Pentingya Cita-cita

0
1705

Pintu pertama kesuksesan adalah cita-cita. Cita-cita adalah pintu gerbang sekaligus tujuan akhir di mana segala kerja kesuksesan harus menuju kepadanya.

Kata Prof Malik Fajar, orang bisa saja kehilangan segala harta benda. Orang bisa kehilangan kawan setia. Orang juga bisa kehilangan guru yang disayanginya. Tetapi orang yang kehilangan cita-cita, ia telah kehilangan segala-galanya.

Dokter, insinyur, pilot, astronot adalah sederet profesi yang akan disebutkan oleh anak-anak ketika mereka ditanya tentang cita-cita. Tidak salah. Memang tidak salah. Sebab untuk menjadi dokter itu saja, seorang pelajar harus rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan tekad yang tidak sedikir.

Mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Itu juga termasuk cita-cita. Karena sudah memancang cita-cita, maka seorang scholarship hunter harus rela menahan katup matanya menghafal kosa kata demi mengejar skor TOEFL yang diperlukan. Malam demi malam. Hari demi hari.

Seorang santri Gontor rela memukul-mukul dengan sengaja tembok di hadapannya sekedar untuk menghilangkan kantuk yang menyelimuti bola matanya. Tidak lain ia melakukannya sebab ia punya cita-cita; lulus tepat waktu.

Dalam segala apa yang kita lakukan, kita mesti punya cita-cita. Di kantor, rumah tangga, sekolah, masjid, dan semua tempat lainnya. Ia adalah obor yang menuntun perjalanan hidup di dunia ini. Yang jelas amat singkat. “Life is not a picnic,” kata Pak Najib Burhani kepada anak-anaknya.

Dan cita-cita tertinggi seorang pelajar Muslim adalah ilmu yang bermanfaat. Untuk dirinya sendiri, terlebih lagi untuk orang lain. Ijazahmu, kata Pak Zar, adalah kiprahmu dalam masyarakat. Bukan hanya pada apa yang tertera dalam secarik kertas.

Bagaimana pun, di atas itu semua adalah kepingan dari cita-cita yang tertinggi, yang paling besar. Bagi seorang Muslim, dan tentu saja bagi semua manusia, cita-cita tertingginya adalah ikhlas mengharap ridla Allah Swt. Dalam segala apa yang dia lakukan. Dan ini sulit. Mengatakannya, hampir semua orang mampu. Tapi, melakukannya, tunggu dulu.

Wa lā tay’asū min rawḥillāh. Jangan putus asa. Perjuangkan apa yang sudah kamu putuskan. Benar apa yang dikatakan oleh KH Hasan Abdullah Sahal. La ḥayāta ma’a al-ya’si. Wa lā ya’sa fi al-ḥayāti. Keep spirited.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here