Oleh: SoViola
Setiap anak terlahir dengan keistimewaannya, dan setiap orang tua adalah yang terbaik untuk anaknya. Itu saja terlebih dulu yang perlu dicatat baik-baik, karena sejatinya cerita ini bukan tentang anak siapa yang paling baik, ataupun siapa yang paling tepat dalam mendidik anak. Ketika Tuhan menitipkan seorang anak kepadamu, itu artinya kamulah orang yang tepat untuk menjaga, mendidiknya, dan mengantarkannya hingga Surga.
Sebelum dia terlahir ke dunia, kita bukanlah orang yang mampu bersabar. Bukan orang yang mampu berlemah lembut, bukan pula orang yang mampu menasehati. Bahkan, kita bukanlah orang yang mampu menahan perihnya segala kebodohan dan segala kelemahan-kelemahan lainnya. Akan tetapi, ketika dia hadir dalam keseharian lambat laun kita belajar menjadi sebaik-baiknya teladan. Menumbangakn perlahan segala kebodohan dengan menanamkan ilmu agama sebagai bekal waris terbaik.
Musa-Si Peniru Ulung kedua orangtuanya.
Dia memang seorang peniru ulung. Setiap sang Bapak mengajarkannya dia selalu berusaha menirukan dengan baik meski usianya belum genap tiga bulan. Setiap saat, matanya selalu mengamati, telinganya sibuk mendengar dan saya yakin pikirannya sedang berusaha mencerna apa maksud dari yang dilakukan oleh kedua orangtuanya. Maka dari itu, saya meyakini bahwa ketika dia semakin tumbuh dia akan menjadi sosok kita_dalam versi kecil.
Kita adalah ‘Role Model’ untuk anak kita. Maka, kita juga yang secara tidak langsung memutuskan perilaku seperti apa yang kita inginkan untuk anak kita tiru dari diri kita. Anak mulai meniru sejak dia lahir, dari hal sederhana dengan menirukan ekspresi wajah. Saat kita tersenyum, anak akan ikut tersenyum.