Ngainun Naim

Apa yang ada dalam benak Anda saat mendengar kata pasrah? Saya membayangkan sebagian besar dari Anda tertuju pada sesuatu tanpa ikhtiar, pasif. Tidak ada harapan lagi. Saya kira hal semacam itu menjadi pemahaman umum.
Namun saya menemukan makna pasrah justru dalam makna positif, makna yang berbeda dari pemahaman umum, Pasrah dalam makna positif ini ternyata sangat bagus. Jika seseorang telah pasrah—dalam makna ini—maka kedamaian (dan juga kesuksesan hidup) akan bisa diperoleh.
Bagaimana penjelasannya? Begini, hal pertama yang harus dilakukan agar pasrah berkonotasi positif adalah menata mindset. Ini penting agar pengertian berbeda tantang pasrah ini tidak sebatas pengetahuan tetapi juga menjadi kesadaran. Jika ini sudah dilakukan maka mari simak paparan berikutnya.
Pasrah itu aktif, bukan pasif. Pasrah itu dinamis dan kontekstual. Mungkin agak ganjil, tetapi ini saya kira penting untuk membangun hidup secara optimis.
Saya menemukan penjelasan Arvan Pradiansyah (2013) yang cukup mencerahkan. Menurut Arvan, untuk bersikap pasrah dalam makna positif, ada beberapa hal yang penting dicermati. Pertama, harus mengetahui apa yang bisa diubah dan apa yang tidak bisa diubah. Kedua, selalu dapat melakukan sesuatu dalam situasi apa pun. Misalnya, kita tidak bisa mengontrol harga yang melambung tapi kita bisa mengontrol gaya hidup kita. Kita tidak bisa menghentikan Corona tetapi kita bisa berikhtiar dengan menjalankan hidup berdasarkan protokol kesehatan.
Jadi pasrah itu, demikian Arvan, adalah melakukan usaha maksimal tetapi menyerahkan hasil pada Allah. Pasrah bukan berarti pasif tetapi berusaha secara maksimal terlebih dulu. Terkait dengan hasil, saat itulah sikap pasrah mengambil posisi. Pemaknaan pasrah semacam ini saya kira penting untuk disuarakan agar kita bisa menjalani kehidupan secara optimis-positif.

Tulungagung, 12 Juni 2020

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here