By Syahrul *
Kita memang darurat pornografi. Lampu kuning mendekati merah. Celakanya, kita tidak atau belum juga sadar akan hal itu. Apa sebenarnya bahaya yang paling berbahaya bagi bangsa kita? Ketidaksadaran akan adanya bahaya. Itu.
.
Tiap hari kita dipaksa selalu bereaksi atas urusan pornografi dan seksual ini. Baru saja ada kasus aneh, pelemparan sperma dan begal payudara di Tasikmalaya. Kita juga heboh atas nobar film porno di akun sebuah facebook. Sampai survey yang dilakukan oleh pornhub terhadap pengunjung pornografi online, menyebutkan angka 92 juta pengunjung per harinya. Itu di tahu 2018. Bisa jadi sudah mencapai 100 juta. Subhanallah. Fenome gunung es, yang belum terlihat jauh lebih besar.
.
Penelitian Yayasan Kita dan Buah hati tahun 2008 – 2010, 67% (1.889) anak usia SD pernah melihat dan mengakses pornografi. Sialnya, itu dilakukan di rumah. Menggunakan fasilitas rumah. Saat orangtua lengah.
.
Mereka adalah 20-10 tahun yang lalu, mungkin sekarang mereka sudah menjadi ayah/ibu, mahasiswa, guru, dokter, pejabat, satpam, dan profesi2 lainnya. Betapa berbahayanya lingkungan kita hari ini? Dan sudah terbukti bukan? Sekolah yang kita anggap aman, juga tidak pernah sepi dari berita pelecehan seksual. Rumah sakit? Instansi pemerintahan? bahkan rumah-rumah ibadah kita. Yang lebih parah, pelecehan itu terjadi dan dilakukan oleh orang-orang yang mungkin sangat dekat dengan lingkungan keluarga kita. Sudah banyak kasusnya.
.
Berbahayakah orang yang terpapar pornografi. Bisa sangat berbahaya apabila tidak disembuhkan sejak mereka mulai melihat untuk pertama kalinya. Bahkan menurut Bunda Elly Risman, butuh 12 kali terapi penyembuhan bagi anak yang telah terpapar pornografi. Karena kerusakan otak yang ditimbulkan sama dengan kerusakan akibat benturan kecelakaan, seperti yang disampaikan dalam penelitian Jordan Grafman.
.
Padahal, menurut Dr. Mark B. Kastlemaan, pornografi lebih berbahaya daripada narkoba. Salah satunya, pengaruh kokain bisa dihilangkan, sedangkan pengaruh pornografi tidak. Sekali terekam maka imaji itu akan mendekam dalam otak selamanya. Kapan Anda pertama kali melihat pornografi? Di mana dan bersama siapa? Pasti masih ingat bukan? Hayo ngaku.
.
Bagaimana tahapan efek pornografi itu bekerja? Menurut Dr. Victor Cline, menyebutkan 5 tahap; pertama-tama, shock (terkejut atau jijik dan merasa bersalah saat melihat pertama kali). Gabungan rasa ini mengundang rasa ingin tahu. Maka bila ada kesempatan, ia akan mencoba mengobati rasa penasarannya dengan melihatnya lagi. Lagi dan lagi.
.
Tahap kedua, mulai teradiksi atau kecanduan, ketagihan. Dan ini bisa menyerang siapa saja. Tidak peduli dia pemuka agama atau pria berpendidikan. Faktanya bisa dikonfirmasi kan? Setelah kecanduan, maka tahap ketiga adalah eskalasi atau peningkatan. Bosan dengan yang biasa-biasa saja. Butuh yang lebih eksplisit dan keras.
.
Maka terjadilah desensitifasi atau penumpulan kepekaan. Pornografi sudah menjadi biasa. Bahkan dijadikan bahan candaan dan guyonan keseharian. Rasa simpati kepada korban pelecehan seksual menjadi mati. Tidak lagi sensitif. Sudah banyak bukan?
.
Maka puncaknya adalah act-out. Aksi nyata. Jika tidak tersalurkan secara normal maka akan mencari korban-korban yang lemah. Lahirlah pelempar-pelempar sperma dan begal payudara. Pembuat konten-konten pornografi anak. Dst.
.
Lalu bagaimana solusinya? Islam sebenarnya sudah memberikan jawaban 15 abad yang silam. Di dalam al-Quran dan hadis Rasulullah. Kita tinggal membukanya dan mempelajarinya. Dan itu sudah terbukti dengan lahirnya generasi terbaik para sahabat.
.
Minimal baca buku, “Tarbiyatul Aulad fil Islam jilid 2, karangan Abdullah Nashih Ulwan,” atau buku, “Manhaj at-Tarbiyah an-Nabawiyah lith Thifl,” yang ditulis oleh Muhammad Nur Abdul Hafidz. Sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul, “Prophetic Parenting; Cara Nabi Saw Mendidik Anak.”
.
Insyaallah kita akan urai sedikit demi sedikit di lain waktu. Saatnya menjemput anak di sekolah.
.
*Penulis buku Recharge Your Iman.