MENUJU RAMADHAN DENGAN TATANAN HIDUP BARU BERSAMA COVID-19

0
1846

 

Oleh: Eni Setyowati

“Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan pahala kebaikan, dimana untuk mendapat pahala tersebut kita harus menguatkan iman kita, agar bisa melakukan banyak amalan kebaikan. Marilah kita menuju Ramdhan kali ini dengan tatanan hidup baru bersama covid-19 dengan selalu jaga jarak, memakai masker, sering mencuci tangan, mebersihkan barang yang dipegang banyak orang secara bergantian, dan tidak boleh bersin dan meludah sembarangan. Niat, Do’a dan berperilaku hidup bersih adalah kuncinya”

Ramadhan telah tiba, semua umat muslim di seluruh dunia merayakan ramadhan ini. Ramadhan kali ini berbeda dengan ramadhan sebelumnya. Pandemi covid-19 telah menyebabkan perubahan pada ramadhan kali ini. Apakah dengan adanya pandemi covid-19 ini akan menyebabkan kurang keikhlasan dan kekhusyu’an pada ramadhan kali ini? Tentu saja jawabnya tidak. Justru dengan kondisi ini kita harus menjadikan ramadhan sebagai tatanan hidup baru bersama covid-19.

Berdasarkan ilmu Biologi maupun kesehatan, penyebaran covid-19 ini tidak bisa diputus. Proses mutasi virus yang begitu cepat menyebabkan cepatnya varian baru. Akibatnya sulitnya para ahli membuat vaksin ataupun obat anti virus. Oleh karena itu, dalam kondisi seperti ini, yang bisa kita lakukan adalah melakukan pencegahan. Pencegahan ini dimaksudkan agar tidak banyak orang yang terpapar virus ini, tidak banyak orang yang sakit dan masuk rumah sakit. Apa yang dibutuhkan? Tentunya adalah kekebalan tubuh atau herd imunity. Namun menurut Guru Besar Biologi Sel dan Molekuler Universitas Brawijaya, Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, SU, D.Sc., (seperti dikutip dalam Malang Post, Sabtu 25 April 2020), “herd imunity juga tidak bisa diharapkan, karena saat covid-19 dibawa ke lokasi lain dan dibawa lagi bisa masuk ke tubuh orang yang sudah kebal, sehingga akan timbul pandemi baru.”

Melihat kondisi tersebut, menunjukkan begitu menakutkannya covid-19 ini. Namun, apakah kita harus diam saja, tanpa melakukan sesuatu? Tentu tidak, kita harus tetap move on. Kita harus terus berusaha, tetapi tidak terlalu berharap putusnya mata rantai penularan akan 100 persen. Kita harus tahu, bahwa hidup kita sudah tidak bisa normal seperti semula, dalam waktu yang kita tidak tahu. Kita tetap mengikuti program pemerintah, social distancing, physical distancing maupun PSBB. Namun demikian, kesadaran pada diri sendiri itu adalah yang utama, tentunya dalam hal kebersihan dan menjaga diri sendiri. Kita harus mempersiapkan diri dengan mulai menyusun tatanan hidup baru bersama covid-19.

Apa yang harus kita lakukan? Antara lain sering mencuci tangan menggunakan sabun, tidak bersentuhan atau menjaga jarak, serta mengenakan masker. Di saat ramadhan seperti sekarang ini, pola hidup bersih sangat dianjurkan. Ramadhan ini tetap kita lakukan seperti halnya dengan ramadhan sebelumnya, namun ada perubahan baru yang dapat kita jadikan seabgai tatanan hidup baru yaitu dengan tambahan lima perilaku yang dianjurkan. Lima perilaku itu adalah jaga jarak (kita melakukan shalat tarawih di rumah), memakai masker, sering mencuci tangan atau memakai hand sanitizer dan membersihkan barang-barang yang dipegang banyak orang secara bergantian, serta masyarakat tidak boleh bersin dan meludah sembarangan agar tidak tertular covid-19.

Jika kelima perilaku tersebut dilakukan, tentunya ramadhan kali ini akan dapat kita lakukan dengan suasana aman dan khusyu’ sebagaimana ramadhan sebelumnya. Justru ramadhan kali ini akan membawa kebiasaan perilaku yang baik bagi kita semua. Jadi mulai sekarang kita tidak boleh ketakutan yang berlebihan, sehingga menyebabkan diri kita akan terbelenggu dan tidak bisa melakukan sesuatu. Untuk itu, mulai sekarang mari kita mempersiapkan hidup dengan covid-19.

Indonesia dengan indeks Ultraviolet (UV) yang tinggi, di atas 11, menunjukkan bahwa orang Indonesia telah terbiasa beradaptasi. Berada di luar ruang akan lebih baik daripada di dalam ruangan. Sehingga anjuran berjemur akan lebih baik jika kita lakukan. Namun berjemur di sini tetap mengindahkan aturan pemerintah, yaitu berjemur di rumah masing-masing. Virus covid-19 jika berada di dalam ruangan bisa berputar-putar dan mampu bertahan 8-10 jam, sehingga akan lebih cepat menular ke orang lain. Jadi meskipun kita sedang berpuasa, janganlah membuat kita malas dengan alasan kita takut covid-19. Olah raga, berjemur, dan kelima perilaku yang saya jelaskan di atas harus kita lakukan.

Tidak ada alasan, di bulan ramadhan kali ini kita diperbolehkan tidak berpuasa karena covid-19. Beberapa waktu yang lalu, kita digemparkan dengan berita di media sosial mengenai usulan dari salah satu wakil rakyat, yang mengharapkan MUI mengeluarkan Fatwa, bahwa ramadhan kali ini masyarakat boleh (tidak wajib) tidak menjalankan puasa. Itu adalah hal yang terlalu dilebih-lebihkan. Sebagai umat muslim kita harus yakin bahwa puasa adalah ibadah wajib dan merupakan rukun islam keempat. Bukan karena alasan covid-19 harus menjadikan puasa sesuatu yang tidak diwajibkan. Wakil rakyat tersebut membuat pernyataan bahwa “di saat pandemi covid-19 ini kita membutuhkan imunitas yang bagus, dengan puasa dapat menurunkan imunitas.” Itu sangat tidak masuk akal, justru dengan berpuasa akan membuat badan kita sehat dan menjaga daya tahan tubuh.

Pendapat wakil rakyat tersebut juga dibantah oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasarudin Umar seperti dikutip dalam Kompas.com (https://nasional.kompas.com/read/2020/04/23/18510551/ada-wabah-covid-19-imam-besar-istiqlal-jangan-sampai-tak-puasa).  Ia mengingatkan kepada masyarakat Indonesia, “umat Islam untuk tidak menjadikan daya tahan tubuh di tengah pandemi virus corona covid-19 sebagai alasan tidak menjalankan ibadah puasa.” Nasarudin juga menyampaikan. “justru puasa akan membuat badan semakin sehat dan bisa menjaga daya tahan tubuh.” Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa puasa itu dapat menyehatkan diri. Daya tahan tubuh akan mengurangi potensi terjangkit virus covid-19.

Berdasarkan paparan di atas, saya berharap meskipun ramadhan kali ini kita rasakan berbeda, mari kita mulai membuka ramadhan ini menjadi tatanan baru bersama covid-19. Bagi banyak orang, pada ramadhan kali ini mereka tidak bisa berbelanja secara leluasa sebagaimana biasanya. Mereka yang dulu selalu berbelanja untuk kebutuhan berbuka baik di pasar tradisional maupun di supermarket, kini mereka harus belanja dengan dibatasi (artinya belanja dengan cepat, belanja sesuai kebutuhan). Biasanya kita dapat shalat tarawih dengan leluasa, kini dibatasi harus menjaga jarak, dan dianjurkan shalat tarawih di rumah. Biasanya kita mendengar suara orang-orang dengan berbagai musik membangunkan ketika sahur, kali ini kita tidak akan mendengar itu semua. Biasanya saat akan masuk bulan ramadhan dan akan masuk idul fitri kita akan menikmati kenduri (megengan dan maleman), kini semua dibatasi. Biasanya kita melihat banyaknya kendaraan dengan nomor polisi luar daerah menjelang akhir ramadhan, karena banyak pemudik datang, kini tidak akan terlihat lagi. Banyak orang tua yang merindukan anak dan keluarganya untuk pulang kampung, karena hanya momen idul fitri saja mereka bisa pulang kampung. Kali ini pulang kampung justru akan membawa bencana. Ya….begitulah yang harus kita alami di ramadhan kali ini. Rasa haru menyelimuti masyarakat di seluruh daerah.

Pada ramadhan kali ini yang kita jumpai adalah masyarakat sibuk menyiapkan tempat-tempat kosong yang digunakan untuk isolasi bagi para orang yang nekat untuk mudik, ataupun orang yang bergejala terpapar covid-19. Setiap malam ada petugas patroli berkeliling ke wilayah-wilayah untuk mengingatkan masyarakat agar tetap di rumah, waspada dan selalu menjaga jarak. Bahkan di batas-batas wilayah sudah dipasang penghalang dilarang orang luar wilayah masuk ke daerah tersebut. Bagi daerah terpapar tidak boleh orang keluar masuk daerah tersebut. Setiap hari laporan jumlah ODP, PDP, positif selalu diupdate baik di media sosial maupun media elektronik lainnya. Sekali lagi, itulah kenyataan saat ini.

Janganlah mengeluh, justru inilah waktu yang tepat untuk kita meningkatkan amalan kita. Baik itu amalah dalam beribadah akherat maupun dunia. Beribadah akherat yaitu dengan memperbanyak berdoa’a dan amalan sunnah-sunnah yang lain untuk meningkatkan kedekatan kita kepada Yang telah Menciptakan kita dan alam ini. Jangan lupa memohon ampunan atas segala dosa kita dan dosa saudara-saudara kita. Amalan dunia adalah menyisihkan pendapatan kita untuk membantu saudara-saudara yang terdampak pandemi covid-19 ini. Banyak sekali PHK di mana-mana, warung-warung tutup semua, pasar dan toko sepi, tukang ojek sepi, tukang becak sepi. Tentunya mereka akan kehilangan pendapatannya, sementara untuk makan sehari-hari mereka bergantung pada pekerjaan itu. Marilah kita yang merasa masih ada rejeki lebih bisa untuk membantu mereka. Tentunya ini juga anjuran dalam agama Islam untuk selalu bersedekah.

Allah berfirman: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya” (Qs Saba’ 39). Ayat tersebut menunjukkan bahwa dengan bersedekah kita tidak akan miskin, justru Allah akan memberi rezeki yang sebaik-baiknya. Apalagi saat ini di saat ramadhan dan kondisi sedang banyak masyarakat yang susah, maka sangat mulialah jika kita bersedekah.

Ramadhan adalah bulan dengan banyak keutamaan dan keberkahan. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika ramadhan kali ini dilalui begitu saja tanpa produktivitas yang berarti. Selain berdoa dan bersedekah, kita juga dapat membaca buku, menulis, mendengar tausiyah, mengikuti kajian daring, maupun membuat hal-hal lain yang positif. Hal-hal di atas bisa menjadikan alternatif kita selama tingga di rumah. Dengan ruang terbatas, di tengah pandemi covid-19, bukan menjadi alasan kita untuk bermalas-malasan dan melakukan kumubaziran.

Jika kita kembali berkaca pada sejarah, bahwa banyak peristiwa besar yang terjadi saat ramadhan. Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 Hijriyah, namun umat Islam mampu memenangi pertempuran tersebut. Padahal umat Islam sedang berpuasa saat itu. Namun, itulah Janji Allah, Allah tidak pernah ingkar akan janji-Nya. Selain itu, peristiwa pembebasan Kota Mekkah dari kaum Kuffar pada tanggal 10 Ramadhan 8 Hijriyah, juga kemanangan Shalahuddin Al-Ayyubi pada perang salib “Battle of Hattin” di Palestina pada tanggal 26 Ramadhan. Bahkan juga dialami oleh Indonesia bahwa proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, juga bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 Hijriyah. Ini artinya dengan berpuasa justru akan meningkatkan daya tahan tubuh dan merupakan semangat bagi kita untuk tidak bermalasan dalam berpikir maupun bertindak.

Baiklah, dari uraian di atas, marilah kita sesama umat muslim selalu membersihkan jiwa dan raga. Kita harus terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kita jadikan momen ramadhan kali ini untuk refleksi dan muhasabah diri. Kita tetap terapkan hidup sehat bersih, dan selalu berdoa semoga wabah pandemi covid-19 ini segera berakhir. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

 

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here