PEMBELAJARAN DARING MELALUI GRUP WHATSAPP, MENGAPA TIDAK?

0
8961

Saat ini, jumlah pengguna media sosial di Indonesia semakin meningkat. Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), dinyatakan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Dari data ini dapat kita pahami bahwa penggunaan internet di Indonesia masih didominasi untuk aktivitas di media sosial. Di satu sisi besarnya jumlah pengguna internet di Indonesia tersebut menunjukkan bahwa rakyat Indonesia sudah banyak yang “melek” teknologi internet, dan hal ini merupakan berita yang menggembirakan. Tetapi di sisi yang lain, masih dominannya penggunaan internet untuk bermedia sosial menunjukkan bahwa rakyat Indonesia masih memandang bahwa internet itu identik dengan media sosial, padahal manfaat penggunaan internet jauh lebih banyak lagi selain untuk bermedia sosial.

Salah satu aplikasi media sosial yang banyak dipergunakan oleh para pengguna internet (baca pengguna handphone atau HP) adalah aplikasi WhatsApp. Adanya fitur grup whatsApp telah memudahkan para pengguna handphone untuk berkomunikasi dengan orang lain sesuai kepentingannya. Ada yang membuat grup WA untuk alumni, ada grup WA komunitas, ada grup WA warga RT, ada grup WA jamaah masjid, dan lain sebagainya. Dibandingkan aplikasi lain, aplikasi WhatsApp tergolong paling banyak dipakai dan familier di kalangan pengguna HP.

Aplikasi WhatsApp tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk ngobrol (chating) saja, tetapi aplikasi WhatsApp ternyata dapat juga dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Fasilitas grup WhatsApp ternyata dapat dipergunakan untuk menyelenggarakan perkuliahan secara daring (online) dengan mudah. Cukup dengan membuat grup WhatsApp sesuai nama mata kuliah dan memasukkan semua nomor HP mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut, maka dosen dapat dengan mudah menyelenggarakan perkuliahan secara daring (online) dan realtime. Melalui sistem perkuliahan secara daring dan realtime ini, dosen juga dapat memantau kehadiran mahasiswa yang mengikuti perkuliahan.

Penulis sendiri punya pengalaman menyelenggarakan perkuliahan secara daring melalui aplikasi grup WhatsApp. Penulis mengamati ada plus dan minusnya sistem perkuliahan secara daring dibandingkan dengan perkuliahan tatap muka langsung di kelas (secara luring). Dibandingkan dengan sistem perkuliahan langsung di kelas, penyelenggaraan perkuliahan secara daring (online) membutuhkan persiapan yang lebih banyak. Waktu itu penulis akan menyelenggarakan kuliah daring untuk mata kuliah dengan bobot 2 sks, oleh karena itu penulis mempersiapkan materi untuk penulis sampaikan ke mahasiswa melalui tulisan di grup WhatsApp selama 100 menit. Untuk itu, penulis terlebih dahulu membuat tulisan yang kira-kira dapat disampaikan selama durasi waktu 100 menit. Dalam pelaksanaannya, penulis tinggal mengcopy paste tulisan yang sudah penulis persiapkan ke aplikasi grup WhatsApp kuliah daring (online). Untuk memperlancar jalannya perkuliahan secara daring, penulis menunjuk ketua kelas untuk menjadi moderator dalam kuliah daring tersebut dan menyiapkan presensi kehadiran mahasiswa. Ketua kelas kemudian membuat peraturan tentang jalannya perkuliahan. Mahasiswa harus masuk kelas 5 menit sebelum dosen memberikan kuliah. Jika dosen sedang memberikan kuliah, mahasiswa dilarang masuk kelas (menuliskan daftar hadir). Mahasiswa jika akan bertanya tidak boleh langsung ke dosen tetapi meminta ijin ke moderator (ketua kelas) terlebih dahulu, setelah diijinkan baru menyampaikan pertanyaan ke dosen. Jadi dalam pelaksanaan kuliah secara daring, lima menit sebelum kuliah dimulai, ketua kelas meminta mahasiswa yang sudah online untuk menuliskan namanya di daftar presensi kehadiran. Setelah waktunya habis, ketua kelas menutup waktu presensi dan mempersilakan dosen untuk mulai memberikan kuliah. Mahasiswa yang terlambat masuk kelas (terlambat menuliskan namanya di daftar presensi) dianggap tidak masuk perkuliahan. Dengan membuat peraturan tersebut, proses perkuliahan secara daring selama 100 menit dapat berlangsung dengan lancar.

Perkuliahan secara daring (online) menurut penulis seharusnya diselenggarakan secara langsung (realtime) dimana dosen dan mahasiswa dalam waktu yang sama terlibat dalam perkuliahan. Perkuliahan secara daring bukan berarti dosen cukup mengupload materi kuliah di website atau blog kemudian meminta mahasiswa mengaksesnya. Perkuliahan secara daring seharusnya tidak berbeda secara signifikan dengan perkuliahan secara luring (offline), yang membedakan hanyalah sarananya saja. Kalau perkuliahan secara daring dosen dan mahasiswa tidak bertemu secara langsung face to face tetapi melalui layar computer atau HP, sedangkan kalau perkuliahan secara luring dosen dan mahasiswa bertatap muka secara langsung. Selain itu seharusnya antara perkuliahan secara daring dan secara luring sama, seperti materi kuliahnya sama dan waktu antara dosen memberikan kuliah dan waktu mahasiswa mengikuti kuliah adalah sama. Jadi perkuliahan secara daring itu seharusnya bersifat realtime, bukan dosen membuat materi di website atau blog kemudian mahasiswa diminta mengakses materi di website atau blog dosen tersebut. Kalau sistemnya seperti ini, namanya bukan perkuliahan secara daring tetapi hanya penugasan saja karema dosen dan mahasiswa tidak terlibat dalam perkuliahan secara bersamaan.

Menurut pengamatan penulis ketika menyelenggarakan perkuliahan secara daring dan realtime melalui grup WhatsApp, penulis menemukan adanya fenomena yang berbeda dengan perkuliahan secara luring. Pada waktu menyelenggarakan kuliah secara luring di kelas, biasanya penulis memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya jika ada materi kuliah yang belum dipahami, dan biasanya sedikit sekali mahasiswa yang mau bertanya. Tetapi ketika penyelenggaraan kuliah secara daring, penulis cukup terkejut karena ketika penulis mempersilakan mahasiswa untuk bertanya ternyata banyak sekali mahasiswa yang mengajukan pertanyaan.

Penulis mencoba menganalisis, apa yang menyebabkan para mahasiswa di perkuliahan secara daring lebih banyak yang bertanya dibandingkan waktu kuliah secara luring? Menurut pemikiran penulis, faktor yang menyebabkan jumlah mahasiswa yang bertanya di perkuliahan secara daring lebih banyak dibandingkan perkuliahan secara luring karena pada perkuliahan secara daring penyampaian materi kuliah oleh dosen lebih terstruktur dan sistematis. Pada perkuliahan secara daring, dosen menyampaikan materi kuliah secara tertulis dan bertahap. Setiap satu paragraph diposting, paragraph berikutnya di posting lagi dan seterusnya. Mungkin dengan cara penyampaian demikian, memungkinkan mahasiswa membaca dan memahami materi kuliah dengan lebih baik. Jika ada yang terlewatkan, mahasiswa dapat men-scroll lagi ke atas materi yang terlewatkan. Dengan demikian mahasiswa memiliki cukup banyak waktu untuk memahami materi kuliah dan materi kuliah tersampaikan dengan jelas. Berbeda halnya dengan jika perkuliahan secara luring yang umumnya dosen menyampaikan materi kuliah secara lisan, kalaupun ada slide materi yang ditayangkan di layar waktunya terbatas sehingga waktu mahasiswa untuk memahami materi kuliah juga terbatas. Mungkin demikian hasil analisis penulis dari pengalaman memberikan kuliah secara daring melalui aplikasi grup WhatsApp.

Berdasarkan paparan tulisan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa aplikasi WhatsApp dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran secara daring. Pembelajaran/perkuliahan secara daring melalui aplikasi grup WhatsApp memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sistem perkuliahan secara daring melalui grup WhatsApp adalah penyampaian materi perkuliahan menjadi lebih rapi, sistematis dan terstruktur. Di samping itu mahasiswa juga mempunyai waktu lebih untuk memahami paparan materi kuliah tanpa kawatir tertinggal karena mereka dapat membaca lagi materi yang telah disampaikan dosen dengan cara men-scroll ulang materi kuliah. Kekurangan sistem perkuliahan secara daring adalah dosen memerlukan waktu persiapan dan penyiapan materi kuliah yang lebih banyak dibandingkan dengan kuliah secara luring [] .

 

Gumpang Baru, 22 Oktober 2019

Sumber Data :

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker

____________________________________

*Staff pengajar, Penulis Buku dan Pegiat Literasi dari Universitas Sebelas Maret (UNS)

*Mahasiswa Program Studi S3-Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

*Anggota komunitas penulis SAHABAT PENA KITA (SPK)

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here