Oleh Agus Hariono
Setiap orang pasti pernah mengalami beragam pengalaman dalam hidupnya. Baik merupakan pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Menyenangkan maupun menyedihkan semuanya memiliki kesempatan yang sama mengakar di dalam benak setiap orang. Ada yang sengaja dirawat adapula yang sengaja dan/atau tidak sengaja dilupakan. Bagi pengalaman yang tidak ingin dirawat biasanya tidak ada upaya untuk mengingatnya kembali, atau sebaliknya, justru selalu teringat. Bagi pengalaman yang ingin dirawat justru kadang terlupakan.
Pengalaman dimaksud bermakna luas, meliputi beragam aspek kehidupan seperti interaksi sosial, pendidikan, pekerjaan, perjalanan, hobi, eksplorasi hal-hal yang baru dan masih banyak lagi. Pengalaman ternyata penting bagi setiap orang dalam menjalani kehidupan sosial, khususnya ketika berinteraksi dengan orang lain. Dalam perjalanan hidup, tentu kita tidak hanya berkomunikasi dengan satu atau dua jenis orang saja, melainkan dengan beragam jenis orang dengan beragam latar belakang.
Agar interaksi kita dengan orang lain nyambung dan berkesinambungan, biasanya satu dengan yang memiliki kesamaan pengalaman. Tapi sayangnya tidak semua pengalaman kita dapat terekam dengan baik dalam ingatan kita. Ada sebuah peristiwa hidup yang sengaja maupun tidak, pernah kita alami. Mungkin saja pada saat itu, peristiwa tersebut tidak begitu penting, sehingga kita biarkan begitu saja. Namun, ternyata setelah sekian lama berlalu, kita bertemu dengan orang yang terkait dengan peristiwa tersebut. Karena ingatan kita terbatas soal kejadian itu, maka interaksi menjadi tidak begitu lancar dan detail. Obrolan kita tidak begitu gayeng karena informasinya terbatas.
Berbeda dengan ketika ingatan kita masih terjaga dengan kuat. Banyak detail informasi yang masih bercokol dalam benak. Rangkaian peristiwa masih terekam dengan utuh. Detail-detail cerita masih tergambar secara tajam. Maka ketika dalam kondisi tersebut, kita dapat dengan nyaman berinteraksi dengan orang lain. Yang obrolkan banyak dan mendalam. Bahasan dalam obrolan terus gayung bersambut satu dengan lainnya tidak ada habisnya.
Banyak cara orang menjaga ingatannya. Ada yang karena memang dia memiliki daya ingat yang kuat, sehingga detail peristiwa dapat terekam secara lengkap meski sudah berlalu sangat lama. Adapula yang menjaganya dengan cara, misalnya, mengaitkan dengan cerita atau gambar, mengulang-ulang informasi, menggunakan visualisasi dan mencatatnya dalam sebuah tulisan.
Sebagaimana kata Virginia Woolf, “Menulis memungkinkan kita untuk merekam dan mereproduksi pengalaman hidup kita, memperjelas pikiran-pikiran yang samar, dan memperdalam pemahaman kita terhadap diri sendiri dan dunia di sekitar kita.” Sekuat-kuatnya ingatan masih kuat tulisan. Peristiwa hidup yang pernah kita alami akan terekam detail dan lengkap melalui tulisan. Jadi tulisan merupakan cara sekliagus media efektif dalam mendokumentasi suatu peristiwa maupun pengalaman.
Di era sekarang memang teknologi sangat canggih. Untuk mendokumentasikan apa pun dengan cara apapun sangat mudah. Kita tinggal memilih, mau dengan visual, audio, audio visual atau bahkan audio visual lengkap dengan narasi suaranya. Bisa kita lakukan. Tentu usaha yang dibutuhkan harus lebih. Dengan tulisan, kita dapat mencatat peristiwa sesuai fakta dan kalau perlu kita sertai dengan gambar. Lagi-lagi di era sekarang semua serba mudah, mencatat tidak harus di kertas atau buku. Di smartphone masing-masing sudah tersedia aplikasi yang dapat digunakan untuk mencatat hal-hal penting yang kita alami. Tidak terbatas hanya tulisan pendek, tulisan panjang pun dapat kita tulis di smartphone tersebut.
Bagi saya, hal tersebut merupakan kemudahan tersendiri, dapat menulis di smartphone kapan pun dan di mana pun saja. Selagi sempat, menulis dapat dilakukan. Meskipun media tersedia begitu mudah namun tidak semudah mengalahkan rasa malas dalam diri. Apalagi jika sudah kena kena rutinitas kerja. Menulis menjadi sangat berat. Akibatnya menunda-nunda waktu untuk menulis. Alhasil tidak jadi menulis. Dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan tidak terasa sudah sekian bulan tidak menghasilkan tulisan sama sekali.
Tentu ini merupakan penyakit bagi saya. Sepanjang tidak menulis, kemampuan menulis saya menjadi menurun. Kosa kata banyak yang hilang. Menulis satu kalimat saja kadang harus mikir lama. Saya pernah kesulitan untuk mengingat satu kata, padahal kata itu biasa digunakan dalam setiap menulis. Maka benar kata Paulo Coelho, bahwa “Menulis adalah cara untuk mengingat semua yang terjadi dalam hidup kita, bahkan yang tampaknya kecil dan tak berarti.” Membaca tulisan-tulisan terdahulu, saya terheran-heran ternyata dulu saya beragam kosa kata. Sementara karena jarang menulis, kosa kata tersebut menjadi semakin berkurang.
Leonardo da Vinci juga mengatakan bahwa, “Menulis mempertahankan segala hal, mengingat apa yang telah lalu, mengungkapkan apa yang tersembunyi, dan mengungkapkan apa yang dipelajari.” Manfaat menulis memang banyak salah satunya merawat ingatan. Agar apa yang sudah menjadi pengetahuan tidak mudah luntur begitu saja. Dengan menulis ingatan-ingatan jadi mengakar kuat dalam benak. Jika dibutuhkan setiap saat akan dengan mudah keluar. Dengan menulis, apa yang masih tersembunyi dalam benak akan mengalir dengan deras.
Sebagaimana pengalaman yang saya alami, menulis sungguh menjadi andalan dalam merawat ingatan. Hal-hal yang pernah saya ketahui, ingat, rasakan, lihat, tidak mudah hilang begitu saja. Ia akan awet bersemayam dalam benak saya—selain yang tertulis. Kapan pun dibutuhkan akan senantiasa siap. Bahkan kalau kita sering menggunakan, malah akan menarik yang lain untuk masuk ke dalam benak kita.
Hal tersebut diperkuat oleh Benjamin Franklin bahwa, kemampuan untuk menulis dengan baik merupakan anugerah yang besar dari Tuhan dan dapat membantu kita mengingat pengetahuan yang kita miliki, serta membagikannya kepada orang lain. Artinya semakin kita mengasah kemampuan menulis kita maka secara otomatis kita akan kaya pengetahuan. Tidak saja untuk mengingat hal-hal yang telah kita miliki sebelumnya, namun juga menambah hal-hal baru yang belum kita punyai. Jika tidak percaya, mari buktikan dengan menulis!
Sampai detik ini saya masih mempercayai dan meyakini bahwa menulis dapat merawat ingatan. Oleh karena itu saya berupaya betul, di tengah serangan penyakit malas, tetap mencari jalan keluar untuk menulis. Entah dengan membaca kalimat-kalimat penggugah tentang menulis, mencari grup-grup baru tentang menulis, berinteraksi dengan para penulis, intinya mencari cara agar saya tetap menulis. Menulis harga mati.
Tempursari, 17-19 Juli 2023