Berbagi Permasalahan Pendidikan

0
1999

Oleh: Agung Kuswantoro

Mengapa banyak buku-buku bertema pendidikan di Indonesia? Menurut saya karena pendidikan di Indonesia memiliki beberapa masalah. Permasalahan pendidikan di Indonesia sangatlah kompleks. Tidak cukup masalah kebijakannya. Sumber daya, juga. Di dalam sumber daya ada sumber daya manusia (guru, siswa, dan kependidikan). Ada, sumber daya sarana dan prasarana. Dan, ada pula, sumber pembiayaan pendidikan.

Adalah M. Arfan Mu’ammar, penulis buku dan pendidik/dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya mampu “meracik” permasalahan-permasalahan pendidikan dalam sebuah karya. Berbagai permasalahan pendidikan, ia tulis dengan lugas.

Ia “menyajikan” empat bagian dalam buku tersebut. Yaitu (1) Belajar dalam perspektif teoritis; (2) Menyikapi berbagai persoalan pendidikan; (3) Persoalan sosiologis dalam pendidikan; (4) Membangun karakter/character building.

Masing-masing bagian tersebut judul-judul sesuai dengan bagian-bagiannya. Yang menariknya, adalah setiap bagian-bagian buku dibentuk sesuai dengan konstruksi “bangunan” pendidikan. Dimulai dari ragam teori belajar (behavioristik, kognitif, humanistik, konstruktivitas, dan sibernetik). Dari teori tersebut, muncullah pertanyaan masalah seperti calistung/membaca menulis dan menghitung, prestasi sekolah, kelas inklusi, standarisasi pendidikan, evaluasi pendidikan, profesi guru, Full Day School (FDS), industry hoax, dan lainnya.

Dari permasalahan-permasalahan tersebut, penulis memberikan alternatif-alternatif jawaban. Bahkan alternatif jawaban tersebut berdasarkan “mini” riset yang ia lakukan, sebagaimana kutipan berikut ini.

“Saya sangat kecewa, ketika Dinas Pendidikan dan kebudayaan di sebuah daerah ‘tertentu’ menunda pemberlakuan 5 hari sekolah” (halaman 111).

Penulis juga menorehkan tintanya atas pengalaman pendidikan yang dirasakan sewaktu di pondok pesantren. Penulis merasakan tidak adil dalam masalah evaluasi. Berikut kutipannya:

“Merasa tidak terima, saya kemudian memberanikan diri untuk menanyakan hal ini kepada pihak KMI. Terkait nilai komulatif saya yang setara dengan teman-teman di kelas 4D. Tapi justru saya malah duduk di kelas 4H”. (halaman 95).

Memang berbicara pendidikan di Indonesia, tak jemu-jemunya untuk dibahas. Tema pendidikan di Indonesia tidak bosan untuk dikaji. Salah satu bentuk perhatian kita atas pendidikan adalah kritis terhadap pendidikan. Kekritisan terhadap pendidikan, diharapkan memberi solusi atas permasalahan yang ada, sebagaimana yang dicontohkan oleh Arfan Mu’ammar atas karya yang berjudul “Nalar Kritis Pendidikan”. Bacalah buku ini, sangat bagus! Terlebih Anda seorang pelaku dan pengamat pendidikan di Indonesia. []

Semarang, 2 Februari 2020

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here