Ramadhan dan Pembelajaran Kehidupan

0
707

Ngainun Naim

 

Ramadhan merupakan bulan mulia yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam. Tak terasa kita akan kembali bertemu dengan bulan penuh kemuliaan tersebut. Perjumpaan ini harus kita syukuri karena ini adalah anugerah hidup yang sungguh luar biasa.

Memasuki bulan rajab dan sya’ban kita disunnahkan berdoa agar mendapatkan barakah di kedua bulan mulia ini. Juga disunnahkan berdoa agar kita bisa bertemu Ramadhan kembali.

Hidup ini misteri. Kita tidak tahu kapan, mengapa, dan bagaimana dipanggil Allah. Justru karena itulah kita semestinya selalu berusaha berbuat baik. Jika berbuat baik telah mewarnai hidup kita maka diharapkan hidup kita diwarnai dengan nilai-nilai kebajikan.

Menjelang Ramadhan, ada beberapa hal yang penting kita jadikan sebagai bahan renungan bersama. Pertama, puasa mengajarkan kepada kita bahwa makanan milik sendiri saja haram untuk dimakan apalagi milik orang lain. Puasa mengharuskan kita menahan diri dari makan dan minum. Ini merupakan pembelajaran yang sangat berharga.

Kedua, semua orang bisa merasakan kenyang tetapi tidak semua merasakan lapar. Orang yang berkecukupan mungkin tidak berkesempatan merasakan lapar jika tidak ada bulan Ramadhan. Di sinilah salah satu hikmah dan kesitimewaan bulan Ramadhan.

Ketiga, Ramadhan mengondisikan kita untuk menjadi manusia yang religius. Kesempatan menjadi religius terbuka lebar. Pengajian digelar di mana-mana. Kegiatan bernuansa agama marak dilakukan. Banyak aspek yang memungkinkan kita untuk menjadi semakin religius. Ini merupakan hal yang harus kita syukuri.

Ada begitu banyak keistimewaan bulan suci Ramadhan. Juga banyak sekali pembelajaran kehidupan. Tulisan tentang Ramadhan dan segala pernak-perniknya sudah sangat banyak. Namun demikian selalu hadir perspektif, pengalaman, dan informasi baru yang penting untuk dibagikan.

 

Wajar jika bulan ini selalu selalu ditunggu kehadirannya. Keberkahan menjadi aspek yang melekat kuat di dalamnya. Spirit ibadah dan berbagai aktualisasi keberislaman terpancar kuat di berbagai bidang kehidupan.

Ramadhan sendiri sesungguhnya tidak berubah. Cara pandang dan interpretasi kita saja yang terus berkembang. Tentu juga cara kita menjalani ibadah.

Jika kita membaca buku-buku riset antropologi berkaitan dengan ramadhan akan kita dapatkan informasi yang sangat beragam tentang bagaimana umat Islam menjalani ramadhan. Ada ajaran agama, ada ekspresi kultural, dan ada berbagai dimensi kehidupan. Semuanya menuju kepada konteks keberislaman dalam maknanya yang luas.

Aspek yang sesungguhnya jauh lebih substansial adalah bagaimana membangun kesadaran tentang puasa dan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu yang jauh lebih penting adalah apa efek puasa terhadap kehidupan setelah puasa.

 

Trenggalek, 28 Februari 2023

 

Ngainun Naim, Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

 

 

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here