Pemantik Spirit Berkarya

0
297

 

Ngainun Naim

 

Menulis itu dunia unik. Disebut mudah, rasanya tidak. Disebut sulit, tidak juga. Tergantung perspektif yang digunakan. Juga tergantung sedang menulis topik apa.

Meskipun sastrawan ternama Arswendo Atmowiloto pernah menulis buku dengan judul Mengarang Itu Gampang dan saya menulis buku dengan judul Menulis Itu Mudah, bukan berarti itu berlaku pada semua orang tanpa syarat. Jika syarat tidak terpenuhi, jangan harap tulisan akan jadi. Menulis akan tetap sulit.

Dikatakan sulit sesungguhnya tidak sepenuhnya tepat. Saat tertentu, menulis begitu mudah untuk dilakukan. Deretan kata dan kalimat tersusun rapi dan berenergi. Orang yang membacanya bisa hanyut dalam alur cerita dan menyerap spirit yang diusung.

Catatan sederhana ini tidak akan membahas tentang mudah atau tidaknya berkaitan dengan menulis. Saya hanya ingin mengajak pembaca sekalian untuk membangun spirit menulis. Terlihat sederhana namun sesungguhnya sarat dengan makna.

Spirit menulis itu kunci dalam menghasilkan karya. Spirit yang terus terjaga membuat karya bisa terus dihasilkan. Spirit yang melemah membuat tidak ada karya yang dihasilkan.

Kita bisa belajar pada para penulis yang konsisten berkarya. Buku demi buku terus terbit. Artikel demi artikel terus dimuat. Seolah tidak ada jeda dalam berkarya.

Saya yakin penulis semacam ini konsisten dalam merawat semangat. Jika sedang semangat tinggi, selalu dijaga dengan berkarya. Jika semangat sedang menurun, berusaha bagaimana agar semangat muncul kembali.

Semangat itu persoalan jiwa. Tidak mudah untuk menjelaskannya tetapi kita bisa memahami dan mengalami. Mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dijalankan.

Bagaimana merawat spirit menulis? Ini pertanyaan sederhana namun ternyata tidak mudah untuk menjawabnya. Lebih tidak mudah lagi untuk menjawab sekaligus menjadi bukti telah menjalankan apa yang disampaikan.

Menulis itu membutuhkan amunisi. Amunisi yang utama adalah membaca. Jika ingin terus menghasilkan karya maka harus banyak membaca. Tidak ada cara yang lain.

Jika spirit menulis sedang menurun, membaca buku tentang menulis penting untuk dipertimbangkan. Buku semacam ini bisa menjadi sumber energi untuk kembali berkarya.

Buku tentang proses kreatif seorang penulis juga penting. Kita bisa belajar bagaimana sang penulis menjalani aktivitas literasinya. Informasi ini bisa menjadi referensi untuk mengatur strategi dalam menghasilkan tulisan demi tulisan.

Meskipun tidak semua penulis sepakat, saya berpendapat bahwa jejaring kepenulisan itu sangat penting. Jejaring ini memungkinkan untuk saling komunikasi, diskusi, dan berbagi tentang hal-ikhwal literasi.

Pertemuan dengan sesama penulis bukan sekadar bagaimana para penulis bertemu secara fisik. Ada kebahagiaan dan spirit untuk berkarya setiap bersua dengan sesama penulis. Ini sesungguhnya sangat mahal. Seseorang disebut penulis karena menulis. Pertemuan dengan sesama penulis merupakan ikhtiar untuk merawat semangat terus menulis.

Saya selalu berjuang untuk hadir setiap ada undangan pertemuan penulis. Namun harapan itu tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Saat ada kegiatan bersamaan, tentu harus memilih. Meskipun demikian, spirit pertemuan yang diulas dalam tulisan demi tulisan para pesertanya telah menorehkan spirit sekaligus pemantik untuk terus berkarya.

 

Trenggalek, 30 September 2023

 

Ngainun Naim, Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Aktif dalam kegiatan literasi. Menulis beberapa buku bertema literasi. Juga menulis buku-buku bertema keislaman.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here