MENULIS UNTUK LEGACY DAN KEABADIAN DIRI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Berbahagia sekali dapat menekuni aktivitas menulis. Menulis merupakan keterampilan yang unik. Mengapa? Karena tidak semua orang mampu menulis. Teori tentang menulis memang dapat dipelajari oleh siapapun, tetapi orang yang tahu teori menulis belum tentu mampu menulis. Menulis juga merupakan sebuah aktivitas yang dapat dipandang seperti pisau yang memiliki dua sisi yang berbeda ketajamannya. Menulis dapat dipandang sebagai aktivitas yang mudah tetapi juga dapat dipandang sebagai aktivitas yang sulit. Hal itu bergantung pada siapa yang menilaianya.

Bagi seorang penulis profesional yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam menjalani aktivitas menulis dan telah berpengalaman menulis berbagai genre tulisan, maka menulis merupakan aktivitas yang mudah. Namun tidaklah demikian bagi orang yang belum pernah menulis ataupun bagi orang yang baru belajar menulis. Bagi penulis pemula, menulis itu tidak mudah. Perlu persiapan yang panjang untuk dapat menghasilkan sebuah tulisan yang “selesai”. Bagi seorang yang baru mengawali menekuni aktivitas menulis, memulai menulis itu perlu persiapan banyak hal. Mulai mencari ide tulisan, menentukan gaya penulisan, memilih jenis tulisan, bagaimana alur penulisan, mencari bahan untuk tulisan, bagaimana mengolah bahan tulisan, bingung memilih kata pertama untuk mengawali tulisan, dan lain sebagainya. Terkadang seorang penulis pemula mengalami kebingungan dari mana ia harus memulai menulis. Kata atau kalimat pertama apa yang harus ditulis untuk mengawali tulisan. Dan kebingungan-kebingungan lain yang selalu dialami para penulis pemula.

Memang demikianlah yang sering dialami oleh orang yang baru akan belajar menulis. Tetapi kesulitan tersebut tidak boleh menjadikan keinginan dan semangatnya untuk menulis menjadi hilang. Ingatlah, seorang penulis profesional itu dulu juga awalnya seorang penulis amatiran. Tulisan puluhan halaman semuanya dimulai dari kata pertama. Ide tulisan yang brilian juga awalnya dari ide-ide tulisan receh. Hanya karena setelah melalui proses panjang dan selektif, akhirnya terpilih ide tulisan yang bagus. Tulisan yang berbobot awalnya juga dimulai dari tulisan yang sederhana. Jadi, tidak ada penulis yang terlahir ke dunia ini. Yang ada adalah para penulis itu adalah orang-orang yang dulunya semangat belajar menulis hingga akhirnya menjadi seorang penulis hebat.

Menulis itu adalah sebuah keterampilan yang memerlukan latihan secara terus-menerus. Jangankan seorang penulis pemula, bahkan seorang penulis profesional pun jika lama tidak menulis maka kemampuan menulisnya juga mengalami kemunduran. Jika biasanya cepat mendapat ide untuk ditulis dan lancer dalam menuliskannya, tetapi ketika lama tidak menulis ternyata mereka juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan ide tulisan dan ketika proses menulis pun mengalami hambatan. Misalnya tiba-tiba ide tulisan hilang atau buntu tidak tahu mau menulis apa. Tiba-tiba semangat menulisnya menghilang tanpa sebab yang jelas. Tiba-tiba tidak betah menulis padahal sebelumnya sangat betah dan menikmati proses menulis (Saputro, 2023).

Ada beberapa alasan mengapa kita harus menulis. Alasan-alasan ini merupakan faktor pendorong agar kita mau menulis. Apa sajakah alasan-alasan mengapa kita harus menulis? Tendi Murti (2015)dalam bukunya berjudul “Bukan Sekadar Nulis, Pastikan Best Seller” memberikan 11 (sebelas) alasan mengapa kita harus menulis, yaitu:

  1. Menulis berarti sedang membagi ilmu dengan orang lain.
  2. Menulis berarti sedang menuliskan jejak bagi orang-orang yang kita cintai.
  3. Menulis menjadikan hidup lebih semangat.
  4. Menulis itu menghimpun pahala.
  5. Menulis itu membuat kita lebih percaya diri.
  6. Menulis itu dapat menyembuhkan penyakit (Pribadi 2012).
  7. Menulis berarti sedang menuangkan ide-ide kita yang unik dan bermanfaat.
  8. Menulis berarti sedang memperbaiki dunia.
  9. Menulis berarti sedang belajar.
  10. Menulis itu lebih kreatif.
  11. Menulis itu sedang menuangkan impian.

Sedangkan Agung Nugroho Catur Saputro (2018) dalam bukunya berjudul “Ketika Menulis Menjadi Sebuah Klangenan” menyebutkan beberapa alasan mengapa kita harus menulis sebagai berikut:

  1. Menulis itu untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan juga sekaligus sarana untuk meningkatkan kualitas diri (h.9).
  2. Menulis adalah cara untuk membuat pikiran-pikiran kita menjadi bermakna (meaningful) karena dengan menulis kita telah mengikat makna dari pemikiran kita (h.18).
  3. Menulis adalah salah satu perintah Allah Swt yang tersirat dari perintah iqra’ di wahyu pertama yang diterima Rasulullah Saw. Menulis merupakan sarana terwujudnya kehendak Allah Swt untuk umat Islam secara umum yaitu berupa perintah “bacalah” atau iqra’(h.23).
  4. Menulis merupakan salah satu ciri orang baik, yaitu menebarkan manfaat bagi orang lain dan sekaligus menjadi amal jariyah (h.48).
  5. Menulis adalah warisan tradisi keilmuan para ulama zaman dulu. Menulis merupakan cara mewariskan tradisi keilmuan kepada generasi penerus. Menulis dapat mengabadikan nama kita melalui tulisan-tulisan kita yang dikenang sepanjang masa, lintas waktu, lintas geografis, dan lintas generasi (h.79).

Menulis itu banyak manfaatnya. Menulis jika ditekuni dapat menjadi profesi yang menghasilkan keuntungan finansial. Seseorang yang menulis buku dan ternyata bukunya sangat diminati oleh pasar hingga menjadi buku banyak terjual, maka ia akan mendapatkan royalti yang tidak sedikit  dari penjualan bukunya. Penulis sendiri pernah mempunyai pengalaman memperoleh keuntungan finansial yang cukup besar dari aktivitas menulis buku. Penulis pernah menjadi juara 1 nasional lomba penulisan buku pelajaran kimia yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI. Hadiah lomba berupa piala, piagam dan uang yang cukup banyak. Uang hasil memenangkan lomba penulisan buku tersebut akhirnya penulis pergunakan untuk membeli rumah yang sekarang penulis tempati bersama keluarga. Satu tahun berikutnya, penulis mendapatkan royalti dari penjualan buku penulis yang akhirnya penulis pergunakan untuk membelikan istri sebuah motor baru dan untuk merenovasi rumah.

Menulis selain dapat dijadikan sebagai profesi yang menghasilkan uang, ternyata menulis juga mampu menjadi terapi penyembuhan dari penyakit mental (psikis). Ada orang yang menulis untuk terapi penyembuhan penyakit psikis yang dideritanya. Oktina Burlianti, seorang psikolog, menyatakan bahwa dengan menulis, seseorang bisa lebih mengeluarkan uneg-uneg atau hal-hal yang semula ditutup-tutupi. Mencurahkan isi hati melalui tulisan juga bisa membuat seseorang lebih terbuka tanpa khawatir dengan tekanan sosial atau pun penilaian dari orang lain (Wisnuwardani 2019).

Mengeluarkan uneg-uneg dan pikiran yang mengganjal dan menjadi beban melalu tulisan, akan mampu membuat hati dan pikiran terasa lebih lega. Dengan menulis seakan-akan beban berat yang mengganjal hati dan pikiran terasa hilang. Akhirnya aktivitas menulis memberikan dampak positif terhadap psikis sehingga orang dapat berpikir jernih dan menjalani hidup dengan baik. Jadi menulis bisa menjadi alternatif terapi untuk membuat pikiran menjadi lebih positif. Pikiran yang positif akan berdampak kepada kesehatan jasmani. Jasmani yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula.

Selain manfaat atau keuntungan finansial, masih terdapat beberapa keuntungan lainnya dari aktivitas menulis. Berikut ini beberapa keuntungan dari menulis menurut Gamal Komandako  Komandako (2013) dalam bukunya “Jangan Menjadi Penulis Profesional Jika Ingin Rugi”:

  1. Mendapatkan keuntungan finansial.
  2. Mendapatkan ketenaran nama dalam taraf tertentu.
  3. Meningkatkan pengetahuan.
  4. Meningkatkan kreativitas.
  5. Meningkatkan karya nyata.
  6. Menjadi sarana untuk mengungkapkan isi hati.
  7. Sebagai sarana untuk pencerahan dan dakwah.

Masri Sareb Putra (2007) dalam bukunya “How to Write Your Text Book” menuliskan beberapa manfaat menulis, yaitu :

  1. Pelepasan emosional. Menulis dapat menjadi penyaluran emosi dan perasaan. Mengungkapkan perasaan dan pikiran secara tertulis dapat membentuk perubahan-perubahan kimiawi dalam tubuh kita.
  2. Manfaat promotif atau kenaikan pangkat. Bagi seorang dosen, menulis akan mendatangkan manfaat yang berlipat ganda. Tulisan apapun, baik popular, semi-ilmiah, atau ilmiah, akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Edaran resmi dikti menyebutkan, dosen yang menghasilkan karya tulis akan memperoleh ganjaran berupa angka kredit sesuai dengan tingkat kesulitan dan usaha yang dikerahkan untuk itu.
  3. Manfaat social. Manfaat sosial menjadi penulis buku ajar dan artikel opini di media massa adalah menjadi terkenal atau dikenal. Predikat “terkenal” ini akan membawa efek domino yang menguntungkan.
  4. Manfaat finansial. Dunia tulis menulis kini semakin menjanjikan. Jika ditekuni, profesi penulis tak kalah menghasilkan uang dibandingkan profesi lainnya.
  5. Manfaat intelektual. Menulis pasti juga didahului dengan aktivitas membaca. Maka menulis secara tidak langsung akan meningkatkan intelektual dan wawasan penulisnya karena harus membaca banyak referensi.

Menulis juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan diri. Menulis dapat menjadi sarana untuk mengaktualisasikan diri. Potensi diri yang terpendam dapat dimunculkan melalui aktivitas menulis. Dengan menulis, kita dapat menelusuri dan mengeksplorasi bakat minat kita. Dengan sering menulis tentang potensi-potensi diri yang ada dalam diri kita, kita akan tahu kemampuan diri kita. Kita akan menjadi lebih tahu sebenarnya kita itu cenderung ke kemampuan di bidang apa dan akhirnya kita dapat menekuni profesi yang sesuai passion kita. Menjalani profesi yang sesuai passion itu pasti akan memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental dan pada akhirnya akan membawa kesuksesan. Dalam buku Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku,  Agung Nugroho Catur Saputro (2023) menuliskan beberapa manfaat lain dari menulis, yaitu menulis adalah sarana untuk mengikat ilmu dan informasi, menulis untuk kebahagiaan, menulis untuk aktualisasi diri, dan menulis sebagai ungkapan rasa syukur.

Menulis merupakan cara alternatif untuk mengabadikan diri. Melalui menulis, kita bisa dikenal dan dikenang orang sepanjang masa walaupun ketika kita sudah meninggal. Seorang penulis tidak pernah mati. Yang mati adalah jasad fisiknya, tetapi ilmu dan karya tulisnya tetap abadi dibaca dan dipelajari orang. Jadi penulis bagaikan hidup abadi karena karya tulisnya terus dibaca dan dimanfaatkan orang. Ketika seorang penulis telah tiada, ia telah berhenti berbuat amal keburukan lagi tetapi ia tidak pernah berhenti berbuat amal kebaikan melalui ilmu-ilmu yang ditulisnya. Tulisan-tulisan yang terus dipelajari dan dimanfaatkan orang lain akan menjadi amal jariyahnya sampai hari akhir dan akan diganjar oleh Allah Swt dengan ganjaran yang berlipat-lipat. Maka seseorang yang menulis dan karya tulisnya dibaca dan dipelajari terus oleh orang lain akan membuat penulisnya menjadi abadi, yaitu abadi kenang dan mengalirkan kebaikan terus-menerus sampai akhir zaman (Saputro 2023).

Menulis selain menjadi jalan keabadian diri juga dapat menjadi alternatif cara meninggalkan legacy (warisan). Karya tulis yang dihasilkan oleh seorang penulis memiliki perlindungan hokum berupa hak cipta. Hak cipta atas karya tulisan, misalnya berbentuk buku, akan tetap menjadi hak milik penulisnya atau ahli warisnya. Hak cipta atas kepemilikan karya tulis buku dapat diwariskan kepada anak keturunan. Jadi ketika sang penulis sudah meninggal dunia dan karya tulisnya masih terus dicetak dan dijual ke pasar, maka ahli waris yang tercatat di surat kontrak penerbitan buku akan terus mendapatkan hak royalti atas penjualan buku. Jadi hasil kerja dari aktivitas menulis dapat menjadi legacy untuk generasi yang akan datang.

Berdasarkan alur berpikir di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas menulis merupakan aktivitas yang berorientasi ke masa depan. Menulis memang aktivitas sekali dilakukan, tetapi manfaatnya bisa terus dirasakan oleh penulisnya, keluarganya dan masyarakat umum. Menulis merupakan kerja berkesinambungan yang kebaikannya akan terus mengalir dan memberikan manfaat. Menulis adalah kerja keabadian dan legacy yang tidak mengenal batas waktu dan batas geografis. Menulis merupakan cara mewariskan tradisi keilmuan kepada generasi penerus. Menulis dapat mengabadikan nama sang penulis melalui karya tulis – karya tulisnya yang akan dikenang sepanjang masa, lintas waktu, lintas geografis, dan bahkan lintas generasi. Hasil kerja dari menulis akan terus dirasakan manfaatnya sepanjang hayat. Karya tulis dari seorang penulis akan mampu melintasi batas-batas waktu dan teritorial hingga manfaat kebaikannya akan terus mengabadi dan menjadi legacy berharga bagi penulisnya yang akan dikenang dunia sepanjang waktu. InsyaAllah. []

 

Gumpang Baru, 10 Juli 2023

 

Sumber  Bacaan

Komandako, Gamal. 2013. Jangan Menjadi Penulis Profesional Jika Ingin Rugi. Yogyakarta: Media Pressindo.

Murti, Tendi. 2015. Bukan Sekadar Nulis, Pastikan Best Seller. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Pribadi, Agus. 2012. “Menulis Untuk Penyembuhan Diri.” KOMPASIANA. Retrieved November 18, 2020 (https://www.kompasiana.com/aguspribadi1978/55107337813311aa39bc64a6/menulis-untuk-penyembuhan-diri).

Putra, R. Masri Sareb. 2007. How to Write Your Own Text Book : Cara Cepat dan Asyik Membuat Buku Ajar yang Powerful! Bandung: Kolbu.

Saputro, Agung Nugroho Catur. 2018. Ketika Menulis Menjadi Sebuah Klangenan. Ciamis: CV. Tsaqiva Publishing.

Saputro, Agung Nugroho Catur. 2023. Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku. Yogyakarta: KBM Indonesia.

Wisnuwardani, Dyah Puspita. 2019. “Dear Netizen: Menulis Seperti Apa yang Bisa Menyembuhkan?” liputan6.com. Retrieved July 10, 2023 (https://www.liputan6.com/health/read/4107681/dear-netizen-menulis-seperti-apa-yang-bisa-menyembuhkan).

 

__________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

 

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here