Pengajian Golden Habits pagi ini tentang tersenyum. Dokter Agus Sukaca mengulas panjang lebar tentang makna dan manfaat tersenyum dari sudut pandang medis. Pengajian dihadiri para dokter di jaringan rumah sakit Muhammadiyah, para mahasiswa kedokteran dan masyarakat umum pemerhati dan peminat studi golden habits. Selain melalui platform zoom, pengajian ini disiarkan melalui Facebook dr. Agus Sukaca.
Tentu saja kajian ini memiliki sisi menarik, yaitu sebuah kajian dari sisi medis. Karenanya pendengar dapat menangkap pesan agama melalui sudut pandang lain. Bagaimana adrenalin dapat memacu sel-sel positif, yang akan berdampak pada kesehatan kita secara keseluruhan.
Setiap kita pastilah suka bila orang yang kita ajak bicara merespon dan menanggapi dengan senyuman. Sikap Ihsan mengajarkan agar kita juga tersenyum dalam berinteraksi dengan orang lain.
Namun demikian dalam kondisi PPKM Darurat ini, di saat kasus positif covid meningkat begitu banyak, tersenyum bukanlah hal mudah. Pak Nur Kholis tetangga kami satu RT kemarin pagi meninggal. Jenazahnya dari RS Harjolukito langsung dimakamkan di Lempuyangan Yogyakarta. Sungguh berita ini agak mengejutkan kampung kami, Kanoman, Banyuraden, Gamping, Sleman.
Sebagai tetangga, jujur hati kami ikut sedih. Malam sebelumnya, Bu Kholis sempat mengucapkan selamat atas kesembuhan Bu Yayuk dan mohon doa untuk kesembuhan keluarganya. Hla kok paginya jam 3 dini hari suaminya dipanggil Allah. Spontan ibu-ibu di grup WhatsApp PKK RT 01 tersentak. Kaget. Ucapan belasungkawa pun disampaikan via WhatsApp. Maklumlah masa pandemi. Jaga jarak dan hindari kerumunan. Kotak takziyah yang diletakkan di depan rumah Bu Puji menjadi penanda ikut berduka dan tulung-tinulung kepada keluarga yang ditinggalkan.
Dalam kondisi demikian,bagaimana mungkin kita mampu tersenyum?
Benar, tidak mungkin kita tersenyum di saat tetangga menangis keluarganya meninggal. Makna tersenyum yang disampaikan dokter Agus bermakna agar kita senantiasa tersenyum menatap masa depan.
Yang bagaimana?
Ikuti kajian lengkap dokter Agus Sukaca di https://tuntunanislam.id/berbicara-dengan-senyum/
Lalu bagaimana amalan nyata yang bisa kita lakukan di masa PPKM Darurat yang penuh ketidakpastian ini?
Bacalah satu hari satu ayat Al-Qur’an dan baca artinya. Bila perlu bacalah dengan suara lantang bacaan Arabnya, juga artinya yang ditulis dalam bahasa Indonesia.
Kalau metode tikrar, untuk menghafal adalah dengan membaca satu ayat secara berulang-ulang. Bisa juga satu ayat dipotong menjadi beberapa bagian, lalu kita baca ulang 5 kali. Setelah hafal bagian awal, disambung dengan bagian potongan ayat berikutnya, dibaca lima kali. Demikian seterusnya. Menarik untuk dicoba kan? Ahaaaa… Siiip, Guys, bungkuuuuuus.
Selanjutnya, Guys, metode baca Al-Qur’an ringan ini kita ikhtiarkan untuk semakin mendekatkan diri kita kepada Allah. Entah kapan Allah memanggil kita. Dalam keadaan apa kita menghadapNya. Cukupkah bekal yang kita bawa untuk pulang ke kampung keabadian. Yuk bangkit..! Selama nyawa masih Allah titipkan, saat itulah kesempatan perlu kita manfaatkan seoptimal mungkin.
‘Amma yatasaaaaaaaluun..
‘Amma yatasaaaaaaaluun..
‘Amma yatasaaaaaaaluun..
‘Amma yatasaaaaaaaluun..
‘Amma yatasaaaaaaaluun..
Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?
Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?
Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?
Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?
Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?
Tersenyum itu ibadah. Hanya dengan mengingatMu, hatiku tenang dan senyumku mengembang. Laa haula walaa quwwata illaa billaah.
Yogyakarta, 10 Juli 2021
Ngaji#2