Pokok-e Nulis dan Tulisan Berkualitas

0
1483
Sumber gambar: Dokumen SPK

Ngainun Naim

Setiap penulis memiliki karakter unik dalam setiap tulisan yang dihasilkannya. Karakter ini tidak terbentuk secara tiba-tiba. Ada proses, interaksi, terus belajar, dan terus mengasah keterampilan menulis sampai akhirnya karakter tersebut terbentuk.
Proses pembentukan karakter tulisan sesungguhnya merupakan proses belajar. Pada proses inilah ujian yang menentukan; apakah akan menjadi penulis atau sekadar bercita-cita menjadi penulis. Banyak yang sukses menjadi penulis. Tidak sedikit juga yang tidak berhasil lalu membelokkan mimpinya dengan bercita-cita menjadi penulis. Minimal pernah bercita-cita sehingga masih memiliki harapan agar suatu saat benar-benar menjadi penulis.
Salah satu hambatan yang dihadapi oleh penulis pemula adalah hambatan psikologis. Penulis pemula umumnya berharap agar tulisannya diberikan penilaian atau kritik. Kritik memang penting untuk perbaikan tulisan tetapi tidak semua penulis pemula siap menghadapinya. Tidak sedikit semangat menulisnya kendur dan mundur menghadapi kritikan. Bahkan ada yang tidak bersemangat sama sekali.
Saya sangat jarang memberikan koreksi terhadap tulisan kawan-kawan yang baru memulai untuk menulis. Bagi saya, berani menulis itu sudah luar biasa. Saya justru memberikan semangat kepada mereka untuk terus menulis setiap hari sampai menulis itu bisa menjadi tradisi.
Ketika menulis sudah menjadi tradisi, kritik tentu memiliki posisi berbeda. Kritik yang dilakukan secara baik akan membangun pengetahuan dan kesadaran untuk melakukan perbaikan tulisan. Pada titik awal pokok-e nulis, baru ketika sudah menjadi tradisi bergeser menuju tulisan berkualitas. Salam.

Tulungagung, 15-2-2021

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here