah shadaqah akan menyelamatkan manusia dari aneka siksa dalam alam barzah. Tentu, shadaqah itu terlihat enteng, namun ternyata shadaqah berat dan membutuhkan perjuangan hati yang sangat kokoh.

Ringkasnya, selama ramadhan saya juga harus bicara sopan dan santun kepada siapapun jua. Lebih dari itu, saya pun perlu menyebarkan salam (kedamaian) kepada sebanyak-banyaknya orang. Kemudian, istikamah sangat diperlukan untuk diterapkan. Ya, istikamah selalu harapkan dari-Nya. Bukankah kemuliaan ibadah bersumber dari keistikamahan mengamalkannya?

‘Shasanda’ sendiri adalah tiga pertanda kemuliaan yang telah ditegaskan dalam beberapa Hadits. Selebihnya adalah amalan pelengkap dan penyempurna yang patut dihayati setiap hari. Shalat jamaah dan baca-kaji Quran harus ditingkatkan. Istikamah, sebagai kekuatan utama segala ibadah, harus ditunaikan dengan sabar dan ihlas.

Yang tak kalah penting adalah menulis. Ya, menulis tentang dan demi kebaikan, wajib terus ditunaikan meski semua itu terjadi di bulan ramadan. Menulis untuk kebaikan dan kebenaran. Kebenaran harus disuarakan, kebaikan harus senantiasa ditebarkan. Setiap hari ada perang dahsyat antara kebaikan dan kebatilan. Kebaikan harus dimenangkan dari kebatilan. Jika kebatilan merajalela, kebaikan akan bermuram durja. Maka, menulis tentang dan demi kebaikan akan ikut andil menegakkan kebenaran.

Tak peduli berapa puluh buku yang sudah saya terbitkan selama ini, tak peduli berapa ratus artikel atau karya kreatif yang telah saya tulis dan terbitkan. Itu hanyalah sedikit dari perjuangan panjang yang tak bertepian. Masih banyak lagi tugas menulis yang harus diselesaikan, masih banyak inspirasi yang perlu dibangkitkan. Bukankah hidup adalah perjuangan untuk lulus dari ujian-Nya?

PuJaQurShaSanDa.Is.Me. Ya, perlu menguatkan dalam diri bahwa PuJaQurShaSanDa adalah semboyan saya, membentuk kedirian saya, keberadaan saya. Ia ada; maka saya ada. Ia adalah representasi, sekaligus dinamika pengalaman dan pengamalan spiritual yang harus dihayati. Ia menjadi daya hidup yang menggerakkan dan membangkitkan.

Selama ramadan tahun ini dan bahkan seterusnya semboyan itu akan menjadi pedoman dalam sisa hidup saya. Mengamalkan semboyan itu adalah tugas pribadi saya yang wajib ditunaikan, jangan sampai diabaikan dan dilalaikan. Saya tahu, semua itu bukan tugas hidup yang enteng dan sederhana. Namun, saya pun sadar, itulah jalan yang wajib dilalui, dan perjuangan yang wajib dimenangkan.

Maka, dari satu titik di sebuah sudut bumi dan di bawah langit lapis tujuh ini, ya Ilahi Rabbi, izinkan hambaMu yang lemah dan hina ini bertasbih-bertahmid-bertakbir seraya memanjatkan doa: Ya Allah, tetapkan iman saya dan ihlaskan hati saya untuk memenuhi semboyan in dalam bulan ramadani: PuJaQurShaSanDa.Is.Me. Sebab, jika tidak demikian, suatu saat kelak saya akan lenyap senyap tanpa makna.[]

Driyorejo, 27-02-2023

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here