Ramadan Tiba ; Gembira dan Bersyukur

0
2145
ramadan kareem

Setiap Ramadan tiba seringkali kita mendengar orang mengucapkan “Alhamdulillah, bisa bertemu dengan bulan Ramadan kembali.” Kalimat ini merupakan ungkapan kegembiraan dan tanda syukur secara lisan.

Bergembira dengan datangnya bulan Ramadan

Gembira dan bersyukur karena dapat berjumpa kembali dengan bulan Ramadan. Orang yang gembira akan datangnya bulan Ramadan maka Allah telah haramkan jasadnya tersentuh api neraka (HR. Nasa’i), demikian landasan teologis terkait orang yang senang dan gembira menyambut bulan suci Ramadan. Gembira atau kurang gembira hal ini merupakan cerminan keimanan sesorang. Bukan untuk men-judge iman seseorang, tetapi untuk menilai keimanan diri sendiri.

Kita tidak tahu kadar iman sesorang. Bisa jadi ia mengucapkan dan menuliskan “Marhaban ya Ramadan” tapi hatinya sedih dan pilu. Bisa jadi ia mengucapkan “Selamat datang Ramadan” tapi sebenarnya hatinya mengeluh. Ada yang dikeluhkan jika Ramadan tiba. Sebaliknya, ada pula di antara kita, yang permukaanya “datar dan biasa” tetapi ia menyimpan do’a dan pengharapan untuk bisa berjumpa kembali dengan bulan Ramadan. Berbagai rencana amal saleh untuk mengisi bulan suci Ramadan pun disiapkan. Hanya Allahlah yang maha mengetahui kadar iman hambanya.

Bersyukur dengan datangnya bulan Ramadan

Jika kita ditakdirkan berjumpa kembali dengan Ramadan, maka selayaknya kita bersyukur kepada Allah SWT. Bersyukur karena kita diberikan banyak keistimewaan di bulan suci Ramadan. Begitu istimewanya bulan tersebut, sehingga banyak sekali sebutan terhadap bulan ini. Seperti bulan ampunan, bulan ibadah, bulan yang mulia daripada bulan yang lain, bulan dilipatgandakan pahala, dan lain-lain. Sehingga kita patut bersyukur karena diberikan kesempatan menikmati keistimewaan itu..

Lantas, bagaimana cara kita bersyukur kepada Allah atas dipertemukannya kita kembali dengan bulan suci Ramadan? Gus Mus (KH. Mustofa Bisri) dalam sebuah ceramahnya menyampaikan bahwa ungkapan syukur itu tidak hanya diungkapkan dengan lisan, tapi juga ditunjukkan dengan perbuatan. Orang yang bersyukur itu tidak hanya terus menerus mengucapkan “Alhamdulillah”, terus menerus mengucapkan “Terima kasih” tetapi ditunjukkan dengan sikap terhadap anugerah yang diterimanya.

Gus Mus mengumpamakan dengan syukurnya orang yang habis diberi hadiah sarung. Orang tersebut kemudian terus menerus mengucapkan terima kasih kepada orang yang memberi, setiap bertemu bilang terima kasih, hingga hampir bosan mendengarnya. Namun sayang, orang yang diberi sarung tersebut mengucapkan terima kasih tetapi ternyata sarung yang diberikan digunakan untuk mengelap mobil, tidak dirawat dan digunakan sebagaimana mestinya. Sebagai manusia, mungkin yang memberi akan merasa benci dan tidak suka, serta tidak akan memberinya sarung kembali. Nah, itulah ungkapan syukur yang semestinya, tidak cukup hanya dengan kata-kata tapi ‘hadiah’ yang diberikan kepada kita, harus dirawat dan dijaga, serta dimanfaatkan dengan semestinya.

Ramadan merupakan hadiah untuk kita umat muslim. Ketika kita dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadan, maka sepantasnya kita bersyukur dengan cara diungkapkan dengan lisan untuk mengingat Allah sebagai pemberi hadiah, juga dengan tindakan atau perbuatan. Menyambut dan mengisi Ramadan dengan melakukan ibadah dan amal-amal terbaik. Semoga kita dapat menjaga dan merawat serta menggunakan ‘hadiah’ Ramadan ini dengan sebaik-baiknya. Wallahu a’lam.

Penulis : Masruhin Bagus (Tulisan lainnya juga bisa diakses di blog pribadinya www.jejakruang.com )

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here