- Oleh: Didi Junaedi
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. al-Ra’du:11)
Pesan moral ayat ini adalah bahwa kondisi yang dialami suatu bangsa, suatu masyarakat, atau suatu individu tergantung pada bangsa, masyarakat, atau individu itu sendiri. Perubahan tidak akan pernah terjadi tanpa ada inisiatif untuk berubah pada yang bersangkutan.
Ayat tersebut juga mengandung makna adanya harapan untuk mengubah kondisi menjadi lebih baik. Dengan kata lain, semangat optimisme dalam menjalani kehidupan ini harus terus dipupuk. Harapan akan selalu hadir bagi mereka yang berpikir positif untuk mencari jalan keluar dari setiap masalah, menemukan solusi dari setiap persoalan.
Harapan adalah alasan utama mengapa seseorang bertahan hidup. Seseorang tetap semangat menjalani hidup dan kehidupan karena dia memiliki harapan. Tanpa harapan, seseorang akan hambar bahkan mungkin enggan untuk melanjutkan kehidupan.
Kita bisa menyaksikan di sekeliling kita, orang-orang yang putus harapan atau putus asa seringkali melakukan tindakan-tindakan bodoh yang justru akan menyengsarakan dirinya sendiri.
Ada orang yang tidak tahan dengan kemiskinan yang dijalaninya bertahun-tahun, melakukan tindakan nekat bunuh diri. Ada anak yang kecewa dan putus asa karena keinginannya tidak dipenuhi orang tuanya, nekat pergi dari rumah dan menghabiskan waktu di jalan bersama anak-anak jalanan lainnya. Ada pula seorang remaja yang sakit hati karena putus cinta, kemudian mengakhiri hidupnya dengan terjun bebas dari lantai lima sebuah pusat perbelanjaan. Dan masih banyak lagi kasus-kasus serupa yang jauh lebih tragis yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita.
Semua kejadian dan peristiwa tersebut bermula dari hilangnya harapan untuk hidup. Mereka, para pelaku yang nekat melakukan tindakan bodoh dan di luar akal sehat itu karena merasa sudah tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Sehingga mereka merasa percuma untuk tetap hidup di dunia ini.
Padahal, kalau mereka mau berpikir jernih, sebetulnya apa yang mereka alami berupa kekecewaan, kesedihan, perasaan tidak berguna, dan sederet persoalan hidup lainnya hanyalah salah satu episode kehidupan yang bersifat sementara, dan pasti akan segera berlalu diganti oleh episode-episode kehidupan lainnya. Tetapi, mereka tidak sabar menjalani proses pergantian episode kehidupan itu. Mereka ingin semuanya segera berakhir. Ketika keinginannya tidak tercapai, maka mereka mengambil jalan pintas, berupa tindakan-tindakan bodoh yang dianggapnya dapat menyelesaikan masalah yang tengah dihadapinya.
Dalam pandagan agama (Islam), orang-orang yang putus asa adalah orang-orang yang mengingkari adanya kekuasaan Allah. Dia tidak sadar bahwa ada kekuatan maha dahsyat yang dapat mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang mustahil menjadi terwujud, dan yang tidak masuk akal menjadi nyata. Ya, Dialah Allah Swt. Dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu.
Keyakinan akan adanya suatu harapan di tengah ketidakpastian harus kita tanamkan dalam diri kita. Hanya dengan berpikir positif seperti inilah kita dapat lebih tenang dan damai dalam menjalani hidup ini.
Yakinlah, selalu ada kemudahan di tengah kesulitan, selalu ada peluang di tengah ketidakpastian, dan selalu ada harapan untuk hidup lebih baik dan bermakna di saat segalanya terlihat gelap dan buntu.
* Masjidil Haram, Makkah, Qabla Subuh, Pukul. 04. 40 a.m., Jumat, 24 Januari 2020.