Al-Quran terdiri atas 114 surat. Tersusun dalam mushaf dengan surat pertama al-Fatihah, dan tiga surat terakhir al-Ikhlash, al-Falaq, dan an-Nas. Sebagai pembuka Al-Quran surat al-Fatihah (ditulis terjemahnya) adalah sebagai berikut.
1. Dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Pengasih.
2. Segala puji bagi Allah, Maha Pemelihara semesta alam.
3. Maha Pemurah, Maha Pengasih.
4. Penguasa Hari Perhitungan.
5. Engkau Yang kami sembah, dan kepada-Mu kami memohon pertolongan.
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus.
7. Jalan mereka yang telah Kauberi segala kenikmatan, bukan (jalan) mereka yang mendapat murka, dan bukan mereka yuang sesat jalan.
Abdullah Yusuf Ali mengantarkan sajian terjemah al-Fatihah berbahasa Inggris yang dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Ali Audah dengan catatan berikut.
Mula-mula tampillah surah yang indah
Surah Pembukaan yang terdiri dari Tujuh Ayat
Sebenarnyalah disebut Inti Kitab
Ia mengajarkan Doa sempurna.
Sebab jika kita berdoa sebenar-benarnya,
Kita mengetahui sesuatu tentang Allah
Dan sifat-sifat-Nya, tentang hubungan-Nya
Dengan kita dan ciptaan-Nya, yang mencakup
Kita semua; kita mengetahui sumber
Asal-usul kita, dan tujuan akhir.
Yang meniupakan takdir rohani kita
Di bawah kuasa Allah yang sebenar-benarnya: lalu
Kita pun berserah diri kepada Allah dan mencari Cahaya-Nya.
Doa adalah denyut jantung Agama dan Iman
Namun, bagaimana kita berdoa? Kata-kata apa yang akan mengungkapkan
Damba hati kita yag merana dan tak tahu apa apa
Di hadapan Yang Mahatahu? Adakah gunanya bagi-Nya?
Atau bagi jiwa kita untuk memohon
Kesombongan, atau bahkan kebutuhan badaniah
Seperti makan sehari-hari? Yang Mahatahu
Mengajarkan Doa yang menyimpulkan iman kita,
Harapan kita, dan keinginan kita.
Kita merenungi pengabdian kita pada asma Allah dan Hakikat-Nya;
Kita memuji-Nya untuk ciptaan-Nya dan rawat-asuh-Nya;
Kita mengingat Kenyataan, yang tampak dan tak tampak;
Kita haturkan pujian pada-Nya dan kita mohon bimbingan-Nya;
Dan kita bisa membedakan jalan lurus dari yang bengkok
Oleh cahaya berkah-Nya yang menerangi dengan benar.
Adapun tiga serangkai penutup Al-Quran ialah surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nas. Surat Al-Ikhlash terdiri atas empat ayat.
1. Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
2. Allah Yang Kekal, Yang Mutlak.
3. Dia tiada beranak, dan tidak diperanakkan,
4. dan tak ada apa pun seperti Dia.”
(QS 112:1-4)
M. Quraish Shihab mengemukakan bahwa surat ini turun menjawab pertanyaan kaum musyrikin Mekah kepada Nabi Muhammad saw tentang Tuhan yang beliau sembah. Ayat pertama memerintahkan beliau menggambarkan sifat-sifat Dia dengan firman-Nya: Katakanlah — wahai Nabi saw, kepada yang bertanya kepadamu, bahkan kepada siapa pun bahwa — Tuhanku adalah Dia Yang Mahaesa, yakni dalam Zat, sifat, dan perbuatan-Nya, serta keharusan beribadah hanya kepada-Nya semata. Dialah yang menjadi tumpuan harapan, yakni yang dituju oleh semua makhluk guna memenuhi segala kebutuhan dan harapan mereka.
Dia tidak beranak dan tidak juga diperanakkan, yakni tidak memiliki garis keturunan dari atas dan tidak juga ke bawah. Tidak ada sesuatu yang setara atau serupa dengan-Nya, baik dalam kenyataan wujud, maupun dalam benak dan imajinasi siapa pun.
Mengantarkan terjemah dan tafsir surat ini Abdullah Yusuf Ali menulis,
Jaga Iman agar tetap murni tidak ternoda.
Hanya ada satu Allah, Yang Maha Esa;
Abadi, Bebas dari segalanya; semua bergantung
Kepada-Nya, semuanya Kembali kepada-Nya;
Ia tak punya anak atau bapak atau pasangan.
Tak ada apa pun yang sama dengan-Nya.
Allah swt memperlihatkan sifat-Nya dalam beberapa kata saja. Kepada kita diajarkan untuk menghindari perangkap yang telah menjerumuskan manusia ke dalamnya, dalam usaha hendak memahami tuhan dalam berbagai zaman. Sifat-sifat Allah swt itu begitu halus. Jauh di luar jangkauan persepsi kita yang sangat terbatas. Langkah terbaik untuk memahami Dia ialah dengan merasakan bahwa Dia adalah personality, “Dia,” dan bukan hanya konsepsi filsafat yang abstrak. Dia dekat kepada kita; Dia memelihara kita; keberadaan kita karena Dia.
Dia adalah Tunggal dan Maha Esa. Satu-satunya yang patut kita sembah; segala makhluk lain yang kita rasakan adalah makhluk-makhluk-Nya, dan tak dapat diperbandingkan dengan Dia. Dia adalah Kekal; tiada awal dan tiada akhir, Mutlak, tak terbatas oleh ruang dan waktu atau keadaan. Segala yang lain hanyalah bayangan atau pantulan. Kita tak boleh berpikir tentang Dia sebagai anak atau bapak. Dia tidak sama dengan person atau benda lain yang kita kenal atau dapat kita bayangkan; sifat-sifat dan kodrat-Nya adalah unik, satu-satu-Nya.
Surat berikutnya, Al-Falaq, terdiri atas lima ayat.
1. Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan Penguasa fajar,
2. dari jahatnya apa yang Dia ciptakan,
3. dari jahatnya gelap ketika membentang luas,
4. dan dari jahatnya mereka yang mengerjakan perbuatan sihir,
5. serta dari jahatnya pendengki bila melakuan kedengkian.”
(QS 113:1-5)
Nabi Muhammad saw menamainya surat Qul audzu birabbil falaq. Ada yang menyingkatnya menjadi surat al-Falaq. Surat ini bersama dengan surat an-Nas dinamai juga surat al-Muawwidzatain. Nama itu terambil dari awal kedua surat tersebut yang menggunakan kata Audzu yang berarti “aku berlindung,” sehingga al-Muawwidzatain berarti dua surat yang menuntun pembacanya ke pihak Pelindung.
Surat ini mengajarkan kepada kita agar mencari perlindungan kepada Allah swt dari segala macam penyakit dan mara bahaya, yang datang dari alam luar dan dari sifat dengki dan persekongkolan gelap.
Allah-lah yang membawa cahaya dari kegelapan
Kehidupan dan kegiatan dari maut, pencerahan batin
Dari kebodohan dan takhayul
Lenyapkan rasa takut, dan percayai Keilahian-Nya.
Tak ada bahaya dari dunia luar sana,
Tak ada rencana rahasia dari niat jahat,
Tak ada kemelut pada kebahagiaan atau kebaikanmu,
Yang bisa membahayakan jiwamu paling dalam.
Dalam dunia ciptaan Allah swt ini terdapat berbagai macam kekuatan dan lawan-kekuatan. Kekuatan yang baik dapat dibandingkan dengan cahaya, dan yang jahat dengan kegelapan. Allah swt dapat menguakkan dalamnya kegelapan itu dan melahirkan cahaya. Karenanya, kita harus menyingkirkan rasa takut dan berlindung kepada petunjuk-Nya, serta tawakal kepada-Nya.
Surat terakhir, an-Nas, terdiri atas enam ayat.
1. Katakanlah, aku berlindung kepada Tuhan Yang mengurus manusia,
2. Raja, Penguasa bagi manusia.
3. Tuhan, Hakim bagi manusia.
4. Dari jahatnya setan pembisik, yang menarik diri setelah berbisik,-
5. Yang berbisik dalam hati manusia,-
6. Dari golongan jin dan manusia.
Abdullah Yusuf Ali mengantarkan terjemah surat terakhir ini sebagai berikut.
Surat Mekah permulaan ini sebagai penutup Al-Quran dengan suatu seruan kepada kita supaya kita bertawakal kepada Allah swt, sebagai perisai dan pelindung kita yang sudah pasti, bukan kepada manusia. Surat ini memperingatkan kita khususnya terhadap bisikan-bisikan jahat yang tersembunyi dalam hati kita sendiri.
Kebatilan rahasia menanti
Manusia, dan dengan bisik-bisik dan bersembunyi,
Memantapkan kehendaknya. Namun manusia bisa
Menjadikan Allah sebagai perisai; sebab Allah
Menyayangi dan mempedulikannya: Allah itu
Raja Sorga yang menciptakan hukum bagi manusia
Dan Allah adalah Tujuan akhir di mana manusia
Nanti Kembali dan diadili. Serahkan diri
Ke tangan Allah, dan keb atilan tak akan
Bisa menyentuh kehidupan yang paling hakiki dan dalam.
M. Quraish Shihab menjelaskan pelajaran yang dapat dipetik dari surat ini. Pertama, setan sering kali dan berulang kali menggoda manusia pada saat dia lengah dan melupakan Allah swt. Dia juga sering kalli dan berulang-ulang mundur dan melempem saat manusia berzikir dan mengingat Allah swt.
Kedua, setan adalah makhluk durhaka yang mengajak kepada kedurhakaan. Mereka terdiri atas dua jenis, yaitu setan jin yang tidak dapat dilihat sosoknya, dan setan manusia yang tampak.
Ketiga, bisikan negatif datang dari dua sumber. Setan dan nafsu manusia. Dorongan nafsu tertolak dengan tekad tidak memperturutkannya, sedangkan bisikan setan tertolak dengan mengingat Allah swt.
Keempat, surat an-Nas menyebut tiga sifat Allah swt, yaitu Rabb, Malik, dan Ilah, sedangkan yang dimohonkan perlindungan hanya satu, yaitu bisikan setan. Ini berbeda dari surat al-Falaq yang hanya menyebut satu sifat Tuhan sebagai Rabb al-falaq, tetapi yang dimohonkan perlindungan adalah kejahatan makhluk yang secara khusus disebut tiga macam, yaitu ghasiq(in) idza waqab, an-naffatsati fil-uqad, dan hasid(in) idza hasad. Ini menunjukkan bahwa rayuan setan yang merasuk ke dalam dada manusia -atau dengan kata lain musuh yang berada dalam dada manusia- jauh lebih berbahaya daripada musuh yang berada di luar dirinya. Karena itu permohonan untuk dilindungi dari musuh yang di dalam itu dimohonkan dengan berulang kali menghadirkan kuasa Allah swt.
Ketiga surat terakhir Al-Quran dibuka dengan perintah, “Qul — Katakanlah” yang mengisyaratkan agar muslim mengucapkannya dengan saksama dan penuh keyakinan, bahwa Allah swt Yang Maha Esa; segala makhluk di alam semesta bergantung kepada-Nya. Semua manusia hendaknya memohon perlindungan kepada-Nya dari segala bahaya dan bencana akibat ulah makhluk alam luar maupun sesama, termasuk dari kedengkian orang ketika ia melakukan kedengkian. Manusia niscaya juga memohon perlindungan kepada Allah swt Pemelihara, Pelindung, Penguasa, dan Sembahan manusia, dari bisikan setan jin dan manusia.
Maha Benar Allah Yang Maha Agung dengan segala firman-Nya.