https://www.google.com/search?q=sketsa+ramadhan+dan+resolusi&tbm=isch&ved=2ahUKEwisprHa_Ir_AhVFiNgFHYmYD4kQ2-cCegQIABAA&oq=sketsa+ramadhan+dan+resolusi&gs_lcp=CgNpbWcQAzoECCMQJ1CWG1jHImCwLGgAcAB4AIABjgGIAfwFkgEDMS42mAEAoAEBqgELZ3dzLXdpei1pbWfAAQE&sclient=img&ei=1nJsZKzjKcWQ4t4PibG-yAg&bih=757&biw=1440#imgrc=D4sjR9q8FfbihM&vwlns=WyIwQ0JJUWg2Y0dhaGNLRXdqWTY3am5fSXJfQWhVQUFBQUFIUUFBQUFBUUJBIl0=&lns=W251bGwsbnVsbCxudWxsLG51bGwsbnVsbCxudWxsLG51bGwsIkVrY0tKR1psTnpaaFlqTmxMVFJqWVdNdE5EQmxNeTA1WVRka0xUZ3pOalppTm1Zd04yTm1PQklmV1RSSWFYSmFXblI0TUdkU1dVeHVaVFo2U1ROWFNFNVdaRUphTm1oQ1p3PT0iXQ==

Setiap kali Ramadhan akan datang, mayoritas kaum muslim menyambut dengan gembira dan bahagia. Bulan ramadhan memang bulan yang ditunggu-tunggu kaum muslimin dalam meningkatkan kapasitas keimanan. Peningkatan kapasitas keimanan yang dilakukan melalui ibadah, baik ibadah mahdoh maupun ghoiru mahdoh.

Dalam konteks ibadah mahdhoh, pada waktu bulan Ramadhan semua kaum muslimin berlomba-lomba beribadah sunnah semacam sholat tarawih, tadarus al-Qur’an, qiyamul lail dan lain sebagainya. Sementara ibadah ghoiru mahdhoh di dalam bulan Ramadhan ini juga tidak ketinggalan, apalagi di dalam bulan Ramadhan pahala oleh Allah Swt. Segala perbuatan yang baik akan dilipatgandakan. Ibadah ghoiru mahdhoh semacam berbagi takjil, memberikan sedekah kepada orang lain, dan lain sebagainya memberikan stimulus tersendiri bagi mereka.

Kegembiraan dan kebahagiaan atas datangnya bulan Ramadhan seyogianya perlu diperhatikan oleh kaum muslim. Salah satunya adalah berintrospeksi terhadap apa yang sudah dijalani tahun lalu saat bulan Ramadhan, sehingga ketika menjalani bulan Ramadhan yang akan datang, kita bisa menjalaninya dengan lebih baik.

Cara yang bijak salah satunya dengan membangun resolusi. Ya, resolusi yang perlu direncanakan untuk dicapai sebaga target apa saja yang penting dilakukan di lama bulan Ramadhan. Akan tetapi resolusi biasanya hanya sebatas resolusi tanpa direalisasikan. Di dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam sebuah jurnal, yang ditulis oleh Jordan dkk. menyebutkan ada 3 sebab seseorang yang gagal mencapai resolusi.[1] Pertama, merasa malas. Malas sebenarnya bukan bawaan lahir. Malas ini datang biasanya saat melihat sesuatu pekerjaan yang menumpuk, apalagi pekerjaan yang ditunda-tunda. Rasa malas ini akan semakin meningkat. Rasa malas ini juga bisa datang dari lingkungan, misalnya dari pergaulan.[2] Sehingga memilih lingkungan dalam bergaul menjadi aspek yang penting, supaya aktivitas dan orientasi hidup tetap dalam sisi yang positif.

Kedua, tidak ada waktu. Dalih ini sebenarnya merupakan alasan yang seseorang. Ini dilakukan hanya untuk menghindari pekerjaan yang dirasa tidak mampu diselesaikan, atau sebenarnya mampu diselesaikan tetapi ditunda-tunda, mirip sebab yang pertama, karena rasa malas yang datang secara tiba-tiba.[3]

Banyak pepatah yang mengatakan bahwa waktu itu merupakan unsur terpenting dalam hidup. Bagi orang luar, waktu adalah uang. Orang Arab terdahulu mengatakan waktu adalah pedang. Seorang pembelajar yang sejati seharusnya punya prinsip waktu adalah ilmu. Waktu bagaikan dua bilah mata pisau, bagi yang bisa mengelolanya dengan baik dan serius, dia akan hidup dengan teratur dan dimudahkan dalam segala urusannya. Sementara bagi dia yang tidak bisa memanfaatkan dengan baik, waktu akan menjadi bomerang penghancur cita-cita yang sudah direncanakan dengan baik. Maka, dalih tidak ada waktu merupakan alasan yang kurang logis, sehingga mengelola waktu dengan bijak akan mampu membawa kehidupan ke arah lebih baik.

Ketiga, tidak ada motivasi. Memang motivasi ini akan mampu meningkatkan aktivitas positif yang dilakukan oleh seseorang.[4] Tidak adanya motivasi sebenarnya adalah karena seseorang tersebut menunggun motivasi. Motivasi seyogianya tidak ditunggu, tetapi akan lebih efektif dan efisien andaikata motivasi ini diciptakan sendiri. Ibarat filosofi jawa yang berbunyi, “Njagakake endhoge si blorok”.

Filosofi ini merupakan ajaran nenek moyang kita. Nenek moyang kita sudah kenyang makan asam garam, sehingga nenek moyang kita dalam menjalani kehidupan sudah sangat berpengalaman. Termasuk menerapkan filosofi jawa tadi, yang bisa dimaknai dengan “Mengharapkan sesuatu yang belum pasti”. Menunggu sesuatu yang belum pasti sungguh sangat menguras pikiran dan tenaga dan menghabiskan waktu. Dan waktu tidak mungkin akan kembali dan terulang.

Ibadah di dalam bulan Ramadhan yang setahun lalu sudah kita jalani, seyogianya lebih kita tingkatkan lagi pada Ramadhan tahun ini. Resolusi bisa menjadi alternatif sebagai penguat peningkatan ibadah untuk mencapai keimanan dan ketakwaan. Apalagi bulan Ramadhan ini datangnya sekali dalam setahun, sudah pasti ini merupakan kesempatan yang langka.

Mayoritas orang akan merindukan momentum yang telah terlewati, dan merindukan momentum tersebut hadir kembali. Inilah yang kita alami, manakala bulan Ramadhan sudah berada di ujung mendekati bulan Syawal. Kita akan merasakan begitu cepat Ramadhan segera berlalu, padahal banyak aktivitas yang bernilai ibadah yang sudah kita susun untuk dikerjakan. Namun sekali lagi, sifat manusia yang memang begitu banyak rencana, namun miskin realitas.

Bulan Ramadhan sekali lagi, harus kita jadikan peristiwa yang penuh makna di dalam sejarah hidup kita. Resolusi-resolusi yang bersifat positif perlu kita susun dan prioritaskan, kemudian dijalani dengan serius. Dengan menjalani ibadah secara serius, semoga Ramadhan dalam kerangka meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. bisa terwujud dengan baik.

Daftar Bacaan

[1] Cindy Jordan, Tri Hadi Wahyudi, and Retno Widya Hapsari, “Perancangan Buku Jurnal Mencapai Resolusi Untuk Usia 18-23 Tahun,” Rupaka 1, no. 2 (2019), accessed May 9, 2023, https://journal.untar.ac.id/index.php/Rupaka/article/view/9176.

[2] Muhammad Warif et al., “Strategi Guru Kelas Dalam Menghadapi Peserta Didik Yang Malas Belajar,” TARBAWI: Jurnal Pendidikan Agama Islam 4, no. 01 (June 21, 2019): 38–55.

[3] Ahmad Sabri, “Pengelolaan Waktu Dalam Pelaksanaan Pendidikan Islam,” Al-Ta lim Journal 19, no. 3 (November 20, 2012): 180–187, accessed May 9, 2023, https://www.journal.tarbiyahiainib.ac.id/index.php/attalim/article/view/31.

[4] Harbeng Masni, “Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa,” Jurnal Ilmiah Dikdaya 5, no. 1 (July 28, 2017): 34–45, accessed May 9, 2023, http://dikdaya.unbari.ac.id/index.php/dikdaya/article/view/64.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here