SERBA-SERBI TADARUS AL-QURAN GRUP WA

0
2378

SERBA-SERBI TADARUS AL-QURAN GRUP WA

Muhammad Chirzin

“Tiada hari tanpa mengaji.” Itulah kira-kira semboyan grup WhatsApp, grup yang sangat popular kalau bukan paling popular, yang menyelenggarakan tadarus Al-Quran. Pepatah klasik menyebutkan, “Banyak jalan menuju Roma.” Muslim mengadaptasinya menjadi, “Banyak jalan menuju Mekah.”

Tentu saja setiap muslim berharap, bercita-cita, dan berusaha untuk mengunjungi Mekah guna menunaikan salah satu dari kelima rukun Islam, yakni ibadah haji. Bahkan ada muslim yang telah berhaji tak terhitung dengan jari-jari kedua belah tangan. Tujuan berhaji adalah mendekatkan diri kepada Allah swt dan memenuhkan ketakwaan kepada-Nya.

Sebagaimana berhaji, begitu pula selayaknya setiap muslim berusaha membaca, mendaras, dan mentadaburi Al-Quran, supaya dapat mengamalkan pesan-pesan petunjuknya dengan saksama. Bukankah sejak dini ia telah dituntun dan melantunkan doa berikut?

Allahummarhamna bil-Quran
Wajalhu lana imaman wa nuran wa hudan warahmah
Allahumma dzakkirna minhu ma nasina
Wa allimna minhu ma jahilna
Warzuqna tilawatahu anaallaili wa athrafannahar
Wajalhu lana hujjatan
Ya Rabbal alamin…

Ya Allah, sayangilah kami dengan Al-Quran
Jadikanlah Al-Quran pemimpin, cahaya, petunjuk, dan rahmat
Ya Allah, ingatkanlah kami apa yang kami lupa
Dan ajarilah akami apa yang kami belum mengetahui
Karuniakanlah kepada kami kesempatan untuk membacanya
di tengah malam maupun di ujung siang
Serta jadikanlah Al-Quran pembela kami, wahai Tuhan Pemelihara semesta alam…

Ayat Al-Quran paling popular tentang perintah membaca adalah ayat perdana turun, yakni QS Al-Alaq 1-5.
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar manusia dengan kalam. Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS 96:1-5).

Allah swt menggunakan tiga ragam kosakata membaca Al-Quran, yakni qira`ah, tilawah, dan tartil. Pertama, qira`ah. Allah swt berfirman,
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa kamu berdiri shalat kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Quran… (QS 73:20).

Apabila kamu membaca Al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (QS 16:98)
Apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS 7:204).

Apabila kamu membaca Al-Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat suatu dinding yang tertutup. (QS 17:45).

Kedua, tilawah. Allah swt berfirman dalam Al-Quran,
Supaya aku membacakan Al-Quran kepada manusia. Maka siapa yang mendapat petunjuk, sesungguhnya ia mendapat petunjuk untuk kebaikan dirinya, dan siapa yang sesat maka katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan.” (QS 27:92)

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (QS 35:29).

Ketiga, tartil, sebagaimana tertera dalam Al-Quran,
Hai orang yang berselimut, bangunlah untuk shalat di malam hari, kecuali sedikit darinya, yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Quran itu perlahan-lahan. (QS 73:1-4).

Muslim belajar membaca Al-Quran dengan berbagai metode. Hingga medio 1980 mayoritas anak-muslim belajar membaca Al-Quran dengan metode Baghdadiyah, hingga Ustadz KH Asad Humam, Kotagede Yogyakarta, Menyusun buku Iqra` untuk belajar membaca Al-Quran, yang diinspirasi oleh buku Qira`ati karya Ustadz KH Dahlan Salim Zarkasyi, Semarang.

Salah satu kelebihan buku Iqra` iakah bahwa ia diajarkan secara sistematis, terstruktur, dan massif, dengan tim yang solid yang dikenal dengan sebutan Tim Tadarus AMM (Angkatan Muda Masjid dan Mushalla), hingga menjadi gerakan belajar membaca Al-Quran nasional. Bahkan metode belajar membaca Al-Quran Iqra` tersebut sudah go international.

Setelah muslim bisa membaca Al-Quran, menjadi kesempatan sekaligus tanggung jawabnya untuk melestarikan bacaan Al-Quran dan merenungkan kandungannya. Maka muncullah ide cemerlang untuk memelihara gairah membaca Al-Quran secara berjamaah melalui media sosial dengan jargon ODOJ (One Day One Juz). Entah sudah ada berapa puluh, berapa ratus, atau bahkan berapa ribu grup tadarus Al-Quran ODOJ di Indonesia. Al-Quran yang terdiri atas 30 juz itu setara dengan jumlah hari dalam sebulan. Pas!

Sebagian muslim merasa tak sanggup untuk mengikuti derap langkah ODOJ. Maka lahirlah komunitas tadarus Al-Quran One Week One Juz (OWOJ). Tentu saja tidak sepopular ODOJ, akan tetapi ia menjadi alternatif gerakan sejumlah grup WA, baik grup alumni Sekolah Dasar, SMP, SMA, bahkan Perguruan Tinggi ataupun grup seprofesi. Ibarat pepatah, “Tak ada gading yang tak retak”, “Tak ada rotan akar pun jadi”, “Ma la yudraku kulluhu la yutraku kulluhu — apa yang tak terjangkau seluruhnya, tidak ditinggalkan semuanya.”

Ada berbagai kreasi kumunitas untuk memelihara keajegan dalam membaca Al-Quran. Muncul ide sebuah grup WA untuk membaca Surat Yasin, Surat Al-Kahfi, Surat Al-Waqiah, Surat Al-Mulk atau lain-lain setiap malam Jumat. Atas pertimbangan tertentu agenda pembacaan Al-Quran itu dilonggarkan waktunya, bukan khusus malam Jumat, tetapi dilaksanakan dalam waktu seminggu, karena sebagian anggota grup WA sudah menjadi peserta tadarus serupa pada grup WA lainnya. Lebih afdhol bila pembacaan ayat-ayat Al-Quran tersebut beserta makna/terjemahnya.

Untuk mengakomodasi kesempatan dan orientasi pembacaan Al-Quran yang berbeda-beda, sebuah grup WA membuat rambu-rambu tadarus mingguan yang lebih fleksibel dan dapat diikuti oleh seluruh anggotanya demikian. Setiap anggota grup WA boleh memilih salah satu alternatif bacaan Al-Quran dalam seminggu: satu hari satu juz, satu surat, beberapa ayat; satu minggu satu juz, beberapa surat, beberapa ayat, dan seterusnya. Lebih aktif dan progresif lagi bila pembaca menuliskan hasil renungannya dan menyebarkan di semua grup miliknya.

Model dan sitem tadarusnya boleh berbeda-beda, tapi tujuannya sama. Pokoke tadarus Al-Quran. Jadi pepatah, “Banyak jalan menuju Roma”, “Banyak jalan menuju Mekah”, dan “Tak ada rotan akar pun jadi” berlaku adanya.

*Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag. Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga, Dosen pada Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan penulis 60an buku.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here