PENDIDIKAN RABBANI DI MASA PANDEMI

0
2216

Oleh: Muhammad Chirzin

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Bangsa Indonesia mengenal berbagai dimensi, jenis, tingkat, dan bidang pendidikan, antara lain pendidikan pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pendidikan keagamaan, pendidikan formal, pendidikan informal, pendidikan kedinasan, pendidikan kejuruan, pendidikan moral, pendidikan nasional, pendidikan profesional. 

Pendidikan adalah usaha sadar manusia dewasa untuk mengenalkan seseorang terhadap dirinya, orang-orang di sekitarnya, alam semesta, dan Tuhannya agar dapat menjaga eksistensinya sebagai ciptaan terbaik dan berperan sebagai khalifah di bumi. 

Maha Besar Allah Yang Maha Pemelihara semesta alam dan menciptakan manusia dengan curahan kasih dan sayang-Nya. Dia membekali manusia dengan pengertian, pengetahuan, dan pandangan rohani, agar dapat memahami alam semesta dan dirinya sendiri serta mengenal-Nya lewat isyarat-isyarat yang mengagumkan, dan mengagungkan-Nya dalam kebenaran.

Sejak dalam kandungan setiap insan sudah teken kotrak bahwa Allah swt adalah Tuhan Pemeliharanya. Itulah fitrah bertauhid yang disematkan Allah swt dalam diri manusia. Sementara ilmuwan menyebutnya God spot, titik ketuhanan, yang ada pada belahan tertentu otaknya. Allah swt berfirman dalam Al-Quran, 

Ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman, “Bukankah Aku Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Ya, kami bersaksi!” Demikianlah supaya kamu pada hari kiamat tidak berkata, “Ketika itu kami lalai.” Atau agar kamu tidak mengatakan, “Leluhur kami mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedangkan kami anak keturunan sesudah mereka. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?” Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat itu agar mereka kembali kepada kebenaran. (QS 7:172-174)

Manusia mengakui bahwa Allah adalah Pencipta, Tuhan semesta alam. Atas dasar itu manusia mengakui adanya kewajiban kepada-Nya. Ketika manusia telah memberikan kesaksian mengenai dirinya sendiri, maka kewajiban itu dengan sendirinya menjadi tanggungannya. Allah swt menghembuskan ruh sekaligus mengilhaminya tentang ketakwaan dan kedurhakaan. Beruntunglah mereka yang menyucikan jiwanya dan gagallah mereka yang mengotorinya. 

Kemampuan yang tersembunyi dalam diri seseorang cukup untuk mengajarkan adanya perbedaan antara yang baik dan yang buruk, dan untuk memberi peringatan kepadanya tentang bahaya yang sedang mengancam hidupnya. Akan tetapi untuk menyadarkan dan membangkitkan kemampuan itu perlu imbauan pribadi kepada setiap orang melalui “suara yang sayup-sayup” dalam dirinya. Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah yang mendapat petunjuk, dan siapa yang dibiarkan sesat, mereka itu menganiaya diri sendiri (QS 7:178)

Pendidikan perdana kepada Adam sebagai khalifah pertama ialah mengajarkan nama-nama segala sesuatu sebagai simbol pengatahuan. Kemampuan belajar merupakan keunggulan tertentu manusia dibandingkan dengan malaikat dan makhluk-makhluk-Nya.

Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (sifat-sifat) semua benda; lalu semua diperlihatkan kepada para malaikat dan Dia berfirman, “Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama semua ini jika kamu benar.” Mereka berkata, “Mahasuci Engkau. Tiada ilmu pada kami kecuali apa yang sudah Kauajarkan kepada kami. Engkaulah Yang Mahatahu lagi Maha Bijaksana.” (QS 2:31-32). 

Pendidikan perdana pada Nabi pungkasan ialah membaca dengan wahyu lima ayat  pertama berikut. 

Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah yang menggantung. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajar manusia menggunakan pena. Mengajar manusia apa yang tak ia ketahui. (QS 96:1-5).

Dalam wahyu perdana tersebut Allah swt mengulang perintah membaca dua kali dan mengulang kosakata mengajar dua kali pula tanpa menyebutkan apa yang mesti dibaca. Maknanya, agar manusia proaktif membaca apa saja yang dapat menambah ilmu, iman, dan amal, serta meningkatkan kearifan hidupnya. Bukankah Allah swt menciptakan manusia tanpa tahu apa-apa?

Allah mengeluarkan kamu dari rahim ibumu tidak mengetahui apa-apa, dan Dia membuat untukmu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur.  (QS 16:78). 

Jangan kau ikuti apa yang tidak kau ketahui, karena setiap pendengaran, penglihatan dan hati akan dimintai pertanggungjawaban.  (QS 17:36).

Seseorang tidak cukup hanya baik untuk dirinya sendiri, tetapi ia harus membawa keselamatan dan kemaslahatan bagi sesama. Allah swt berpesan dalam Al-Quran,

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia yang kafir dan batu-batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah menyangkut apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS 66:6).

Para Nabi membimbing umat untuk mendengarkan ajakan orang yang menuntun ke jalan Allah. 

Hai kaum kami, penuhilah seruan Allah dan berimanlah kepada-Nya. Dia akan mengampuni segala dosa kamu dan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih. Siapa yang tidak mendengarkan ajakan orang yang menyeru ke jalan Allah, ia tak dapat menggagalkan rencana Allah di bumi dan tak ada pelindung selain Dia. Mereka dalam kesesatan yang nyata. (QS 46:31-32). 

Allah swt mendidik melalui jalan dakwah kepada para da’i-Nya. 

Ajaklah mereka ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan pesan yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang terbaik. Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan siapa yang mendapat petunjuk. (QS 16:125).

Allah swt sekaligus memberikan rambu-rambu seruan para rasul-Nya. 

Engkau tak pernah mengharap agar Al-Quran diturunkan kepadamu, kecuali sebagai rahmat dari Tuhanmu. Janganlah menjadi penolong orang-orang kafir. Jangan ada apa pun yang akan merintangi kau dari ayat-ayat Allah sesudah diturunkan kepadamu. Ajaklah mereka kepada Tuhanmu, dan janganlah masuk golongan kaum musyrik. Janganlah kamu seru tuhan lain selain Dia. Segala yang ada akan binasa, kecuali wajah-Nya. Segala ketentuan ada pada-Nya, dan kepada-Nya kamu dikembalikan. (QS 28:86-88). 

Para rasul mendidik umat secara optimal lalu berserah diri kepada Allah swt. 

Syu’aib berkata, “Wahai kaumku, bagaimana pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan ia member aku rezeki yang baik dari-Nya? Aku tidak ingin menentangmu atas apa yang aku larang; yang kuinginkan hanyalah kerukunan semampuku. Keberhasilanku dalam tugas ini hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya aku kembali. (QS 11:88). 

Para Nabi mendidik dan mengajar dengan tindakan dan keteladanan. Allah swt memberikan testimoni dan rekomendasi kepada para rasul-Nya. 

Sungguh, dalam diri Rasulullah kamu mendapatkan teladan yang baik; bagi bagi siapa yang mengharapkan Allah dan hari kemudian, dan banyak mengingat Allah (QS 33:21).

Telah ada bagimu teladan yang baik untuk diikuti pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Kami berlepas tangan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Kami mengingkari kamu. Antara kami dan kamu timbul permusuhan dan kebencian untuk selamanya, – kecuali kamu beriman kepada Allah semata…  Sungguh, pada mereka sudah ada teladan yang baik bagimu, – bagi siapa yang mengharapkan dari Allah dan hari kemudian. Siapa berpaling, sungguh Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS 60:4-6).

Nun. Demi pena dan demi catatan yang ditulis manusia. Dengan karunia Tuhanmu, engkau bukanlah orang gila. Sungguh, bagimu pahala yang tiada putusnya. Sungguh, engkau mempunyai akhlak yang agung. (QS 68:1-4).

Dalam situasi pandemi, Pemerintah mengambil kebijakan pendidikan pada semua jenjang untuk dilaksanakan di rumah, baik secara online via internet maupun melalui siaran televisi. Tidak sedikit orang tua yang mengeluhkan beban tugas belajar anak-anaknya di rumah. Boleh jadi setiap guru mata pelajaran memberikan tugas untuk diselesaikan, dengan maksud agar para murid terus dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Lockdown tidak menjadi halangan untuk terus belajar. 

Sebagian orang tua murid kewalahan membantu anak-anaknya belajar, karena gagap teknologi, sehingga tidak jarang terjadi ketegangan antara mereka dengan anak-anaknya. Di sisi lain tidak sedikit pula anak-anak yang mengeluh, karena orang tua tidak seramah guru mereka, sehingga di antara mereka ingin segera kembali ke sekolah seperti biasa. 

Pendidikan diharapkan menjadi proses memanusiakan manusia sehingga semua manusia dapat menjadi warga Negara yang lebih baik. Para pendidik niscaya mendidik, bukan menghardik, mengajar, bukan menghajar, mengajak, bukan mengejek; memandu, bukan mengadu; merangkul, bukan memukul.[]

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here