BAHAGIA, KUNCI PENTING UNTUK MEREALISASIKAN TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA

0
2296

Oleh : Agung Nugroho Catur Saputro*

Kebahagiaan adalah kunci untuk menggapai keikhlasan dalam beribadah. Seseorang yang tidak bahagia, bagaimana mungkin ia akan ikhlas menjalankan ibadah. Orang yang telah mencapai kebahagiaan tidak akan mengharapkan apa-apa dari perbuatannya karena ia telah bahagia. Hanya orang yang bahagia yang mampu berperilaku ikhlas dalam mengerjakan ibadah dan amal kebajikan, dan tujuannya semata-mata hanya untuk meraih ridlo-Nya
(@Agung Nugroho Catur Saputro)

Tujuan Penciptaan Manusia
Pernahkah kita merenung atau berpikir, mengapa kita dilahirkan ke dunia ini? Mengapa Allah Swt menciptakan kita? Apa Tujuan Allah Swt menciptakan kita? Manusia diciptakan Allah Swt untuk hidup di dunia ini bukan tanpa tujuan. Manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini tidak boleh seenaknya sendiri, berbuat sesuka hatinya, bertindak tanpa aturan, dan berperilaku tanpa memperhatikan adab dan kesopanan. Manusia harus mematuhi aturan-aturan yang berlaku.
Allah Swt telah menetapkan tujuan mengapa manusia diciptakan untuk hidup di dunia ini. Tujuan dari penciptaan manusia dapat dilihat dalam Al-Quran S. Adz-dzariyat [51]:56.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat [51] : 56)

Berdasarkan firman Allah Swt ini, sangat jelas oleh kita bahwa tujuan utama kita dicptakan Allah Swt untuk menjalani kehidupan di dunia ini tiada lain adalah hanya untuk mengabdi kepada-Nya, hanya untuk beribadaha kepada-Nya, dan hanya untuk menyembah-Nya.
Mengapa Allah Swt menciptakan manusia untuk menyembah-Nya? Apakah hal itu berarti Allah butuh untuk disembah? Apakah berarti Allah Swt membutuhkan pengabdian manusia? Apakah berarti Allah Swt justru membutuhkan manusia? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah TIDAK. Jawaban ini dapat kita lihat dalam firman Allah Swt dalam Al-Quran Surat Adz-Dzariyaat [51] : 57-58.
“Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. 58. Sesungguhnya Allah dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Adz-Dzariyaat [51] : 57-58)

Berdasarkan ayat ini, sangat mudah kita pahami bahwa Allah Swt sama sekali tidak membutuhkan manusia. Allah Swt sama sekali tidak membutuhkan amal ibadah manusia. Allah Swt sama sekali tidak bergantung pada manusia. Allah Swt sama sekali tidak membutuhkan pengabdian dan ketundukan umat manusia. Allah Swt adalah TUHAN yang Maha Tinggi dan Maha Mulia. Jika seandainya seluruh umat manusia di dunia ini menyembah Allah Swt, maka hal itu sama sekali tidak akan menambah sedikitpun terhadap ketinggian dan kemuliaan derajat Allah Swt. Dan juga sebaliknya jika seluruh umat manusia di dunia ini tiada satupun yang mau menyembah-Nya, maka hal itu juga sama sekali tidak akan mengurangi ketinggian dan kemuliaan derajat Allah Swt. Allah Swt adalah Tuhan yang Maha Menciptakan. Sang Pencipta tidak bergantung pada makhluk ciptaan-Nya. Beribadah atau tidaknya manusia sama sekali tidak mempengaruhi-Nya karena Allah Swt adalah sang Maha Kuasa atas segalanya.

Bagaimana Cara Menjalani Kehidupan?
Berdasarkan penjelasan di atas, menjadi sangat jelas bahwa tujuan kita (umat manusia) diciptakan di dunia ini adalah hanya untuk menyembah dan beribadah kepada Allah Swt. Tujuan kita diciptakan di dunia ini hanya untuk mengabdi dan tunduk kepada-Nya. Tujuan kita diciptakan di dunia ini hanya untuk meng-Esakan-Nya. Oleh karena itu, apapun yang kita lakukan d dunia ini harus kita tujukan semata-mata untuk mencari ridlonya Allah Swt. Apapaun yang kita lakukan, baik ibdaha maupun amal kebajikan lainnya harus kita niatkan semata-mata ikhlas lillahi ta’ala.

Lantas, bagaimana cara kita menjalani kehidupan di dunia ini agar tujuan penciptaan kita tercapai? Mari kita lihat panduan hidup (guide of life) yang telah Allah Swt berikan melalui firman-Nya dalam Al-Quran surat AL-Qashash [28]: 77.
“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash [28] : 77)

Kita lihat juga dari doa “sapu jagat” yang tercantum dalam Al-Quran surat Al-Baqarah [2] : 201 yang setiap saat kita panjatkan kepada Allah Swt.
“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Al-Baqarah[2] : 201).

Berdasarkan dua dalil Al-Quran di atas, jelas sudah bagaimana panduan kita hidupa diunia ini, yakni hidup kita harus PROPORSIONAL antara untuk Kehidupan akhirat dan untuk kehidupan di dunia. Mengabaikan salah satu bukanlah cara yang dikehendaki Allah Swt. Allah Swt menghendaki kita hidup baik di dunia dan baik di akhirat. Kehidupan di dunia adalah jalan menuju kehidupan di akhirat. Oleh karena itu, mari kita buat jalan menuju akhirat dengan sebaik-baiknya. Mari kita buat jalan kehidupan menuju akhirat dengan semulus-mulusnya. Mari kita buat jalan menuju akhirat selancar-lancarnya.

Bahagia : Kunci Penting dalam Beribadah
Dunia adalah jalan, akhirat adalah tujuan. jadi untuk sampai ke tujuan (akhirat), maka kita harus melalui jalannya (dunia). Kalau jalannya tidak lancar, banyak halangan dan rintangan maka tentu perjalanan menuju tujuan menjadi terhambat. Maka cara pertama agar sampai tujuan dengan lancar adalah memperbaiki jalan. Atau agar dapat mencapai kehidupan akhirat dengan baik, maka kita perbaiki hidup kita di dunia. Kalau kehidupan di dunia kita baik, pastilah kita bahagia. Kalau hidup kita di dunia bahagia, maka kita akan menjalankan tujuan penciptaan kita dengan senang hati dan tidak terpaksa atau bisa dikatakan dengan ikhlas.

Kebahagiaan adalah kunci untuk menggapai keikhlasan dalam beribadah. Seseorang yang tidak bahagia, bagaimana mungkin ia akan ikhlas menjalankan ibadah. Orang yang telah mencapai kebahagiaan tidak akan mengarapkan apa-apa dari perbuatannya karena ia telah bahagia. Sedangkan orang yang tidak bahagia, maka ia pasti mempunyai harapan (pengarep-arep) dari amal perbuatannya. Hanya orang yang bahagia yang mampu berperilaku ikhlas dalam mengerjakan ibadah dan amal kebajikan, dan tujuannya semata-mata hanya untuk meraih ridlo-Nya. Keikhlasan adalah kunci diterima amal ibadah dan amal kebaikan. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah [98] : 5)

Oleh karena itu, mari kita ciptakan kehidupan yang bahagia agar kita mampu menjalankankan ibadah dengan tenang dan tanpa berharap yang lain-lain selain niat lillahi ta’ala. Bagi yang telah menjadi seorang suami, bekerjalah dengan giat dan carilah nafkah dengan sebaik-baiknya agar mampu membahagiakan keluarga dengan memberikan kehidupan yang layak dan berkecukupan. Bagi yang menjadi seorang istri, bahagiakan suamimu dengan pengabdian dan bakti yang tulus agar berbakti kepada suami adalah amal ibadah bagi seorang istri dan bahagiakan anak-anak dengan limpahan perhatian dan kasih sayang. Dan bagi yang masih anak-anak, bahagiakan kedua orang tuamu dengan menjadi anak yang sholih-sholihah dan berbakti kepada kedua orang tua serta menjadi kebanggan mereka.

Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa kunci untuk merealisasikan tujuan utama penciptaan kita hidup di dunia ini adalah bahagia. Kebahagiaan mampu membuat orang beribadah dengan khusyuk. Kebahagiaan mampu membuat orang ikhlas menjalankan amalan ibadah dan kebaikan. Kebahagiaan mampu membuat orang rela melakukan apapun. Oleh karena itu, mari kita ciptakan kehidupan yang bahagia dan membahagiakan.

Gumpang Baru, 08 Oktober 2019

*Staff Pengajar, Penulis Buku dan Pegiat Literasi di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
*Mahasiswa S3-Program Studi Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta

Renungan Harianku (2)

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here