RAMADAN BULAN PERBAIKAN DIRI

0
697
Sumber gambar: Dok Unduhan

RAMADAN BULAN PERBAIKAN DIRI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Sebentar lagi umat Islam di seluruh dunia akan memasuki bulan Ramadan. Bulan Ramadan adalah bulan yang istimewa. Keistimewaannya bukan hanya karena bulan diturunkannya kitab suci Al-Qur’an hingga terdapatnya malam Lailatul Qadar. Tetapi, di bulan Ramadan juga terdapat ibadah yang diwajibkan untuk dilaksanakan oleh seluruh umat Islam, yaitu berpuasa, sebagaimana telah diperintahkan Allah Swt. dalam surat Al-Baqarah ayat 183. Karena keistimewaan inilah maka bulan Ramadan diyakini sebagai bulan yang penuh kemuliaan (Saputro, 2023).

Setiap tahun di bulan Ramadan umat Islam melaksanakan ibadah puasa Ramadan. Ibadah puasa Ramadan bukan hanya ibadah terkait aspek fisik jasmani, tetapi juga sangat berkaitan dengan aspek psikis (rohani). Banyak hikmah yang terkandung dalam perintah ibadah puasa Ramadan. Agung Nugroho Catur Saputro (2023) dalam bukunya berjudul Spiritualisme Lapar dalam Ibadah Puasa menjelaskan beberapa hikmah dari puasa Ramadan, yaitu antara lain puasa sebagai sarana membangkitkan empati diri, puasa mengajarkan kejujuran, puasa membangkitkan sifat welas asih, puasa melatih sikap profesional, dan lain sebagainya.

Puasa Ramadan merupakan salah satu ibadah yang wajib dikerjakan oleh setiap orang Islam yang telah memenuhi syarat. Pada dasarnya setiap orang Islam wajib melaksanakan ibadah puasa Ramadan. Walaupun pada beberapa orang tertentu diberikan keringanan untuk tidak melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan, tetapi mereka tetap wajib mengganti puasa yang ditinggalkannya di waktu lain di luar bulan Ramadan dengan cara sesuai syariat. Jadi kewajiban mengerjakan ibadah puasa Ramadan berlaku umum untuk orang Islam tanpa terkecuali.

Tujuan diperintahkannya kewajiban menjalankan ibadah puasa Ramadan sebagaimana termaktum dalam surat Al-Baqarah ayat 183 adalah untuk menjadikan umat Islam mencapai derajat muttaqin atau orang yang bertakwa. Jadi tujuan puasa Ramadan bukan untuk menguji kekuatan fisik jasmani orang Islam dalam menahan rasa lapar dan dahaga selama seharian penuh melainkan hanya untuk menjadikan umat Islam memiliki kepribadian orang-orang yang bertakwa.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah [02] : 183).

Takwa adalah kata kunci dalam pelaksanaan ibadah puasa Ramadan. Apakah yang dimaksud dengan takwa? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takwa adalah terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya; atau keinsafan diri yang diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya; atau kesalehan hidup (KBBI Online, 2023). Kata takwa, menurut HAMKA dalam tafsirnya, Al-Azhar, diambil dari rumpun kata wiqayah yang berarti memelihara. Memelihara hubungan yang baik dengan Allah Swt. Memelihara jangan sampai terperosok kepada perbuatan yang tidak diridhai-Nya. Memelihara segala perintah-Nya supaya dapat dijalankan. Memelihara kaki jangan terperosok ke tempat yang penuh lumpur atau duri (Kurnianto, 2020).

Pemaknaan takwa menurut HAMKA tersebut di atas sejalan dengan pendapat Abu Hurairah ra. ketika ditanya tentang pengertian takwa. Suatu ketika, Abu Hurairah ditanya oleh seseorang, ”Wahai Abu Hurairah, apakah yang dimaksud dengan takwa itu?” Abu Hurairah tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi memberikan satu ilustrasi. ”Pernahkah engkau melewati suatu jalan dan engkau melihat jalan itu penuh dengan duri? Bagaimana tindakanmu untuk melewatinya?” Orang itu menjawab, ”Apabila aku melihat duri, maka aku menghindarinya dan berjalan di tempat yang tidak ada durinya, atau aku langkahi duri-duri itu, atau aku mundur.” Abu Hurairah cepat berkata, ”Itulah dia takwa!” (HR Ibnu Abi Dunya) (Kurnianto, 2020).

Memandang pendapat HAMKA dan Abu Hurairah di atas, terlihat bahwa takwa itu menggambarkan sebuah proses yang penuh kehati-hatian. Takwa bukan merujuk kepada hasil akhir tetapi merujuk kepada sebuah tindakan dan proses. Jadi takwa bersifat dinamis, bukan statis. Karena merupakan sebuah proses, maka takwa harus selalu dipelihara dan dijaga serta diusahakan. Takwa merupakan representasi dari sebuah ikhtiar untuk tetap berada di jalan yang diridai Allah Swt. Derajat ketakwaan seseorang itu bisa naik dan bisa turun. Maka rasa ketakwaan itu harus selalu dijaga dan dipelihara agar tetap eksis dalam diri setiap orang.

Terkait puasa Ramadan, pernahkah terpikir mengapa kita diperintahkan menjalankan puasa Ramadan setiap tahun? Jika puasa Ramadan bertujuan menjadikan kita menjadi orang bertakwa, apakah dengan setiap tahun kita diwajibkan menjalankan ibadah puasa Ramadan dapat dimaknai bahwa kita belum bertakwa? Atau dengan kata lain, jika takwa menjadi indikator diterimanya puasa kita oleh Allah Swt, apakah berarti puasa Ramadan kita setiap tahun tidak diterima Allah Swt sehingga kita masih harus menjalankan ibadah puasa Ramadan setiap tahun? Bagaimana kita menjelaskan alasan mengapa kita harus setiap tahun menjalankan ibadah puasa Ramadan? Mengapa tidak cukup sekali atau beberapa kali saja kita menjalankan ibadah puasa Ramadan, tidak perlu rutin setiap tahun seumur hidup kita?

Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut, maka kita harus kembali pada tujuan diperintahkannya ibadah puasa Ramadan. Kita semua sudah mengetahui bahwa tujuan dari diwajibkannya kita (umat Islam) berpuasa Ramadan adalah untuk membentuk kita menjadi orang yang bertakwa (muttaqin). Inilah tujuan utama diwajibkannya ibadah puasa Ramadan. Sekarang yang menjadi permasalahannya adalah apakah takwa itu sebuah kondisi atau produk akhir ataukah sebuah proses dinamis?

Jika kita merujuk kepada pendapat Abu Hurairah dan HAMKA di atas, bahwa konsep takwa itu lebih merujuk pada proses dinamis, bukan kondisi akhir, maka pertanyaan di atas akhirmya menemukan jawabannya. Mengapa umat Islam diperintahkan untuk berpuasa Ramadan rutin setiap tahun adalah karena untuk menjaga atau memelihara eksistensi ketakwaan dalam diri, bukan untuk menjadikan berbertakwa. Puasa Ramadan bukanlah persyaratan seseorang untuk menjadi bertakwa. Karena takwa itu sebuah proses yang dinamis, maka tingkat ketakwaan seseorang itu bersifat fluktuatif, terkadang bisa naik, terkadang konstan, dan bahkan terkadang bisa turun. Di sinilah konsep takwa yang bersifat dinamis menemukan titik temunya. Jadi diperintahkannya kita berpuasa Ramadan setiap tahun di bulan Ramadan tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memelihara dan mempertahankan kondisi tingkat ketakwaan kita tetap berada di posisi puncak. Inilah alasan kita diwajibkan terus-menerus melaksanakan ibadah puasa Ramadan agar tingkat ketakwaan kita tetap terjaga dan bahkan mungkin diharapkan meningkat semakin tinggi.

Takwa merupakan kondisi seseorang dimana ia berada pada keadaan terbaik, yaitu melaksanakan segala perintah Allah Swt dan menjauhi segala larangan-Nya. Segala hal yang diperintahkan Allah Swt pastilah perbuatan baik sedangkan segala hal yang dilarang Allah Swt adalah perbuatan buruk. Maka dapat dipahami bahwa kondisi takwa adalah keadaan seseorang yang berada dalam kondisi terbaik. Orang yang bertakwa (muttaqin) dapat dimaknai sebagai orang yang selalu aktif memelihara dirinya selalu dalam kondisi terbaik. Jadi dapat ditarik benang merah bahwa takwa adalah proses menuju kondisi terbaik. Takwa merupakan sebuah proses transformasi diri seseorang untuk menjadi baik dan selalu dalam kondisi baik.

Konsep takwa sebagai sebuah proses menuju kondisi terbaik tersebut di atas, jika kita kaitkan dengan perintah ibadah puasa Ramadan, maka dapat disimpulkan bahwa bulan Ramadan adalah bulan menuju kebaikan. Ramadan adalah bulan dimana proses menjadi baik dimulai. Ramadan adalah awal perjalanan menuju kondisi baik dan bahkan terbaik. Oleh karena itu, sangat masuk akal ketika setelah selesai menjalankan ibadah puasa sebulan penuh di bulan Ramadan, kita menjumpai bulan Syawal yang berarti bulan peningkatan. Ya, memasuki bulan Syawal adalah waktunya kita meningkatkan tingkat ketakwaan atau tingkat kebaikan kita menjadi lebih tinggi lagi. Semoga kita semua diberikan kemampuan dan dimudahkan dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki tingkat ketakwaan kita kepada Allah Swt. Amin. Wallahu a’alm bish-shawab. []

 

Gumpang Baru, 23 Februari 2023

 

Sumber Bacaan

KBBI Online. (2023). Arti kata takwa—Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Retrieved February 22, 2023, from https://kbbi.web.id/takwa

Kurnianto, F. (2020, January 30). Saat Abu Hurairah Ditanya Arti Takwa. Retrieved February 22, 2023, from Republika Online website: https://republika.co.id/share/q4wqz5430

Saputro, A. N. C. (2023). Spiritualisme Lapar dalam Ibadah Puasa: Mencari Mutiara Hikmah Dibalik Kemuliaan Bulan Ramadan. Yogyakarta: KBM Indonesia.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here