Menguatkan 5 C Dalam Menghadapi Abad 21. Abad 21 adalah awal kejayaan dunia virtual. Ditandai perkembangan dan pertumbuhan dunia digital yang semakin pesat. Perubahan gaya hidup semakin drastis. Kebiasaan, cara hidup dan kerja seseorang mengalami perubahan. Misalnya saja, ritual berdoa sebelum makan, sekarang berubah menjadi selfie dulu sebelum makan. Biasanya setelah bangun tidur berdoa, sekarang bangun tidur langsung cek handphone. Untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu hal kita datang ke guru atau ke ahlinya, sekarang cukup bertanya ke Google atau Youtube, dan masih banyak kebiasaan lain yang berubah dan bergeser.
Guru Harus Inovatif dan Menjadi Teladan dalam Adab dan Akhlak
Era digital dengan generasi milinealnya ini memiliki kebiasaan, gaya hidup, cara hidup, dan kerja yang berbeda dengan kita. Tidak bisa dipungkiri sebagai guru, dalam beberapa hal harus menyesuaikan dengan kebutuhan zaman. Guru harus lebih kreatif dan inovatif. Guru harus bisa menghadirkan atau menjadikan ‘sesuatu yang penting’ menjadi ‘menarik’ bagi siswa. Itulah guru inovatif.
Di era digital sekarang ini guru bukan lagi satu-satunya sumber informasi. Karena sumber informasi sudah banyak tergantikan oleh google, youtube, yahoo, dan sebagainya. Sehingga eksistensi guru harus diperkuat dengan inovasi dan teladan. Guru harus dapat menjadikan sesuatu yang penting menjadi menarik dan menjadikan yang menarik menjadi penting. Guru juga harus bisa menjadi sumber teladan. Guru bisa memberikan contoh yang baik. Sumber inspirasi dalam karakter. Terutama dalam adab dan akhlak.
Nasihat yang disampaikan oleh Sahabat Ali bin Abi Thalib patut kita renungkan bersama, “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup bukan di zamanmu.” Artinya, ilmu itu bersifat dinamis dan tidak tetap, keberadaannya menyesuaikan dengan kondisi sekarang dan kehidupan masa depan. Sesuatu yang hari ini istimewa, tapi pada 10 atau 20 tahun mendatang bisa jadi hanya hal yang biasa-biasa saja. Sesuatu yang hari ini mustahil, bisa jadi pada 10 atau 20 tahun mendatang adalah hal yang sangat mudah sekali. Semoga kita mampu mengantarkan anak remaja kita untuk hidup sesuai zamannya. Dengan tetap iman dan taqwa di dadanya serta akhlaq menjadi hiasannya.
Lima Kecakapan menghadapi tantangan di abad 21
Menghadapi perubahan zaman dengan lifestyle manusia yang serba digital, arus informasi yang kian dahsyat, zaman yang semakin kompetitif, maka perlu bagi sekolah, para guru, dan orang tua untuk memfokuskan belajar dan membekali diri dan generasi kita dengan kecakapan-kecakapan di abad 21. Yaitu: Critical Thinking and Problem Solving, Creativity and Innovation, Communication, Collaboration, dan Character
Pertama, Critical thinking and Problem Solving,
Generasi mileneal harus belajar berpikir kritis terhadap segala informasi yang diterima. Era sosial media, informasi ibarat banjir bah, segala informasi masuk didalamnya. Sehingga kita harus mampu menyaring informasi yang baik dan bermanfaat.
Generasi mileneal juga harus menjadi problem solving. Menjadi penyelesai masalah dalam segala aspek kehidupan, bukan justeru menjadi biang masalah. Yaitu generasi yang mampu menjadi solusi dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dalam kehidupan manusia dan alam semesta.
Kegiatan pembelajaran juga harus dirancang untuk mewujudkan anak berpikir kritis melalui penerapan pendekatan saintifik, pembelajaran berbasis masalah, penyelesaian masalah, dan pembelajaran berbasis proyek. Seorang guru harus mampu memancing siswa untuk bertanya, mengeluarkan pendapat seluas-luasnya, dan mengakomodasi siswa yang berpikir kritis.
Kedua, Creativity and Innovation,
Perubahan zaman yang semakin cepat maka membutuhkan kreatifitas dan inovasi, agar manusia tidak tergilas oleh zaman. Maka kegiatan pembelajaran harus mampu merangsang siswa berpikir kreatif dan menemukan inovasi-inovasi baru. Seorang guru mampu merekayasa dan memberikan masalah dengan tujuan agar siswa berpikir kreatif. Dengan dihadapkan pada masalah, akan muncul kreatifitas untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dan akhirnya siswa menemukan cara-cara baru.
Ketiga, Communication
Kecakapan komunikasi harus dimiliki oleh setiap orang. Dengan komunikasi yang efektif seseorang akan dapat menyampaikan pesan dengan baik, membangun jaringan yang luas, dan memberikan pengaruh yang positif.
Kegiatan pembelajaran harus dirancang agar siswa mampu berkomunikasi dengan baik dan efektif. Seorang pengusaha bisa gagal dalam bisnisnya karena salah dalam cara berkomunikasi dengan rekan bisnisnya. Seorang gubernur bisa masuk penjara karena salah dalam berkomunikasi. Maka kecakapan berkomunikasi ini sangat penting.
Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi, secara lisan, tulisan, dan multimedia. Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah dari pendidiknya.
Keempat, Collaboration
Pendidikan selama ini selalu diajarkan untuk berkompetisi dan bersaing. Tidak jarang untuk memenangkan kompetisi orang melakukan manipulasi dan bentuk kecurangan lain. Di era ini yang dibutuhkan adalah bagaimana membangun kerjasama dalam mewujudkan tujuan. Sehingga inti dari pembelajaran ini adalah siswa mampu dan cakap dalam bekerjasama.
Siswa dituntut untuk menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, dan menghormati perspektif berbeda. Jika siswa sudah mampu mandiri, maka ia mampu menggabungkan kemandiriannya dengan kemandirian orang lain yang mungkin berbeda tingkat kemandiriannya.
Kelima, Character
Zaman boleh berganti, tehnologi boleh menggantikan peran manusia, tetapi ada sesuatu yang tidak boleh terganti dan hilang yaitu nilai-nilai karakter. Karena manusia dengan kecanggihan teknologi akan menjadi monster-monster perusak jika tidak dilandasi dengan nilai-nilai karakter yang baik. Lihat saja, jumlah gadget saat ini lebih banyak daripada jumlah penduduk. Ibaratnya, anak yang baru lahir, sudah mampu mengoperasikan gadget dan memiliki jejak digital. Jika tidak diimbangi dengan nilai-nilai karakter yang baik, maka akan dikhawatirkan muncul monster-monster perusak. Naudzubillah.
Nilai karakter ini tidak boleh hilang, pendidikan karakter harus dikuatkan. Karakter pertama yang penting untuk dibangun adalah karakter religius. Nilai-nilai agama dulu yang ditanamkan sebelum nilai-nilai yang lain. Dengan memiliki keimanan dan ketaqwaan yang kuat, generasi abad 21 akan memiliki pondasi yang kuat, tidak mudah terombang-ambing. Generasi abad 21 memiliki benteng yang kuat, tidak mudah dirobohkan oleh apapun, termasuk tajamnya pisau yang bernama teknologi.
Pada penguatan pendidikan karakter yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Yaitu religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong. Dalam pendidikan Islam, pendidikan keimanan juga menjadi hal utama yang penting diajarkan terlebih dahulu sebelum yang lain.
Semoga kelima kecakapan di atas dapat menjadi bekal kita dalam menghadapi tantangan pada abad 21. Bukan karena kita ‘galau’ dengan masa depan tetapi kita lebih siap dalam menghadapi perubahan zaman. Persiapan yang matang dan menghindari penyesalan.
Penulis : Masruhin Bagus (aktif menulis di jejakruang.com)