Oleh: Hitta Alfi Muhimmah
Menurut teori tabula rasa yang lahir dari empirisme John Locke bayi yang dilahirkan di dunia ini membawa kodrat kesucian secara alami. Artinya, seluruh bayi yang baru lahir bersifat fitrah, suci, bersih. Ibarat sebuah kertas berwarna putih bersih tanpa ada noda sedikitpun. Akan tetapi, mengapa Allah SWT menciptakan ada surga dan neraka? Padahal dari awal Allah SWT menciptakan hambanya terlahir suci. Akan tetapi, dinamika hidup sepanjang usia manusia terdapat kejadian yang menyebabkan masuknya seseorang menuju neraka. Naudzubillah…..
Inilah peran penting seorang ayah dan bunda. Mengapa hal ini menjadi peran penting kedua orang tua? Karena Allah menitipkan ruh pertama kali bukan kepada gurunya, bukan pula kepada nenek atau kakek nya. Melainkan, Allah SWT menitipkan segumpal darah yang berubah menjadi ruh seorang bayi kepada orang yang dipercaya bisa merawat dan mendidik nya secara utuh. Siapa mereka? Mereka adalah kedua orang tuanya. Hal ini bukan sekedar menitipkan di rahim seorang ibu, kemudian dilahirkan dan selesailah tanggung jawabnya. Setelah anak itu dilahirkan kedunia, akan lebih besar lagi tanggung jawab seorang orang tua.
Saya menyebut orangtua berarti ada ayah dan bunda. Karena tanggung jawab besar ini bukan hanya ada di tangan masing-masing secara terpisah. Akan tetapi, tanggung jawab besar ini ada di tangan keduanya (Ayah dan Bunda).
Ibarat nya, kita lagi mengikuti kuis. Yang mana kuis tersebut diberikan tantangan mengubah kertas putih bersih yang tidak bisa apa-apa menjadi sebuah kertas berwarna yang bermanfaat buat orang lain. Sehingga kertas tersebut berguna bagi sekitar dan membawa keberkahan. Hal ini sama dengan pemberian tanggung jawab dari Allah kepada kita. Allah memberi amanah kepada kita untuk melahirkan bayi suci yang belum bisa berbuat apa-apa. Kemudian, Allah mempercayakan penuh kepada kita mau dibuat menjadi seperti apa bayi itu kelak. Mau dijadikan orang seperti apa kelak, semua tergantung orangtua dan lingkungannya.
Mendasarkan pada hal diatas, kami selaku orang tua merasa bahwa setiap keluarga harus memiliki visi dan misi. Keluarga juga merupakan sebuah organisasi. Karena organisasi tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Sejatinya manusia merupakan makhluk organisasi. Bahkan sejak pertama kali terbentuknya manusia pun melalui organisasi yaitu organisasi pernikahan. Kemudian lebih besar lagi yaitu organisasi keluarga, dan masyarakat. Hampir dalam setiap fase kehidupannya selalu berada pada organisasi. Karena organisasi tidak bisa lepas dari kehidupan dan penghidupan manusia.
Oleh karena itulah sebuah keluarga harus memiliki visi dan misi yang jelas untuk anak-anaknya. Mengapa demikian? Karena dengan memiliki visi dan misi yang jelas, kita akan menentukan mau dibawa kemana anak kita kelak? Mau dijadikan orang seperti apa anak-anak kita kelak?
Memang pada dasarnya setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi yang terbaik. Bahkan lebih baik darinya. Akan tetapi, baik yang seperti apa yang diinginkan? Ukuran baik yang dimaksud seperti apa. Nah, inilah pentingnya sebuah visi dan misi dalam keluarga. Untuk mengetahui sejauh mana tujuan kita dalam mendidik anak, bagaimana langkah-langkah untuk membentuk karakter anak sejak dini? Bagaimana sistem kontrolnya jika ditengah jalan mengalami masalah. Karena fungsi visi dan misi bisa dijadikan sebagai alat kontrol dalam mendidik anak. Apakah yang dilakukan ke anak saat ini sesuai dengan visi keluarga kita? Maka disinilah peran penting adanya visi dan misi keluarga.
Jika sebuah keluarga memiliki visi dan misi yang jelas, terukur dan terarah yang pada akhirnya menuju pencapaian Ridho-NYA. Insya Allah nantinya mereka akan mengantarkan kita menuju pintu surga Allah SWT. Inilah yang dimaksud keluarga sakinah, mawaddah wa rohmah. Dengan demikian, maka anak-anak kita bukan hanya sekedar investasi dunia yang nanti akan dituntut menjadi dokter, professor, ilmuwan, dan lain sebagainya. Akan tetapi, jauh lebih penting menjadikan anak sebagai investasi akhirat kita.
Jika ingin menjadikan anak sebagai investasi akhirat, maka sangat perlu sentuhan orangtua secara langsung terutama selama masa golden age. Karena masa masa ini adalah masa penanaman karakter sejak dini, masa pemahaman siapa Tuhannya? Siapa dirinya? dan pemahaman untuk apa ia hidup? Hal ini bukan tugas seorang guru, pembantu, baby sitter, atau kakek neneknya. Melainkan adalah kedua orang tuanya. Ayah dan bunda yang memiliki tugas besar ini. Jika diawal ia sudah kenal siapa dirinya, siapa Tuhannya, dan untuk apa ia hidup, maka Insyaa Allah tugas kita sebagai orangtua selepas masa golden age adalah mencarikan lingkungan sekolah yang kondusif dan disesuaikan dengan visi misi keluarga. In Syaa Allah nantinya ketika mereka sudah besar, akan kembali kepada orang tuanya dan sambil mengatakan bahwa “Ayah, Bunda, aku ingin mengenakan jubah putih dan mahkota untuk Ayah dan Bunda di akhirat kelak”. Subhanallah…….
Untuk itu, kami berdua tidak berani memberikan kesempatan kepada pembantu atau baby sitter untuk merawat ketiga putra kami. Dua puluh empat jam saya membersamai anak-anak. Kami ingin, mereka tumbuh dan berkembang dari tangan kami sendiri. Harapan kami sederhana, kami hanya ingin nantinya anak-anak menjadi generasi Qur’ani yang dicerminkan dalam perbuatannya sehari-hari. Harapan itu terlihat sederhana, namun untuk mencapai harapan itu tidak bisa diserahkan kepada orang lain. Hanya kedua orang tuanyalah yang bisa mewujudkan harapan manis itu.
Untuk itu, saya mendedikasikan seluruh waktu, tenaga, dan pikiran untuk keluarga terutama anak-anak. Bukan seberapa sukses karir mu didunia, bukan pula seberapa banyak harta benda mu yang ditanyakan di akhirat kelak. Melainkan seberapa sukses kalian dalam mendidik anak-anak dan bagaimana tanggung jawabmu terhadap mereka. Karena anak-anakmu adalah cerminan siapa dirimu. Semoga bermanfaat dan saling mengingatkan dalam kebaikan.
Kami bukanlah orang tua yang sempurna, kami hanya seorang orang tua yang haus akan ilmu. Hanya seorang orang tua yang ingin selalu belajar dan berbagi.