*Sang Fajar Telah Menyingsing*
_Sri Lestari Linawati_
Bekerja di rumah? Belajar di rumah? Ibadah di rumah? Ya.. ya.. benar, pandemi memang belum berakhir. Protokol kesehatan tetap musti kita lakukan. Jangan bosan. Tetaplah semangat dan senyum menjalani kehidupan.
Cobalah buka jendela. Ahaaa.. sang fajar telah menyingsing! Mentari menerpa dedaunan. Daun-daun pun menari-nari diterpa angin sepoi-sepoi. Hijaunya dedaunan sungguh sedap dipandang mata. Beberapa pepohonan di sekitarnya pun tersenyum sumringah menyambut datangnya mentari pagi. Kicau burung menyempurnakan indahnya suasana pagi.
Cobalah keluar. Nikmati kesejukan pagi, juga hangat sinarnya. Betapa Allah Maha Kuasa memasukkan malam kepada siang, memasukkan siang kepada malam, demikian seterusnya. Nyaris tak terdengar perubahannya. Wujud keindahan tiada Tara, sekaligus kadang membuat kita terlena, bila tidak waspada. Seakan pergantiannya adalah hal biasa, padahal kita musti merenungkan dan mengagungkan rasa syukur atas kesempatan yang diberikanNya. Dia telah memberi kita anugerah pendengaran, penglihatan dan hati, namun sedikit sekali kita mensyukurinya.
Baiklah, Sesedikit apapun syukur yang kita lakukan, mari sejenak kita renungkan singkong yang diterpa sinar mentari pagi ini. Ini mengingatkan saya pada presentasi mas Riza Azyumarridha Azra, seorang anak muda milenial yang memulai usaha Tepung Mocafnya ketika longsor menimpa kotanya, Banjarnegara. Selama enam bulan dia berada di pengungsian, membersamai para pengungsi. Di titik itulah saya memberikan apresiasi mendalam pada seorang Riza. Riza tidak tinggal diam. Riza terus berfikir bagaimana mensejahterakan masyarakatnya, bertahap, hingga lahan singkongnya kini mencapai 95 hektar.
Itu tentu bukan kerja semalam. Bukan pula hanya diskusi lalu bim salabim jadi. Bukan. Itu kerja yang dilakukannya secara sungguh-sungguh, melibatkan berbagai pihak terkait dan ahli di bidangnya.
Bersyukur saya berkesempatan bertemu langsung dengan seorang Riza. Kebetulan Mas Riza diundang presentasi di hadapan peserta Inkubasi Sociopreneur LPCR PPM.
Seperti apa sosok Riza? Benar, dia low profile, sebagaimana yang kita saksikan di YouTube-youtubenya. Saat diwawancarai di Kick Andy? https://youtu.be/9JKA9qyLZx0
Ya, seperti itulah ramahnya. Dia bersahaja.
Coba juga buka https://youtu.be/ZFp2Z0nchVk Begitulah cerdasnya seorang Riza. Tentu saja saya yang tak lagi muda merasakan semilirnya angin segar. Masih ada anak muda milenial yang memiliki kepedulian membangun masyarakat desa. Bahkan dia berani mempertaruhkan hidupnya. Hla gimana enggak.. wong dia seorang sarjana teknik elektro UGM kok ngurus singkong.
Saya faham betul paparan Riza tentang kegelisahan masyarakat terhadap harga singkong yang rendah. Hanya dihargai 200 rupiah per kilo. Haduuuh. Segera kulantunkan doaku pada Almarhum Bapak yang seringkali mengeluh hal sama saat kami kecil. Akhirnya singkong hanya kami makan sendiri, diolah apa pun, juga dibagikan kepada saudara-saudara. Kalau dijual _nggak balik modal!_
Terima kasih, ya Rabb. Engkau pertemukan aku dengan hamba-hambaMu yang masih senantiasa teguh di jalanMu. Kini, ya Rabb, ijinkan aku ikut terus menyuarakan pentingnya pemberdayaan ekonomi masyarakat. Hidup kita di dunia saat ini adalah nyata. Tidak sia-sia Allah menciptakan kita. Setiap makhluk ciptaannya, telah Dia jamin rizkinya. Adalah ujian bagi kita, apakah kita akan adil memanfaatkannya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia? Mampukah Indonesia mewujudkan kedaulatan pangan bagi negerinya sendiri? Mampukah kita menjadi tuan di negeri kita sendiri, bergandeng tangan mewujudkan masyarakat Indonesia tersenyum bangga pada setiap anak bangsa.
Saatnya kita bangkit. Asah terus kepedulian. Tingkatkan kualitas pendidikan setiap anak bangsa. Cerdaskan anak-anak Indonesia. Ajak serta membangun kejayaan peradaban Indonesia tercinta. []
Pagi cerah di Djokjakarta,18 Maret 2021
#RantingPenting
#CabangBerkembang
#SuksesDuniaSuksesAkhirat