ADA PELUANG DI BALIK KELUHAN

0
1935

Oleh: Much. Khoiri

SUDAH sekitar sebulan kita tinggal di rumah (stay at home) dan jaga jarak fisik (physical distancing). Hanya demi urusan urgen, kita keluar rumah. Jenuh atau bosan? Jika ya, manusiawi, sangat dimaklumi. Jangankan kita penyuka keluyuran, mereka yang biasa di rumah pun bisa jenuh.

Namun, tak usah mengeluh. Mengeluh tiada guna, malah bikin sakit hati. Justru sebaliknya, kita perlu memetik mutiara hikmahnya. Buka sejenak grup-grup medsos, paket-paket hikmah mewarnai banyak halaman. Tinggal pilih yang disuka.

Berikut ini ada satu lagi. Ingat QS Al-Insyirah (ayat 6): “Inna ma’al-‘usri yusraa, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” Ayat ini berita gembira. Setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan. Mungkin tidak langsung cling di depan mata, dan harus diupayakan atau diikhtiarkan, namun masih ada harapan untuk menjolok buah kemudaan itu.

Mari ngaji sejenak! Lewat ayat itu, Tuhan memberikan jaminan akan adanya solusi bagi setiap kesulitan. Namun, sebagai manusia, kita tentu tidak cukup hanya berdoa dan kemudian dikabulkan. Bukan bim salabim, lalu cling! Selain campur tangan Tuhan, kemudahan itu harus kita ikhtiarkan alias campur tangan kita. Berusaha dan tawakkal lah, barulah datang solusinya.

Maka, mari maknai situasi stay at home ini secara positif dan husnudzan kepada Tuhan. Tuhan itu bergantung pada prasangka hamba-Nya. Selain itu, Tuhan tidak memerintahkan sesuatu jika hal itu tidak memberikan kebaikan; dan tidak melarang sesuatu jika hal itu tidak mendatangkan kemudharatan bagi manusia. Jadi, selagi tidak dilarang, lakukan. Kita diuji per individu, dan diberi anugerah juga per individu.

Maka, mari camkan ini: Sejalan dengan makna ayat di atas, di balik keluhan orang, ada peluang untuk mengobati keluhan itu. Jika ada sejumlah orang mengeluh capek, di situ ada peluang menjadi tukang pijat. Jika sekarang orang mengeluh sumpek karena terisolasi di rumah, maka peluang lah bagi awak go-food, misalnya, untuk menjadi penyedia jasa beli makan.

Bacalah situasi sekeliling sebaik-baiknya. Buka mata, buka hati, dan tentukan apa yang bisa dilakukan. Peluang ada di mana-mana, karena keluhan juga ada di mana-mana. Tangkap peluang di balik keluhan yang berantai dari pangkal sini hingga ujung sana.

Tinggal kita mau atau tidak. Jika kita mau, kita timbang potensi dan kompetensi kita. Kalau sudah ketemu, tinggal asah kreativitas, maka jadilah jasa yang kita tawarkan. Pilih yang paling cocok dengan passion saja. Istilahnya, do it with passion or not at all, lakukan dengan gairah (passion) atau tidak sama sekali.

Jika kita terampil fashion dan menjahit, kita buat masker dengan aneka desain, yang cocok untuk dewasa, remaja, anak-anak. Jika kita potensial dalam bidang kimia, jasa penyediaan hand-sanitizer juga peluang yang bagus. Jika kita ahli memotong rambut, pastikan kini sudah saatnya mereka potong rambut. Tawarkan jasa dari rumah ke rumah.

Pekan lalu saya memberi pelatihan menulis puisi daring (online), yang pesertanya dari komunitas yang akan menyusun antologi puisi. Komunitas itu ingin dilatih menulis puisi, namun terkendala tempat. Maka, daring-lah solusinya. Itu hasil bacaan sikon saya, sesuai dengan potensi dan kompetensi saya—juga berangkat dari “keluhan” mereka yang terkendala belajar di kelas. Saya menangkap peluang di balik keluhan. Ada kemudahan di balik kesulitan, bukan?

Dalam waktu terdekat, saya juga jadi nara-sumber pelatihan menulis buku secara daring (online). Host-nya dari Sahabat Pena Kita (SPK), temanya “Tulislah Bukumu”—yang akan dibagi dalam tiga sesi “tatap muka daring” dalam tiga pekan. Luarannya adalah (setidaknya) buku antologi karya para peserta. Bukankah SPK juga menangkap peluang di balik keluhan?

Nah, sekarang, apakah peluang yang Anda tangkap dan akan dieksekusi untuk kegiatan yang produktif? Jangan jawab dengan kata-kata. Cukup buktikan dengan perbuatan dan aksi nyata. Saya akan menjadi saksi saja.[]

Driyorejo, 14 April 2020

*Much. Khoiri adalah penggerak literasi, dosen, trainer, editor, dan penulis 42 buku dari Unesa Surabaya. Tulisan ini pendapat pribadi.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here